Masa lalu

1079 Words
Mengingat masalalu Arinda menatap langit-langit kamarnya dan ia kemudian mendengar dengkuran halus Arumi yang saat ini tidur disampingnya. Masalalunya bersama Alysa tidak bisa ia lupakan. Banyak kenangan indah dan ada juga kenangan yang sebenarnya tidak ingin ia ingat, jika saja waktu bisa ia putar ia ingin mengubur rasa kecewa dan marahnya akibat penghianatan Aryo dan Alysa. Arinda memejamkan matanya dan air matanya kembali menetes, ia kembali mengingat peristiwa itu, peristiwa yang membuatnya memilih pergi dan menjauh dari Alysa dan juga Aryo. "Happy bday Sayang" ucap Aryo mencium pipi Arin. "Hari ini empat tahun kita pacaran" ucap Aryo menyerahkan paper bag yang ia bawa kepada Arinda. "Makasi" Arinda mengambil paper bag dari tangan Aryo dan kemudian tersenyum saat sebuah kue baru saja diantar pelayanan ke atas meja mereka. Aryo menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan meminta Arinda untuk segera meniup lilin. Arinda berdoa dan kemudian ia meniup lilin. Arinda segera memotong kue yang ada di hadapanya dan menyuapkan kue itu kedalam mulut kekasihnya itu sambil tersenyum bahagia. Suasana cafe terlihat sangat romantis dengan aluna istrumen musik membuat ulang tahun Arinda tahun ini terasa istimewa. "Kamu udah pulang? Nggak ngajar lagi?" tanya Arinda. Aryo mengelus pipi Arinda dengan lembut. "Nggak hari ini kan aku hanya absen sayang. Hari ini kita mau kemana?" tanya Aryo. "Maaf yank, hari ini aku bimbingan jadi jalan-jalannya besok aja gimana?" tanya Arinda. "Terserah kamu kalau gitu!" ucap Aryo. Ia berdiri lalu memjnta Arinda untuk ikut berdiri. Aryo memeluk Arinda dari belakang dan meminta Arinda mengambil sesuatu disaku jasnya. Arinda terkejut saat tanganya yang masuk kedalam saku jas Aryo dan memegang sebuah kotak bludru. "Ini hadia utamanya sayang" bisik Aryo. Arinda membukanya dan terkejut melihat isi kotak itu sebuah kalung yang indah. Aryo melepaskan pelukannya dan mengambil kalung itu lalu memasangkannya dileher Arinda. "I love u" bisik Aryo membuat Arinda tersenyum bahagia. Tanpa mereka sadari sosok perempuan cantik yang merupakan seleb kampus yang bersembuyi dibalik dinding meneteskan air matanya melihat kemesraan kembarannya dan laki-laki yang ia cintai. Alysa jatuh cinta dengan dosen muda dikampusnya. Ia tidak menyangka jika Arinda adalah pacar Aryo. Arinda sudah sejak lama menjalin hubungan dengan Aryo bahkan keduanya sempat ldr beberapa tahun, hingga akhirnya Aryo telah kembali dan menjadi dosen dikampus mereka. Hari-hari berlalu, Arinda sangat sibuk dengan skripsinya hingga waktunya banyak tersita pada kegiatan kampus dan pengerjaan skripsinya. Malam hari ia selalu menghubungi Aryo namun sudah sebulan Aryo berubah padanya. Awalnya Arinda menganggap Aryo mungkin sibuk sebagai dosen baru dikampusnya. Hingga kabar mengejutkan membuat mimpi indah Arinda hancur seketika. Arinda bermimpi akan menikah dengan Aryo setelah ia selesai kuliah dan itu juga merupakan janji Aryo padanya beberapa bulan yang lalu. Malam itu menjadi malam yang membuat ia menangis semalam diiringi dengan alunan derasnya hujan. "Maaf, aku hamil....hiks... Dia tidak mau bertanggung jawab" ucap Alysa. Arinda terkejut dan segera memeluk Alysa dengan erat. "Kamu tenang dulu Din!" ucap Arinda memeluk Alysa dengan erat sambil mengelus punggung Alysa dengan lembut. Ia tidak akan membiarkan keluarga satu-satunya yang ia miliki menderita karena laki-laki b******k yang tidak ingin bertanggung jawab. "Siap laki-laki itu Alysa?" tanya Arinda. "Maaf...maafkan aku Arin, aku hamil dan ini anaknya Mas Aryo...." ucapan Alysa membuat Arinda terkejut dan segera melepaskan pelukannya. "Aryo...". Arinda menggelengkan kepalanya. Ia berhara laki-laki itu bukan Aryo kekasihnya. "Aryo pacar kamu Rin, maaf" ucap Alysa membuat Arinda terduduk lemas dengan air mata yang telah menetes diwajah cantiknya. Arinda menatap Alysa dengan tajam "Tega kamu Alysa..." ucap Arinda serak. Ia menghapus air matanya dengan kasar "Aku cuma punya kamu Alysa...tapi kamu...hiks..hiks..." "Maafkan aku...aku cinta sama Mas Aryo aku yang salah....aku yang memaksanya aku...." ucapan Alysa membuat Arinda kecewa. Kenapa Alysa menghianatinya. Kenapa mereka harus jatuh cinta kepada laki-laki yang sama. Pintu terbuka dengan kencang dan Aryo segera mendekati Alysa dan Arinda. "Alysa....apa yang kau katakan itu bohongkan?" teriak Aryo. Alysa menatap tajam Aryo "Aku mencintaimu, tapi kalau kau tidak mau bertanggung jawab aku akan tetap melahirkan anak ini!" ucap Alysa mengelus perutnya. "Arinda ini pasti salah paham. Saya mencintai kamu Arin bukan dia!" ucap Aryo menatap Alysa dengan tatapan sendu. Arinda menatap keduanya dengan nanar. Ia kemudian tersenyum dengan air matanya yang menetes "Kita cuma pacaran Yo, nggak lebih" ucap Arinda. Hilang sudah rasa hormat dan kagumnya kepada Aryo hingga ia hanya memanggil nama Aryo tanpa embel-embel Mas. "Arin maafkan Mas, kamu salah paham. Semua itu terjadi begitu saja" ucap Aryo prustasi. "Kamu mencintainya?" tanya Arinda. Aryo memilih untuk diam. Arinda mengambil gelas yang ada dimeja dan mengangkatnya. Ia sengaja ingin melempar gelas itu kepada Alysa namun Aryo segera memeluk Alysa dan berusaha melindungi Alysa. Tidak ada suara pecahan gelas karena Arinda ternyata hanya berpura-pura ingin melempar gelas itu kepada Alysa. "Kau mencintainya, nikahi Alysa dan hubungan kita cukup sampai disini. Mulai saat ini aku hanya saudari Alysa" ucap Arinda dengan suara bergetar. Ia menarik kalung pemberian Aryo yang ada dilehernya dan kemudian melemparnya dengan kasar. Ia menyayangi Alysa dan ia tidak ingin anak Alysa tidak memiliki seorang ayah jika ia bersikeras mempertahankan hubunganya dengan Aryo. Alysa menyunggingkan senyumannya dan menatap Arinda dengan tatapan kesal "Kenapa kau selalu mengalah kepadaku Arin?". Alysa melepaskan pelukan Aryo dan menatap tajam Arinda "Karena kau pantas dikasihani. Aku tidak hamil sepertimu. Aku bisa menjaga diriku sendiri, aku tidak bergantung dengan siapapun aku bersyukur jika kau telah memiliki orang yang bisa menjagamu lebih dari aku menjagamu," ucapan Arinda membuat Alysa murka. Selama ini ia selalu berushaa menjadi adik yang baik dengan memenuhi segala kebutuhan Alysa. Plak...satu tamparan mendarat dipipi mulus Arinda. "Kasih sayang ibu kau ambil...kau bahkan merahasiakan siapa ayah kita dan hanya kau yang diberitahu ibu tentang semua rahasianya selama ini. Kau selalu mengambil semua keputusan tentang hidup kita dan aku tidak pernah memiliki andil dalam menentukan apapun Arin. Aku benci kamu Arinda...melihat wajahmu yang sama denganku membuatku muak" teriak Alysa. Arinda menatap Alysa dengan sendu. "Kenapa? Aku adikmu Alysa, kenapa kau tega menyakitiku" Arinda memegang wajahnya yang terasa perih. "Karena aku benci dibadingkan denganmu. Aku benci nemilik wajah yang sama denganmu!" teriak Alysa membuat Aryo menatap Arinda dengan sendu. Arinda memundurkan langkahnya dan menatap Alysa dengan tatapan kecewa, karena selama ini ternyata Alysa sangat membencinya. "Kau membenciku itu salah satu alasanku untuk segera pergi dari kehidupanmu. Selamat Alysa sayang, kau menang jika itu keinginanmu!" ucap Arinda segera masuk kedalam kamarnya dan membereskan semua barang-barangnya. Untuk apa lagi ia tinggal disini jika hanya membuatnya tersiksa. Dua minggu lagi ia akan wisuda dan ia akan benar-benar pergi meninggalkan kota dimana tempat ia dibesarkan dan menjauh dari semua hal yang berkaitan dengan Alysa dan Aryo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD