Chapter 11 - Musim Pernikahan

2066 Words
Chapter 11 - Musim Pernikahan Menikah adalah idaman semua orang. Mempunyai seorang kekasih tentunya ingin sengera melanjutkan dijenjang yang lebih serius. Yaitu pernikahan. Momen sakral yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidup. Selama tiga bulan ini Molefatho Wedding Organizer sudah penuh di booking oleh klien yang akan menikah. Nampaknya bulan ini sedang musim pernikahan. Banyak yang rela antri demi memakai jasa Molefatho Wedding Organizer. Bahkan ada yang sampai rela menunda pernikahannya demi menunggu giliran antrian kilen Molefatho Wedding Organizer. Hari ini Clarisa sudah mulai bekerja lagi. Rendy sangat mewanti-wanti sekali pada Clarisa agar tidak terlalu lelah. Karena usia kandungannya masih rentan. Clarisa hanya boleh mengawasi pernikahan. Tidak boleh terjun langsung ke acara pernikahan. Karena Rendy tahu bagaimana sibuknya mengatur pernikahan. Rendy tidak mau, kalau sampai Clarisa drop lagi. Karena ada yang harus dijaga selain Clarisa. Ia tidak mau kehilangan buah hatinya lagi. "Baiklah kali ini klien kita anak mantan pejabat tinggi. Mereka akan menggunakan adat Sunda. Sepertinya besok atau lusa kita sudah harus mulai proses foto pre wedding. Agung, kamu bisa hendel foto pre wedding di Bandung?" Tanya Clarisa saat memulai meetingnya. "Siap, mbak!" Sahut Agung. Clarisa memang sengaja meminta Agung, yang menjadi fotografer pre wedding di Bandung. Karena Rendy harus menghendel foto pre wedding di acara pernikahan klien lainnya. Yang merupakan seorang artis. Clarisa lebih percaya Rendy dibandingkan Agung. Bukannya tidak percaya Agung. Namun, hasil jeperetan Rendy lebih bagus dari pada punya Agung. Selain itu, memang artisnya sendiri yang meminta Rendy, untuk menjadi fotografernya. Sepertinya nama Rendy sudah di kenal oleh banyak klien. Rata-rata kebanyakan dari klien meminta Rendy yang jadi fotografernya. "Oke. Tolong pertajam lagi hasil fotonya yah, Gung!" Pinta Clarisa. "Terus Silvi, apa kamu sudah punya konsep make up yang berbeda dari adat Sunda sebelumnya?" Tanya Clarisa. Dia memang paling detail dalam mengkoreksi kerja timnya. "Sudah mbak, saya akan tambahkan sedikit gliter supaya pengantin wanitanya terlihat lebih elegan," jawab Silvi. "Oke. Nanti bisa tolong berikan konsepnya sama saya setelah meeting?" Silvi mengangguk, "Bisa mbak," jawab Silvi cepat. Meskipun sudah lama sifat Clarisa berubah, tapi tetap saja sifat tegasnya itu. Membuat Silvi masih agak takut sama Clarisa. "Lalu Ayas. Aku mau lihat persentasi kamu soal kebaya adat Sunda," pinta Clarisa. Ayas berdiri dan mulai mempersentasikan baju yang akan ia pakai di acara pernikahan klien berikutnya. "Baik mbak! Sebelumnya saya sudah berdiskusi dengan Silvi agar baju dan make up yang dikenakan pengantin senada. Untuk pengantin prianya. Jas untuk prianya berwarna hitam dan terbuat dari kain beludru. Untuk memperindah penampilan, terdapat sulaman benang emas di ujung kedua lengannya. Untuk bawahannya, mengenakan celana panjang dari bahan dan warna yang sama dengan atasan. Terdapat sulaman benang emas juga di bagian ujung celana. Agar penampilan semakin maksimal, pria Sunda juga menambahkan ikat pinggang berwarna emas. Paduan warna hitam dan emas ini membuat mereka tampil megah dan berwibawa. Untuk aksesoris tambahan, pria bangsawan Sunda mengenakan penutup kepala yang disebut dengan Bendo. Sama seperti pria dari kalangan menengah, saya juga menambahkan arloji gantung berwarna emas di saku depan jas," jelas Ayas panjang lebar. Semjak Clarisa hamil. Ayas memang ditunjuk menjadi kepala desainer. Agar memperingan pekerjaan Clarisa. Ternyata Ayas bisa diandalkan juga. Konsep baju yang ia buat selalu sesuai ekspektasi Calrisa. "Dan untuk baju pengantin wanitanya. Model pakaian perempuan Sunda dari kalangan bangsawan hampir sama seperti kalangan rakyat biasa dan kalangan menengah, yaitu kebaya. Hanya saja kebaya yang dikenakan wanita bangsawan terbuat dari kain beludru berwarna hitam. Kebaya wanita bangsawan juga tidak polos, tetapi ditambahkan motif hiasan berupa manik-manik atau sulaman dengan benang emas. Untuk bawahannya, wanita bangsawan Sunda juga mengenakan kain kebat yang digunakan seperti rok panjang, namun dengan kualitas kain yang lebih tinggi. Untuk alas kakinya mereka menggunakan selop yang terbuat dari kain beludru hitam, alas kaki ini sangat nyaman dan lembut di kaki. Rambut para wanita bangsawan Sunda ditata membentuk sanggul yang dihiasi dengan tusuk konde. Wanita bangsawan juga biasanya selalu memakai giwang dan bros. Semua perhiasan wanita bangsawan Sunda terbuat dari emas maupun berlian. Perhiasan yang belum tentu bisa dimiliki oleh kalangan menengah dan tidak akan mungkin dimiliki oleh rakyat biasa," lanjut Ayas menjelaskan konsep baju yang akan dikenakan di acara klien berikutnya. Meeting baru saja selesai. Rendy menghampiri Clarisa yang sedang memegangi kepalanya. Rendy tahu, Clarisa pasti sedang memikirkan banyak hal. Karena memang di bulan ini ada tiga puluh lima pernikahan yang harus Molefatho Wedding Organizer tangani. Makanya Clarisa meminta pihak manajemen agar menstop perlikahan di akhir tahun ini. Bingung juga memutar otak membagi timnya. Agar timnya bekerja dengan baik, tanpa ada kesalahan. Rasanya ingin menyerah, tapi bukan Clarisa namanya kalau ia menyerah begitu saja. "Pasti pusing yah sayang? Mau aku bantuin?" Tawar Rendy sambil memijat-mijat pundak Clarisa. "Sayang, buat acara Nabila Anzani aku bingung mau pilih siapa aja yang jadi timnya. Besok mereka satu persatu udah mulai kerja di kilennya masing-masing. Karyawan ditambah udah, tapi masih aja kurang rasanya. Padahal aku udah bagi delapan tim. Duh.. Kepala aku kayak mau pecah," keluh Clarisa. "Nanti kedepannya, lebih baik kamu batasi aja. Sebulan hanya dua pulu atau maksimal tiga puluh pernikahan aja, kasian juga kan karyawan kamu kalau terlalu di fosir. Kamu juga sekarang lagi hamil. Supaya kerja kita maksimal, jadi sesuai dengan konsep kerja kita. Tetep karyawan dapat libur seminggu sekali. Selain hari weekend tentunya," saran Rendy. Betul juga, kalau dipaksakan kerja terus. Bisa-bisa karyawan Clarisa akan banyak yang tumbang karena kecapean, tapi mau bagaimana lagi. Bulan ini sudah terlanjur banyak yang booking. Mana mungkin acara mereka harus diundur. Karena kebanyakan mereka sudah bayar lunas dimuka. "Iya sayang, apa kita perlu nambah karyawan lagi? Tapi aku enggak bisa langsung percaya gitu aja sama karyawan baru. Perlu bimbingan dari karyawan lama kita. Sedangkan karyawan lama kita. Lagi sibuk-sibuknya mempersiapkan pernikahan kilen kita," Clarisa mulai memutar otaknya lagi. "Bulan depan ada berpa pernikahan?" Bukannya mencari solusi untuk Clarisa. Rendy malah menanyakan hal lain. "Dua puluh dua kalau enggak salah," jawab Clarisa. "Oke, stop! Kamu jangan nambah klien lagi. Untuk bulan ini memang udah kepalang tanggung. Biar aku yang bantu hendel. Aku enggak mau kamu sama bayi kita kecapean. Kamu percayakan sama aku? Aku janji setiap keputusan tetap ada ditangan kamu," tawar Rendy. "Tapi..." "Sayang, aku enggak mau kamu pingsan lagi kayak waktu itu. Aku mau kamu benar-benar fokus sama kehamilan kamu," pinta Rendy memohon pada Clarisa. "Hmm.. oke deh, tapi kamu tetap yah harus konfirmasi dulu sebelum ngasih keputusan, ke aku dulu," syarat Clarisa. "Iya sayang, siap laksanakan bos!" Seru Rendy bersemangat. Enggak apa-apa Rendy yang kecapean. Dari pada harus melihat Clarisa yang ketar ketir kerepotan sendiri. "Coba aku lihat klien bulan ini," pinta Rendy. Clarisa memperlihatkan klien bulan ini, beserta konsep apa yang mereka mau. Clarisa menjelaskan semua kepada Rendy. Berharap Rendy mengerti apa yang Clarisa mau. Dan sesuai dengan yang klien mau juga. Sebetulnya masih ragu, karena Rendy baru kali ini dipercayakan untuk memegang pekerjaan Clarisa. Namun, bagaimana lagi. Clarisa harus nurut, ini semua demi kebaikan dirinya dan calon bayi yang ada di dalam kandungannya. ******** Satria baru saja selesai memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Pekerjaannya di kantor yang cukup banyak membuat ia lelah sekali. Sepertinya Satria tidak enak badan. Ia masuk ke rumah dengan berjalan sedikit sempoyongan. Ibu Nelly yang meilhat hal itu. Langsung menghampiri Satria. "Satria kamu enggak apa-apa?" Tanya ibu Nelly. "Mama, aku sedikit pusing aja. Banyak kerjaan di kantor. Biasa akhir tahun, mau tutup buku. Jadi kerjaan numpuk," sahut Satria. "Enggak kamu, enggak Rendy, enggak Anadewi. Kalian semua sibuk semua. Untung ada Okta yang nemenin mama. Ya udah kamu istirahat dulu yah, mau mama bikinin teh hangat. Atau mau mama panggilin dokter?" Tanya ibu Nelly. "Enggak usah mah, Satria mau mandi aja kayaknya. Setelah itu langsung tidur," tolak Satria secara halus. "Enggak baik pulang kerja enggak makan dulu. Mama siapin teh anget dulu, yah. Abis itu mama minta bibi buat siapin air hangat buat mandi kamu. Setelah itu baru makan, mama udah masak makanan kesukaan kamu," saran ibu Nelly. Seorang ibu memang paling bisa membuat anaknya tenang. Meskipun ibu Nelly ini hanya ibu angkatnya Satria, tapi teduh rasanya ada ibu Nelly yang selalu cerewet memerhatikan Satria. Satria sangat beruntung. Karena Rendy, Anadewi dan Okta mengizinkan Satria tetap menjadi anak angkatnya ibu Nelly. Kalau tidak, pasti hidup Satria kembali sepi dan sendirian. Akhir-akhir ini ingatan ibu Nelly berlahan mulai kembali. Ia mulai ingat kalau Rendy, Anadewi dan Okta adalah anak kandungnya. Tidak banyak memang yang diingat oleh ibu Nelly. Kata dokter memang tidak boleh dipaksakan. Jadi lebih baik ingat secara natural saja. Agar otak ibu Nelly tidak kaget. Karena hal itu malah akan menimbulkan shock untuk ibu Nelly. "Makasih yah mah," ucap Satria lirih. "Iya, sama mama enggak usah sungkan. Kamu kan anak mama, ya udah mama bikinin dulu teh angetnya. Kalau masih belum mendingan juga. Mama panggil dokter yah, supaya kamu bisa diperiksa dan dikasih obat," rempet ibu Nelly mengkhawatirkan Satria. Ibu Nelly tidak membedakan kasih sayangnya. Baik pada Satria dan anak-anak kandungnya. Ibu Nelly membagi rata kasih sayangnya. Satria jadi merasa punya ibu lagi. Mungkin sudah takdir saat itu Satria yang menolong ibu Nelly. Ternyata ibu Nelly adalah sosok ibu yang Satria inginkan sejak dulu. "Assalamualaikum," ucap Anadewi saat masuk rumah. Ia cukup terkejut ada Satria sedang tiduran di sofa. Pasalnya, baru-baru ini Anadewi merasakan getaran aneh sat berada didekat Satria. Sepertinya ia jatuh cinta pada Satria, tapi apa boleh? Saat ini memang mereka hanya terikat saudara angkat saja. Namun, Anadewi masih menyimpan perasaanya. Karena ia masih belum tahu bagaimana perasaan Satria pada dirinya. Anadewi melihat tubuh Satria menggigil. Dengan ragu Anadewi menyentuh kening Satria. Ternyata sangat panas. Satria pasti demam, Anadewi harus segera mengompres Satria. Saat ia akan beranjak ke dapur mencari handuk, untuk mengompres Satria. Tiba-tiba Satria menarik tangannya. "Jangan pergi! Jangan tinggalin aku sendiri. Aku takut," ucap Satria dengan mata yang masih terpejam. Sepertinya Satria sedang mengigau. Mungkin karena demamnya trlalu tinggi. Satria jadi mengingau seperti itu. Anadewi parsah tangannya dipegang oleh Satria. Setidaknya tanganya bisa membuat Satria lebih tenang. Tinggal bersama Satria selama beberapa bulan ini. Memang membuat Anadewi jadi salah paham. Malah ia menyimpan perasaan pada Satria yang seharusnya tidak boleh terjadi. Namun, Anadewi bisa apa. Cinta tidak mengenal siapa dan kapan akan datangnya. "Satria mama udah buatin tehnya.. Anadewi!" Ibu Nelly sedikit terkejut melihat posisi Satria dan Anadewi. "Mama, ini mah tadi Satria ngigau. Katanya jangan tinggalin aku. Anadewi malah dipegang tangannya kayak gini," ujar Anadewi sedikit salting. Ia harap ibu Nelly tidak salah paham dengan posisinya sekarang. Karena hal ini benar-benar tidak disengaja. "Oh seperti itu, ya udah. Mama panggilin dokter aja deh. Kasian adik kamu, kayaknya kecapean sampai sakit kayak gitu," syukurlah ibu Nelly tidak berpikir yang macam-macam tentang hal ini. Anadewi sedikit kecewa. Karena tadi ibu Nelly menyebut Satria sebagai adiknya Anadewi, tapi ya sudahlah. Mungkin belum saatnya, semoga saja ada keajaiban. Agar cinta Anadewi pada Satria terbalaskan. Ibu Nelly selesai menelepon dokter. Agar ke rumah untuk memeriksa Satria. "Kamu juga jangan sampai kecapean. Minta sama Clarisa agar tidak terlalu padat kerjaannya," saran ibu Nelly. Sebelum Rendy dan Clarisa menikah. Anadewi memang ikut bekerja di Molefato Wedding Organizer. Sebagai kepala staf marketing. Meskipun di sini posisi Anadewi sebagai kakak ipar Calrisa. Tetap saja, di kantor Clarisa adalah atasannya. Anadewi mulai mengerti sibuknya seperti apa pekerjaan Rendy. Dulu Okta sering ngomel kalau Rendy sering lembur, tapi mau bagaimana lagi. Memang pekerjaannya yang membuatnya harus lembur. Bekerja di Molefato Wedding Organizer. Harus mau lembur dan mau bekerja di bawah tekanan. Karena memang pekerjaannya dituntut harus selalu benar dan dikejar oleh waktu. Mengurus pernikahan seseorang bukan merupakan hal mudah. Mereka mempercayakan momen indah pernikahan mereka. Jadi para karyawan dituntut agar bekerja maksimal dan sempurna. "Enggak bisa kayak gitu mah. Bulan ini lagi banyak klien, bukan cuma Anadewi aja yang lembur. Hampir semuanya kok, lagi musim pernikahan soalnya di akhir tahun ini. Inssya Allah bulan depan agak longgar," jawab Anadewi. "Kamu jangan sampai tumbang kayak adik kamu yah. Mama enggak mau, satu per satu anak mama sakit," protes ibu Nelly. "Iya mah, Anadewi akan selalu jaga kesehatan," ujar Anadewi. "Ya sudah kamu makan dulu sana. Setelah itu jangan lupa mandi. Kamu pakai air hangat untuk Satria saja. Kasian Satria kalau disuruh mandi lagi sakit kayak gini. Jadi kamu pakai saja," ucap ibu Nelly. "Iya mah." Perlahan Anadewi mulai melepaskan tangannya dari tangan Satria. Ia harus melaksanakan perintah dari mamanya. Sebelum ibu Nelly berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya. Kalau saja tidak ada ibu Nelly. Anadewi pasti senang sekali bisa dipegang lama sama Satria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD