“Astaga, Nana! Leher kamu sampai berbekas seperti itu! Pasti sakit sekali?” pekik bunda yang terkejut melihat bekas tangan pria tadi. Berada di leher Kanaya. “Nggak kok bunda. Tadi sudah di obati sama susternya. Bunda jangan khawatir yah? Nana baik-baik saja kok.” Sahutnya menenangkan hati sang bunda. Yang tampaknya sangat mencemaskan keadaan dirinya. “Iya. Lebih baik lain kali kamu hati-hati ya, Na! Bibi nggak mau sampai kejadian ini terulang kembali. Pokoknya kamu nggak boleh jalan sendiri lagi. Dan jangan membantah lagi, suamimu itu melakukannya karena sayang sama kamu. Bibi takut kamu kenapa-kenapa, nak!” Timpal bi Jumi yang juga mencemaskan keadaan Kanaya. Tangannya terulur ke depan dan mengusap lembut sebelah wajah Kanaya dengan tatapan memohonnya. Bi Jumi benar-benar takut jika

