Part 01

1250 Words
Pagi yang indah untuk memulai aktifitas, Serin sudah bersiap–siap untuk berangkat menuju kantor dengan memakai blazer warna navy dengan dipadukan celana bahan panjang berwarna senada. Serin terlihat sangat cantik, meskipun cuma memakai riasan tipis diwajahnya. Setelah dia selesai menyiapkan sarapan untuk suaminya, Serin langsung berangkat menuju ke kantor. Karena jarak antara apartemen dengan kantor lumayan jauh. Ia harus menempuh sekitar 40 menit untuk sampai ke kantornya. Serin sangat disiplin jika berurusan dengan pekerjaan. “Sayang, aku berangkat dulu. Sarapannya sudah aku siapkan di atas meja makan. Jangan lupa sebelum berangkat sarapannya dimakan,” ucap Serin sambil berpamitan dengan Michel yang masih bersiap-siap di dalam kamar. “Iya sayang, hati-hati. Jangan ngebut-ngebut naik mobilnya. Sampai di kantor, jangan lupa langsung beri kabar,” ucap Michel dari dalam kamar dengan sedikit berteriak. “Ok! Sayang,” ucap Serin sambil berjalan keluar dari Apartemen menuju lift yang membawanya langsung menuju parkiran. Serin bergegas keluar dari lift dan berjalan menuju mobil kesayangannya, Brio RS berwarna merah. Yang ia beli dari hasil kerja kerasnya selama ini. Meskipun suaminya menjabat sebagai CEO Perusahaan keluarganya, Serin tidak pernah menggantungkan hidupnya kepada Michel suaminya. Serin tetap bekerja sebagai staff keuangan di perusahaan Aditama Corporation. Mencapai di titik ini pun, Serin harus melalui banyak cobaan dan rintangan dalam kehidupannya. Mulai dibuang orang tua kandungnya di panti Asuhan, sekolah dengan jalur beasiswa, mulai tingkat dasar sampai bangku kuliah. Sampai akhirnya Serin menikah dengan Michel tanpa restu oleh kedua orang tua Michel. Cuma karena Serin tidak jelas asal usulnya dari mana dan sampai sekarang pun orang tua Michel tidak mengakui Serin sebagai menantu di keluarganya. Serin tidak pernah berkecil hati, karena dia percaya, banyak orang-orang disekitarnya yang masih banyak menyayangi dan mencintainya dengan tulus. Di perjalanan menuju kantor, Serin banyak berikir tentang pernikahannya yang sampai sekarang belum dikaruniai keturunan. Banyak hal yang dia pikirkan. Sampai-sampai Serin tidak sadar bahwa dia sudah sampai di depan kantor tempat dia bekerja. Entah kenapa tiba-tiba Serin memikirkan suaminya, suami yang sangat dia cintai dengan sepenuh hati. Dua tahun pernikahan, dia jalani dengan suka duka bersama, tanpa adanya pertikaian yang besar dalam rumah tangganya. Meskipun mertuanya sangat membencinya cuma gara-gara Serin anak panti asuhan yang tidak tahu asal usulnya. Setiap perkataan yang diucapkan mertuanya, layaknya belati yang menghunus jantung Serin. Begitu sangat menyakitkan. Meskipun Michel sering mengingatkan supaya tidak memperdulikan perkataan orang tuanya, entah apa yang harus Serin lakukan untuk mendapatkan hati kedua orang tua Michel, yang sampai sekarang masih membencinya. “Serin,” sapa Kiara. Serin yang masih melamun, tidak mendengar perkataan Kiara yang menyapanya. “Eh, iya Ra.” Serin tersenyum manis kepada Kiara. Teman sekaligus sahabat yang satu divisi dengannya bekerja. “Kenapa kamu pagi-pagi sudah melamun, Rin? Apa ada masalah sama rumah tanggamu, Rin?” tanya Kiara pada Serin. Karena tidak biasanya Serin melamun seperti sekarang ini. Kiara melihat Serin seperti banyak yang sedang ia pikirkan. “Tidak ada apa-apa, Ra. Aku cuma ada yang sedang aku pikirkan saja. kamu udah dari tadi datangnya?” tanya Serin pada sahabatnya Kiara. “Barusan saja aku datang. Kamu sudah sarapan, Rin?” tanya Kiara. “Sudah, Ra. Tadi sebelum aku berangkat,” ucap Serin sambil tetap menyunggingkan senyum kepada Kiara. Karena dia tahu, kalau Kiara pasti akan memikirkan dirinya, kalau Kiara tahu ia sekarang banyak pikiran. Serin tidak ingin orang yang dia sayang terbebani oleh masalah yang menimpa dirinya. Cukup dia sendiri saja yang menanggungnya. Tidak dengan sahabat yang sangat ia sayangi. Serin mengajak Kiara masuk ke perusahaan. Tempatnya bekerja selama ini. Serin dan Kiara berjalan berdampingan menuju ke ruangan mereka. Dengan canda tawa yang terlontar dari mulut mereka berdua. Serin dan Kiara bekerja dalam satu divisi keuangan. Serin duduk ditempat duduknya. Ia memulai mengerjakan pekerjaannya. Membuat laporan keuangan bulanan yang harus dia berikan kepada atasannya. Karena kecerdasan yang dimiliki Serin, Serin diberikan tanggung jawab sebagai ketua perencanaan pembuatan laporan perusahaan. Baik laporan bulanan, maupun laporan tahunan. "Rin, dipanggil Pak Doni. Kamu disuruh ke ruangannya sekarang," ucap Vita. Salah satu teman Serin yang ada di divisi keuangan. Serin berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan Pak Doni. Sang kepala divisi keuangan. Tok...tok...tok... Serin mengetuk pintu ruangan Pak Doni. Tidak berselang lama, suara Pak Doni mempersilakan Serin untuk masuk ke dalam ruangannya. Serin membuka pintu ruangan Pak Doni dengan sopan. "Duduk, Rin," ucap Pak Doni mempersilahkan Serin untuk duduk di hadapannya. "Rin, saya ada tugas buat kamu untuk menyiapkan laporan tahunan perusahaan. Karena direktur utama ingin melihat perkembangan perusahaan. Direktur ingin laporannya selesai dalam bulan ini. Apa Tim kamu siap untuk mengerjakan laporan ini?" ucap Pak Doni pada Serin. "Siap, pak. Akan saya usahakan laporannya selesai dalam bulan ini dan tim saya akan mengerjakannya dengan tepat waktu. "Saya percaya dengan kamu. Saya yakin kamu bisa menyelesaikannya tepat waktu," ucap Pak Doni. "Siap, Pak. Saya pamit undur diri untuk langsung membuat kerangka laporannya," ucap Serin undur diri dari hadapan Pak Doni. Serin berjalan Kembali menuju ke ruangannya. Teman-temannya yang satu divisi dengannya sedang berkumpul menunggu Serin kembali dari ruangan Pak Doni. Mereka ingin tahu apa yang disuruh Pak Doni pada Serin. Serin tersenyum melihat teman-temannya yang ingin tahu perihal pemanggilannya barusan. Serin duduk di tempat duduknya. Teman-temannya menghampirinya dan menanyakan apa yang diperintahkan oleh Pak Doni. "Rin, apa ada masalah? Sampai-sampai kamu dipanggil Pak Doni ke ruangannya," tanya Kiara pada Serin. "Tadi itu aku disuruh ke ruangan Pak Doni, karena Pak Doni mau memerintahkan aku dan tim kita untuk mengerjakan laporan keuangan perusahaan. Karena direktur utama meminta laporannya untuk melihat perkembangan perusahaan. Laporannya harus selesai dalam bulan ini," jelas Serin. "Apa tidak salah sih, Rin. Harus selesai dalam bulan ini. Padahal kalau kita ngerjain laporan tahunan dikasih waktu oleh perusahaan selama 2 bulan," ucap Vita. "Kita bisa apa? ini sudah perintah dari direktur utama. Yakin sajalah dengan kemampuan kita. Kalau kita pasti bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu," ucap Serin memberi semangat pada teman-temannya. "Yang terpenting kita semua kompak. Pasti tim kita bisa menyelesaikannya," ucap Kiara ikut memberikan semangat pada timnya. "Yang aku suka dengan tim kita adalah kekompakannya. Seperti saat ini. Semoga saja kita selalu kompak sampai kapanpun," ucap Serin pada teman-temannya. "Bagaimana kalau kita pulang dari kantor kita makan-makan dulu. Sebelum kita mulai mengerjakan laporan," ucap Kiara. "Wah ide bagus itu. Kita makan di tempat biasa kita kumpul untuk makan-makan," ucap Serin. "Oke, setuju," semua serempak menyetujui acara makan-makan sepulang dari kantor.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD