Tak Mau Peduli

1246 Words

Pukul enam lewat tiga puluh menit, Jania berdiri di pintu utama. Memperhatikan pintu pagar, berharap dapat melihat Gadis. Namun, orang dinanti-nantikan tak kunjung tiba. Cemas mulai menggelinding. Takut terjadi hal buruk pada perempuan yang dipanggil mbak tersebut. Setengah jam kemudian, Ivan yang sedari tadi bermain bersama Andin di halaman belakang menghampirinya. “Jania, kamu ngapain di situ?” “Papa Ivan, kasihan Mbak Gadis. Belum pulang sampai sekarang. Bentar lagi kan malam. Papa Ivan enggak nyariin dia?” “Jangan khawatir. Mbak Gadis cuma punya satu teman dekat. Dia pasti ada di sana. Kamu dan Andin makanlah. Papa mau telepon temannya.” Jania mengangguk dan berderap ke dapur. Sementara Ivan menghela napas. Sudah pukul tujuh malam, tapi Gadis belum menampakkan diri. Mungkin masih

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD