PART 2 - RUMAH

976 Words
“makasih ya bang,” ucap Dea sambil memberi uang 20 ribu kepada abang ojek online yang mengantarnya sampai ke rumah. Dea membuka pintu gerbang rumahnya yang luas. Di depan ia melihat sebuah mobil putih yang asing baginya.   “kayaknya ada tamu ya ?” batin Dea.   Dea melanjutkan langkahnya memasuki rumah.   “Assalamualikum… ,” ucap Dea. Namun ia tak mendengar jawaban dari siapapun.   Semakin melangkah kedalam, Dea mendengar suara tawa Mami dan seorang wanita lain yang Dea kenal dan perlu memastikannya.   Dea yang berniat ke kamarnya yang berada di lantai dua mengalihkan langkahnya kea rah taman belakang. Disana ia melihat Maminya dengan seorang wanita dewasa yang cantik dan anggun sedang bermanja dengan Maminya.   “Mami”, panggil Dea.   Mami Dea menoleh begitu juga dengan wanita yang tadi membelakangi Dea.   “Mbak Dinda !!” seru Dea melihat Dinda, kakak perempuannya berada di rumah setelah sekian lama pergi untuk bekerja di luar kota.   Dea berlari dan memeluk Dinda saking kangennya.   “Dea !! Apaan sih kamu baru pulang sekolah, bau ! sana bersihin badan kamu dulu,” tegur Mami pada Dea.   “Mi.. biar dong, Dea kan kangen sama aku, iyakan De..” kata Dinda dengan lembut.   Dea langsung melepaskan pelukannya pada Dinda, ia tersenyum bahagia karena kakak yang paling ia sayangi telah kembali.   “Dea.. kamu ganti baju terus kita makan siang bareng ya,”kata dinda dengan kelembutannya.   “Iya Mbak.. ,” Dea pun pergi dari hadapan Dinda dan Mami. Ia sangat menuruti perkataan Dinda. Karena hanya Dinda lah yang bersikap baik padanya selain Papi.   Malam tiba dan semua keluarga berkumpul untuk menikmati makan malam yang telah disiapkan Bik Sam.   “wah.. Bik Sam masak enak-enak banget nih. Ada ayam goreng, sayur lodeh, sambel paru sama semur jengkol” puji Dea.   “Iya non, nyonya minta menu malam ini makanan kesukaan Non Dinda,” jawab Bik Sam sambil memperbaiki tata letak masakannya diatas meja.   Dea sedikit tercenung dengan jawaban Bik Sam, ia merasa selama ini Mami tidak pernah meminta Bik Sam memasak makanan kesukaannya walaupun Dea ulang tahun atau mendapat prestasi.   “jangan baper Dea !!!”, kata hati Dea. “Mami Cuma seneng anaknya pulang, ini cuma masakan aja. Please, jangan baper,” kata hati Dea lagi.   Tak lama Papi datang ke ruang makan dengan senyum teduhnya seperti biasa.   “Papi… lihat deh Pi, Bik Sam masak enak. Katanya kesukaan Mbak Dinda,” lapor Dea.   “Oh ya ? Dea suka juga gak ?” Tanya Papi sambil duduk di kursinya.   “suka Pi,” hanya itu yang bisa dijawab Dea walaupun ada beberapa menu yang sebenarnya Dea kurang suka seperti sayur lodeh dan semur jengkol.   “Mami sama Dinda mana ?” Tanya Papi.   “gak tau Pi, mungkin masih di kamar,” jawab Dea.   “Oh iya, gimana sekolah Dea ?” Tanya Papi sambil mengusap rambut Dea saying.   “Alhamdulillah lancar Pi,” jawab Dea sambil tersenyum.   “rajin-rajin belajarnya ya, udah mau lulus kan ?” nasehat Papi.   “iya, tinggal 4 bulan lagi Pi. Oh iya Dea boleh ikut lomba perancang busana gak Pi ?” Tanya Dea. “apapun yang Dea suka selama itu positif, papi akan dukung, sayang,” ucap papi sambil tersenyum.   “makasih Pi,” ucap Dea sambil memeluk Papi.   “Duh mesra banget nih berdua,” goda Dinda yang baru masuk ke ruang makan bersama Mami di belakangnya kemudian mereka duduk di kursi masing-masing.   Mami duduk di sebelah kanan Papi dan mulai mengambilkan makanan untuk Papi.   “Dea, jangan dibiasain meluk-meluk Papi, kamu udah besar jangan manja!” tegas Mami.   “Mami, Dea kan peluk Papi. Cemburuan banget sih Mi..” ucap Dinda menggoda.   “Dea udah besar Dinda, gak pantes kayak gitu,” jawab Mami.   Dea memandang Papi disebelahnya dengan tatapan segan dan sedih.   “Mi, Dinda bener. Dea kan anak Papi, wajar dong kalau Dea peluk Papi,” bela Papi.   “tapi Pi..” kata Mami yang ingin protes lagi.   “Udah, gitu aja diributin Mi. yuk makan nanti keburu gak enak,” sela Papi.   Mami pun diam dan melanjutkan tugasnya menyiapkan makanan untuk Papi. Mami juga mengambilkan makanan untuk Dinda.   “Mi, Dea mau ayam gorengnya dong,” kata Dea sambil mengulurkan piringnya karena memang letak ayam goreng dekat dengan Mami tapi jauh dari Dea.   “ambil sendiri Dea! Jangan manja!” seru Mami.   “Maaf Mi,” ucap Dea pelan.   “ini De, udah kamu duduk aja,” ucap Dinda sambil mengambilkan sepotong ayam goreng untuk Dea.   Papi yang melihat tingkah Mami hanya bisa menggelengkan kepala.   *** Papi baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Mami sedang membersihkan wajahnya dengan toner. Papi berjalan menuju tempat tidur dan memandang Mami sejenak. Ia teringat perlakuan mami kepada Dea tadi.   “Mi…” panggil Papi.   “ada apa Pi,” jawab Mami tanpa menghentikan kegiatannya.   “mami bisa gak sih perlakukan Dea sama seperti Dinda,” ucap Papi.   “maksud Papi ?” Tanya Mami sambil memandang papi dari pantulan kaca.   “ya, Mami tuh tadi kasar banget sama Dea. Dea peluk Papi, Mami marah. Dea minta diambilin makanan Mami bentak. Tapi Dinda Mami manjain,”   “Pi, jangan suka manjain Dea. Nanti dia bisa ngelunjak. Anak itu harus dibiasakan mandiri. Dinda aja bisa ko’ mandiri,” jawab Mami tak terima.   Papi menghela nafas menghadapi k*******n istrinya yang tak mau kalah. Ia sangat tau bagaimana tabiat istrinya.   “terserah Mami mau bilang apa. Papi cuma minta Mami bisa bersikap adil pada Dinda ataupun Dea. Terlepas dari kejadian di masa lalu, Papi sudah lupakan dan Papi harap Mami bisa lebih legowo menerima kenyataan,” tegas Papi.   Setelah mengatakan itu, Papi merebahkan tubuhnya dan membelakangi Mami yang masih sibuk dengan runitinas malamnya sebelum tidur.   Sementara Mami nampak kesal saat Papi mengungkit kejadian masa lalu. Masa dimana kehancuran hampir memisahkan Mami dan Papi karena kehadiran Dea.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD