2nd Floor

1197 Words
            Tangan Kelly terulur perlahan ke arah tombol pintu lift. Ia berniat membukanya dan menuruti ibunya. Tapi, pintu lift tetap tidak terbuka sama sekali.             “Cepat buka pintunya Kelly !” ibunya memandangnya dengan tidak sabaran.             Kelly mengernyitkan keningnya. Ia menekan tombol itu berkali-kali. Tetap saja pintunya tidak terbuka.             “Mum ! Pintu ini tidak bisa terbuka ! Aku sudah mencobanya berkali-kali !” entah kenapa Kelly baru merasa panik sekarang. Ia terjebak di pintu lift itu.             “Jangan menakuti mum, Kelly !” ibunya juga dengan panik menekan tombol dari luar. Tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka sama sekali.             Milly dan Ollie menyusul ibu mereka dan terkejut saat melihat sang ibu sedang berusaha menarik pintu lift agar terbuka.             “Mum !” teriak mereka bersamaan dan tanpa perintah mereka segera membantu sang ibu untuk membuka pintu lift yang nampaknya macet. “Milly ! Cepat panggil sekuriti kemari !” perintah sang ibu dan ia masih berusaha menarik pintu berjaring-jaring itu.             Si anak kedua langsung berlari keluar kembali dan Kelly juga ikut membantu usaha ibunya membuka pintu lift. Entah kenapa ia mulai merasa ketakutan sekarang.             Ting !             Bunyi dentingan lift membuat keduanya langsung terdiam. Kelly mencari sumber suara dan berhasil menemukannya. Matanya kembali membelalak saat ia melihat tombol angka nomor empat menyala dan melesak seperti ada sesuatu yang tidak tampak sedang menekan tombolnya.             “Mum ! Tombol lantainya menyala sendiri !” teriak Kelly dan ia benar-benar panik sekarang. Sang ibu terkejut mendengarnya.             “Tidak...! Tidak...! Jangan menekan apapun Kelly !” si ibu kembali berusaha dengan membabi buta untuk membuka pintu itu. Ia bahkan mencari besi panjang untuk mencongkelnya.             “Aku tidak menekannya mum ! Tombol itu menyala sendiri !” Kelly mulai merasa matanya sangat panas karena berair. Ia gemetar ketakutan sekarang. Saat ini ia sangat ingin keluar dari lift mengerikan itu.             Grak !             Lift naik sedikit secara tiba-tiba hingga membuat Kelly jatuh terduduk. Ia mulai menjerit ketakutan sekarang karena lift mulai berderak naik perlahan.             “MUM !!! MUM !!! TOLONG AKU !!!” Kelly menangis sekuatnya dan memegang jeruji lift berusaha menggapai tangan ibunya. Perasaannya kembali mengatakan bahwa jika lift ini membawanya, ia tak akan bisa kembali lagi.             “KELLY !!! TIDAK !!!” ibunya juga menjadi sangat histeris dan ia menggapai tangan anaknya yang semakin terbawa ke atas.             SYUT !             Secara mendadak lift itu langsung melesat naik ke atas hingga hanya meninggalkan suara jeritan Kelly dan tangisan ibunya yang panik di luar lift.             Sang ibu terhenyak di lantai kotor itu dan ia langsung berdiri secara terburu-buru. Ia perlu memanggil seseorang untuk menyelamatkan anaknya. Ia masih bisa melihat lampu nomor lift berhenti di nomor empat dan secara mendadak lampu itu padam !             Ibu Kelly berlari menjauhi lift untuk mencari bala bantuan. Ia berpapasan dengan seorang sekuriti yang dibawa oleh Milly. Dengan cepat, ibu Kelly mencengkeram lengan pria itu dan ekspresinya sangat ketakutan.             “Tolong selamatkan anakku ! Dia dibawa naik oleh lift setan itu !!! Cepat selamatkan dia !!!” ibu Kelly menarik si sekuriti menuju lift yang padam.             “Tenang madam ! Anda mungkin salah melihat. Lift ini sudah rusak dari setahun yang lalu dan tidak bisa berfungsi sama sekali.” jelas si sekuriti sambil berusaha menenangkan ibu Kelly yang membelalak padanya.             “Salah melihat ??? Aku jelas-jelas melihat anakku masuk ke dalam dan aku masih sempat berbicara menyuruhnya keluar dari sana ! Tapi, tiba-tiba lift itu menyala dan membawanya ke lantai nomor empat !!!” ibu Kelly kembali histeris. “Ya ! Kami juga melihatnya ! Kelly ada di dalam lift itu !” seru Milly dan Ollie secepatnya.             Sekuriti itu terdiam mendengarnya dan ia segera mengambil walkie-talkie nya. “Panggil teknisi ke sayap kiri. Seorang anak perempuan terjebak di dalam lift.” ia memberi kabar pada rekannya.             Si sekuriti memandang ke arah keluarga yang sedang menangis itu. Ia menuntun mereka keluar dari gedung hangus. “Tenang saja madam. Teknisi kami akan segera mengeluarkan anak anda dari sana.” ia menuntun ibu Kelly untuk duduk di ruang tunggu dan memberikannya segelas air.             Beberapa menit kemudian dua orang teknisi dengan dua sekuriti langsung bergegas masuk ke gedung hangus. Mereka mulai bekerja di depan lift selama hampir satu jam. Tidak ada tanda-tanda lift itu bisa dibuka sama sekali. Mereka sampai harus membuka paksa pintunya dan berusaha memanjat naik ke lantai empat dari tali lift.             Ibu Kelly mulai gelisah. Ia tidak bisa duduk dengan tenang dan berjalan mondar-mandir sambil menggigiti kukunya. Ia tidak bisa menunggu di sana tanpa mengetahui kabar dari anak sulungnya. Wanita itu beranjak dari kursinya dan ia kembali ke gedung hangus itu sambil melihat mereka bekerja.             “Tidak ada siapa-siapa di lantai 4 !” teriak salah satu teknisi dari atas lift. Sekuriti yang menerima laporan wanita itu menoleh ke arahnya.             “Anda dengar sendiri ‘kan madam ? Tidak ada siapa-siapa di sana. Mungkin anak anda sudah sampai di rumah dan anda kelelahan hingga berhalusinasi seperti itu.” si sekuriti memandangnya dengan iba. “Tidak ! Tidak ! Kelly jelas-jelas masuk ke dalam lift itu dan aku melihat lampu lantai nomor empat menyala ! L-liftnya bergerak... d-dan Kelly ditarik ke atas... !!!” ibu Kelly mulai gemetar kembali. “Baiklah madam. Kami akan mencari ke seluruh lantai untuk anda.” si sekuriti menginstruksikan pada teknisi yang ada di dalam lift untuk mencari ke lantai-lantai lainnya.             Hingga hampir 3 jam para teknisi mencari Kelly ke lantai-lantai hangus di bangunan itu. Menjelang sore mereka turun dari sana dengan wajah kesal dan kelelahan.             “Tidak ada siapapun di gedung rusak ini, madam. Kami sudah mencari dan memanggil nama anakmu tapi tidak ada sahutan. Mungkin dia sudah berhasil keluar dan pulang ke rumah.” salah satu teknisi berusaha menjelaskan pada ibu Kelly yang pucat kembali.             “Tidak ! Tidak ! Jika kalian tidak bisa menemukannya, biarkan aku yang mencarinya ! Aku ! Aku harus mencari anakku !!!” ibu Kelly secara tiba-tiba menerobos para sekuriti dan teknisi itu menuju ke arah lift. “Madam ! Madam ! Tempat itu berbahaya ! Kami tidak bisa membiarkan anda masuk ke dalam !” kedua sekuriti menahan ibu Kelly untuk masuk ke dalam lift. Wanita itu terus menjerit dan meronta berusaha menerebos mereka.             Kedua lelaki bertubuh besar itu menarik ibu Kelly keluar dari gedung hangus dan menjaga pintu masuknya agar tidak diterobos lagi oleh ibu Kelly. “Mungkin anda harus pulang dan pasti anak anda menunggu anda di rumah.” kata si sekuriti itu berusaha membuat ibu Kelly pulang ke rumahnya.             Dengan langkah gontai, ibu Kelly menuntun kedua anaknya untuk pulang ke rumah sambil berharap bahwa kata-kata si sekuriti benar dan Kelly menunggu mereka di rumah.             Tapi, sesampainya di rumah ibunya kembali berlarian ke sekeliling ruangan mencari Kelly. Tidak ada siapapun di sana. Ia mulai menjerit kembali dan segera meraih telepon untuk menghubungi kepolisian.             “Ya halo ! Nama saya Julia Marshall dan saya mau melaporkan anak saya menghilang setelah masuk ke lift di rumah sakit St.Victoria. ya, ya... lift di gedung terbakar milik rumah sakit itu... tidak ! tidak ! Saya sudah meminta para teknisi dan sekuriti di sana untuk mencari anak saya di sana, tapi mereka tidak menemukannya ! Kumohon tolong bantu saya...” Mrs. Marshall mulai menangis kembali.             Ia menutup teleponnya dengan lunglai. Kepolisian hanya bisa membantunya jika anaknya telah hilang dalam 48 jam. Tapi, Mrs. Marshall tidak bisa diam begitu saja menunggu anaknya yang menghilang tiba-tiba. Ia ingin mencarinya sendiri.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD