Andhini mulai menata makanannya di atas meja makan. Tangan lentiknya begitu cekatan menata makanan yang sudah ia bawa, hingga tampilannya membuat siapa saja yang melihat, akan berselera.
Reinald terus memperhatikan setiap pergerakan tubuh Andhini. Matanya tak pernah luput dari wajah dan senyum wanita itu.
“Mas ... mengapa selalu melihatku seperti itu?” Andhini salah tingkah. Wanita itu jengah akibat sikap Reinald yang berlebihan, menurutnya.
“Kamu tampak sangat cantik, Sayang ....” Reinald menopang dagunya dengan ke dua telapak tangannya, sementara netranya terus memperhatikan Andhini.
“Kamu berlebihan, Mas.”
“Tidak, aku jujur, apa adanya.”
“Ya sudah, ayo kita makan dulu.”
“Bagaimana keadaan mama dan papa?”
“Sehat, mereka berdua sedang di Jakarta.”
“Ya, aku tau. Maka dari itu aku
