Zalina ~ Part 2

1317 Words
Ia terlihat cukup banyak meneguk minuman memabukkan itu, ia meracau dan berbicara seakan ingin membuat aku menjadi miliknya. Jujur saja, rasa takut ini menghampiri ku. Takut jika dia berani membuat ku tak berdaya dan benar saja, dia mulai menarik-narik tanganku. "Hibur aku!!! Kau wanita penghibur bak Ratu disini! Aku sudah menyewa dirimu, Ayok!" Teriakannya membuat telinga ku sakit. "Dari tadi aku sudah bernyanyi," Bibir ku bergetar saat berbicara seperti itu. Aku benar-benar merasa sangat takut, karena kini Xavier menatap ku dengan tatapan yang sangat nakal bahkan tatapan nya penuh dengan ambisi. "Menari lah!" Ucapnya kembali. "Tidak Tuan," Tolak ku. "Aku sudah membayar mu mahal Ina!" Ucapnya penuh dengan penekanan. "Kau bilang tadi, aku hanya harus bernyanyi sebagus mungkin bukan?" Tanya ku kembali, ia pun menganggukkan kepalanya. "Lalu mengapa kau meminta ku menari?" Tanya ku dengan nada yang sangat tegas. "Karena aku sudah membayar mu untuk satu malam ini!" Lelaki itu menarik pergelangan tangan ku, lalu dia menatap lekat wajahku. Mengusapkan dua jarinya di wajahku dan menarik dagu ku keatas menggunakan jari telunjuknya, "Seharusnya aku memberikan sentuhan kepada mu, karena harga yang aku bayar untuk mu pas sekali untuk membayar p*****r papan atas!" Ucapnya dengan sarkas, bau wine itu tercium pekat di hidung ku. Rasanya dia memang sudah benar-benar mabuk, dia masih memegang dagu ku dan mulai ingin mendaratkan ciuman untuk ku. Tangannya melingkar di pinggang ku, tatapannya semakin lekat. Wajahku dan wajahnya kini saling berhadapan. Menatap satu sama lain dan nafasnya terhirup olehku, "KAU MILIK KU MALAM INI, AKU SUDAH MEMBAYAR MU PADA MORIN!" Ucapnya dengan tatapan yang sangat tajam. "Tidak!" Tolak ku sembari menggelengkan kepala ku, "Kau Bohong!" "Tidak, aku tidak bohong! Aku membayar mu dengan bayaran mahal dan seharunya aku menikmati tubuh indah mu saat ini." Ucapnya kembali, ia mulai menyusuri batang leherku dengan jari telunjuk nakalnya. Aku masih mencoba bertahan dan berharap dia tak melakukan apa-apa kepada ku, namun saat ini jari telunjuknya berhenti di atas belahan d**a ku. Aku menepuk jari itu, "Saya mohon jangan kurang ajar Tuan Xavier." Ucap ku pada nya "Apa? Kurang ajar?" Tanya nya. Dia menahan tawanya, "Iya, jangan kurang ajar! Walaupun.. " "Sebentar.. Aku kurang ajar? Kau tahu siapa dirimu?" Tanya nya. Aku menatapnya lurus, aku tahu dia sedang mencoba menyadarkan ku akan siapa diriku ini. Air mata ku pun menetes, "Kau seorang p*****r, penggoda dan lihat pakaian mu? Kau tak perlu munafik Zalina!" Ucapannya membuat hati ku sangat sakit, "Kau seharusnya menyadari, siapa dirimu? Jika kau wanita baik-baik! Kau tidak akan bekerja disini!" Jelasnya kembali. "Tapi setidaknya aku harus mampu menjaga diriku sendiri Tuan! Aku bekerja disini untuk bernyanyi bukan menjual diriku!" Tegas ku padanya. "Aku tidak peduli, aku sudah membayar mu dan saat ini kau harus melayani diriku!" Ucapnya kembali sembari menarik baju yang menutupi d**a ku, "Layani Aku!!" Teriaknya sembari memberikan tatapan yang sangat tajam untuk ku, aku beranjak dari tempat duduk ku namun dia kembali menarik pergelangan tanganku dengan sangat kasar. "Aku akan meminta uang mu kembali pada Morin, Tuan!" Ucapku sedikit bernada memohon. "Tidak, aku akan memberikan mu kembali uang! Lebih besar dari itu, asalkan kau mau memberiku kepuasan!" Bayangan wajah Ayahku hadir, aku takut jika ayahku kecewa padaku. Untuk sekedar berbicara bahwa diriku bekerja bernyanyi di sebuah Bar saja aku tak berani, apalagi menjual diriku sendiri. "Ayah Tolong aku!" Ucapku dalam hati saat lelaki tua ini mulai berani mencengkram pinggangku lebih dalam, ia mendekatkan wajah nya dengan wajah ku. Aku sangat ingin berteriak, namun aku tak kuasa untuk berteriak. Rasanya leherku seakan tercekik tangan besarnya, aku kehilangan cara untuk lepas dari dekapannya. Ia menindih tubuhku, sesuatu yang menjadi miliknya pun terasa mengeras dan menempel dengan kulit paha ku. "Tuan kasihanilah Aku, aku mohon!" Pintaku padanya, ia tetap mencoba mengecup-ngecup leherku. Sialnya aku pun tak meronta, entah karena aku takut akan tubuhnya yang lebih besar akan mampu menyakitiku atau mungkin yang aku takutkan lebih dari itu. Ia tak mendengar permintaan ku yang terkesan memohon itu, ia tetap saja melakukan itu dengan sangat tenang. Kali ini ia mulai menyimpan tangannya di salah satu gundukkan kenyal milik ku, ia meremas nya dan sesekali ia memainkan tonjolan kecil yang berada di atas gundukan itu. "Tuan.... " Keringat ku mengucur deras, aku takut hal buruk memang akan terjadi padaku. Bagaimana mungkin aku kehilangan keperawanan ku di tangan lelaki yang baru saja bertemu dengan ku apalagi petuah-petuah Ayah terdengar di telingaku, bayangan wajah adik ku pun terlintas di dalam benak ku. "Tetap saja walaupun bisa menjaga diri kau akan menemukan apes mu!" Suara itu terdengar di dalam telingaku, bahkan saat ini gendang telinga ku terasa sakit sekali. Aku mencari celah dimana dirinya akan merasa lemah, aku melihat jenjang kaki ku yang masih memiliki jarak dengan nya sehingga kakinya tidak mengunci kaki ku. Lalu setelah itu, aku memanfaatkan keadaan ini. Aku mainkan kakiku dan mengusapkan kaki ku di bagian alat vitalnya seakan aku pun menikmati permainan miliknya, lelaki itu merasa kegelian dan ia semakin menikmati permainan kakiku itu. Lalu, tak berselang lama aku memberikan pijatan pada benda yang sudah mengeras sempurna itu dan aku menendang bagian mengeras itu dengan kaki ku sendiri, "Arrrrghhhhhh...." Teriaknya dalam kesakitan. dia terlihat meringis kesakitan dan melepaskan dekapan di tubuhku, menjauhkan tubuhnya dari tubuhku. Aku segera beranjak lalu berlari menuju pintu, namun sayang pintu ruangan itu terkunci dan Access card nya di simpan olehnya. "Dasar kau wanita Liar! Berani-beraninya kau menendang alat vital ku! Kau tak tahu siapa aku?" Tanya nya, aku menempelkan tubuhku di balik pintu. Jantungku kembali berdegup dengan sangat kencang, walaupun dia masih dalam kesakitan tetap saja dia terlihat lebih kuat dari ku. "Aku mohon Tuan Xavier! Aku mohon jangan lakukan itu padaku! Aku mohon!" Ucap ku lirih di telinganya. "Enak saja kau mengatakan itu!" Ia beranjak dari duduknya, lalu berusaha berjalan mendekati ku. Walaupun jalan nya terlihat menahan rasa sakit, tetap saja wajahnya terlihat penuh dengan amarah. "Aaaa.. Aaaku mohon Tuan, " Ucapku sembari mengatupkan kedua tangan ku, Aku melihat sekeliling ku. Aku mencari dimana Access card ruangan itu berada dan saat ia mendekat, aku melihat bahwa Access card itu berada di tempatnya duduk tadi. Dalam hati ku bergumam, "Aku akan membawanya duduk di sana kembali, lalu membawa kartu itu agar aku dapat membuka pintu ini!" Ia mendekat dan lebih dekat, matanya terlihat menatap ku dengan lekat. "Puaskan aku! Aku akan menjamin kehidupan mu!" Ucapnya berbisik di telinga ku, "Kau harus bisa melebihi istriku!" Tambahnya, aku sedikit membalas tatapan nakal nya. Aku pun mendekatkan wajahku dengan wajahnya, "Benarkah kau akan menjamin kehidupanku?" Tanya ku sembari mengajaknya untuk melangkah mundur ke tempat semula, ia mengikuti arahan yang aku berikan. Berjalan mundur lalu duduk kembali di atas sofa yang tadi dipakai olehnya untuk duduk, "Aku akan melakukannya jika memang kau tidak memberiku hanya semalam, karena aku membutuhkan uang seumur hidupku!" Ucapku nakal, ia mengangguk dan menatapku kembali dengan penuh nafsu. Saat ia sudah duduk di atas sofa itu, tangan ku meraih kartu untuk membuka pintu yang tersimpan di belakangnya. Lalu saat aku sudah meraihnya, aku pun kembali membuatnya tak bisa meraihku. Aku menempelkan kepala ku di dahinya, ku benturkan dengan cukup keras lalu setelah aku melihat nya merasa kesakitan, aku pun berlari dan membuka pintu itu menggunakan Access card yang berada di tanganku. Sungguh baru kali ini aku mendapatkan tamu seperti Xavier dan ini semua karena ulah Morin, setelah aku berhasil keluar, aku segera mencari keberadaan Morin. Amarah ku memuncak padanya, aku merasa kesal dan kesal kepada Morin, rasanya aku ingin membuat tulangnya merasa remuk karena sudah memberikan rasa takut kepadaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD