Chapter 3

1008 Words
Elisa masih belum bisa mempercayai bahwa ia menyetujui ajakan Andreas untuk menikah hanya demi keuntungan masing-masing. Andreas membutuhkan pasangan untuk membantu dan mendampinginya berjuang mendapatkan gelar Putra Mahkota. Serta Andreas membutuhkan perempuan yang siap untuk menjadi Ratu Marchard jika Andreas yang terpilih, dan Andreas menemukan kemampuan itu pada diri Elisa. “Jika kau membantuku menjadi Putra Mahkota, kau bisa menyelamatkan tanah Mapson dari rencana ayah dan Anthony.” Elisa langsung menolak tawaran pernikahan dari Andreas ketika mereka berdua di perpustakaan. Hanya saja pengakuan Andreas mengenai rencana Anthony utnuk menjadikan Mapson sebagai daerah pertambangan apabila ia terpilih menjadi Raja selanjutnya membuat Elisa memilih untuk mempertimbangkan tawaran itu. Malam harinya Andreas mengirimkan sebuah rekaman suara yang berisi rencana Anthony terhadap tanah Mapson yang didukung sepenuhnya oleh Raja George. Bukti yang membuat Elisa percaya akan penuturan Andreas ketika di perusahaan. Tentu saja jika itu terjadi maka masa depan rakyat Mapson benar-benar terancam. “Kau tidak harus mencintaiku. Cukup jalankan peranmu sebagai Putri Mahkota dan Ratu Marchard dengan baik dan berikan aku seorang putra.” Elisa akan berpikir bahwa Andreas adalah laki-laki yang sangat egois jika saja Andreas belum menceritakan alasan mengapa ia benar-benar berusaha untuk menjadi raja. Ia hanya bisa memahami perasaan Andreas dan benar-benar berniat untuk membantu. Lagipula konspirasi istana yang ia ketahui dari Andreas sudah cukup mengerikan dan Elisa hanya ingin memastikan bahwa Mapson benar-benar aman. Ia akan jauh lebih bisa memastikan itu apabila berhasil menjadi Ratu Marchard. Cita-citanya sejak kecil hanyalah bisa membuat rakyat-rakyat di Mapson hidup makmur. Tawaran pernikahan dari Andreas membuat mimpi Elisa terasa semakin dekat untuk dicapai. Beruntungnya Elisa sedang tidak dekat dengan pemuda mana pun atau tidak sedang jatuh cinta. Jika Elisa sedang dalam dua posisi tersebut pasti segalanya akan lebih rumit. “Tuan Putri..” suara John membuat lamunan Elisa terhenti seketika. “Kita sudah sampai.” Elisa bahkan tidak menyadari mobil telah berhenti dan John telah berada di sebelahnya untuk membukakan pintu. John adalah orang kepercayaan Andreas. John diminta untuk mengantarkan Elisa selamat hingga tiba di Mapson. Elisa turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih kepada John. “Terima kasih banyak, John. Sebaiknya kau bermalam dulu disini. Kau pasti lelah.” “Terima kasih atas tawarannya, Tuan Putri. Mohon maaf saya harus segera kembali ke istana karena besok ada banyak hal yang harus dikerjakan.” “Baiklah. Hati-hati di jalan dan segeralah beristirahat ketika tiba.” John tersenyum dan mengangguk. “Tuan Putri..” “Terima kasih banyak telah membantu Pangeran Andreas.” Satu-satunya orang lain yang mengetahui kesepakatan antara Andreas dan Elisa adalah John.   ---------   Di hari kelima setelah Elisa kembali dari istana Marchard muncul kabar bahwa Pangeran Andreas sedang sakit. Elisa diminta untuk datang ke istana sekaligus tinggal di istana hingga kedatangan Anthony. Artinya Elisa akan tinggal sekitar empat malam di istana. John mengabarkan bahwa ini adalah kali kedua Andreas mengalami sakit dalam hidupnya. Yang pertama adalah ketika ibunya meninggal, Andreas sakit selama satu minggu. Tentu saja fakta ini membuat Elisa merasa khawatir mengingat Andreas selama ini sangat kuat dan fit. “Yang Mulia..” Elisa membungkuk hormat ketika berpapasan dengan Ratu Annetha di istana pangeran. “Sepertinya putraku merindukanmu, Elisa. Temanilah dia. Kuharap kedatanganmu menyembuhkannya.” Kemudian Ratu Annetha berlalu begitu saja dan datanglah Emily. “Kakakku memanggil namamu terus..” tanpa menunggu balasan Elisa, Emily pun berlalu menyusul ibunya meninggalkan istana pangeran. “Mari, Tuan Putri.” John mengajak Elisa untuk segera bergegas menuju kamar Andreas. Ketika Elisa masuk, tabib istana tengah memberikan obat kepada Andreas dan laki-laki itu dalam keadaan sadar. Andreas yang melihat kedatangan Elisa menyunggingkan senyumnya. “Terima kasih..” bisik Andreas setelah ia selesai meminum obatnya. “Semuanya tolong tinggalkan aku dan Elisa.” pinta Andreas kemudian. “Apa yang terjadi, Yang Mulia?” tanya Elisa ketika hanya ada dirinya dan Andreas dalam kamar itu. “Elisa, kemarilah. Kau terlalu sopan, kita hanya berdua.” Andreas menepuk kasur di sisinya. Saat ini ia tengah duduk bersandar. “Setelah kau pergi. Aku memimpikan ibuku.” “Aku benar-benar merindukan ibu.” lanjutnya dengan lirih. “Apa kau sudah baikan?” tanya Elisa. “Membaik setelah kau datang.” Elisa menghela napas. Ia sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut terkait efek yang ditimbulkan dari memimpikan Ratu Valerie. Apakah sedasyat itu hingga membuat Andreas tumbang dan jatuh sakit. Itu hanya mimpi, lalu apa hubungannya dengan kesehatan. “Apa Anda bekerja terlalu keras hingga mengabaikan kesehatan, Yang Mulia?” “Panggil aku Andreas, Elisa. Aku sudah mengatakannya berulang kali.” “Apa Anda bekerja terlalu keras hingga mengabaikan kesehatan, Yang Mulia?” ulang Elisa. Ia masih menghormati Andreas sebagai seorang pangeran sehingga meski berdua seperti ini Elisa tidak akan memanggil Andreas hanya dengan namanya. “Aku tidak pernah mengabaikan kesehatan, Elisa.” “Mimpi itu cukup mengguncang psikologisku dan aku merasa tidak bisa melakukan apa-apa.” “Bagaimana mimpinya?” Andreas menggeleng dengan cepat. Ia tidak ingin mengingat mimpi buruk itu. “Apa Yang Mulia Ratu mengetahui hal ini?” Andreas menggelengkan kepalanya. “Hanya Bi Resa dan John yang mengetahui hal ini. Juga kau.” Bi Resa adalah tabib istana yang tadi memberikan Andreas obat. Bi Resa dulunya adalah tabib kepercayaan Ratu Valerie yang kini diangkat menjadi salah satu tabib istana. Itu sebabnya Bi Resa mematuhi permintaan Andreas untuk tidak memberitahukan siapa pun perihal mimpi Andreas. “Beristiratlah, Pangeran.” Elisa sepertinya harus memberi waktu kepada Andreas dan sementara itu ia akan mencari tahu mengenai mimpi Andreas kepada John. Ketika John menjemputnya di Mapson, laki-laki itu hanya bungkam terkait penyakit yang diderita Andreas. Sekarang ketika Andreas memasukkan Elisa ke dalam daftar orang-orang yang mengetahui mimpi buruknya, maka seharusnya John tidak berhak untuk menyembunyikan fakta apapun mengenai mimpi itu. “Temani aku, Elisa. Tidurlah bersamaku.” Elisa membulatkan matanya dan langsung menggelengkan kepala. “Aku tidak akan melakukannya, Yang Mulia. Beristirahatlah.” Elisa berniat melangkah keluar namun Andreas mencekal tangannya. “Selain obat, aku benar-benar membutuhkanmu Elisa.” Andreas menatap Elisa penuh harap sementara Elisa berusaha melapas cekalan tangan Andreas. “Maaf, Yang Mulia. Aku tidak bisa.” “Kalau begitu tetaplah berada disini hingga aku tertidur, Elisa.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD