Masih Di Rumah Sakit Jiwa

1079 Words
Bintang membuka Indra ketujuhnya mencari seseorang yang tak bisa ia lihat. Setelah terbuka penglihatannya begitu jelas tak ada yang bisa bersembunyi darinya. Hampir sepuluh kali, laki-laki tersebut mengitari seluruh rumah sakit namun, tak ada tanda-tanda dari wanita itu. Duar. Ledakan pun terjadi, Bintang mencari sumber suara itu, ledakannya berasal dari belakang rumah sakit, Bintang menuju ke sana dengan kemampuan telepatinya. Di sana Arcid dan moster itu, bertarung mantra-mantra yang keduanya ucapkan. Bintang, tak bisa membantu Arcid karna, keduanya dalam satu ruangan khusus yang hanya ada keduanya saja. Tak hanya Bintang yang memperhatikan mereka ada juga seseorang sedari tadi memperhatikan mereka. Bintang menyadari itu, wanita yang ia cari. Namun ia dikendalikan seseorang. Sampai membuatnya bersikap aneh. Wanita tersebut memakan tanah dan juga batang pohon di sekitar bukit. Bintang terpental begitu mendekati Siska, dingding penghalangnya mencegah Bintang untuk masuk.l Bintang berkonsentrasi untuk bisa mendekati, wanita bernama Siska itu. Namun, lagi-lagi tubuh laki-laki itu terpental semakin jauh. Berbagai cara, untuk bisa mendekati wanita itu, begitu sulit sampai Bintang kehabisan cara. Laki-laki tersebut pun diam tak melakukan apapun sambil bersila di tanah. Ia benar-benar berkonsentrasi untuk memecahkan dingding penghalang itu. Sekitar empat jam lebih dingding itu, akhirnya retak, dan pecah seketika, secepat kilat Bintang pun menarik wanita itu di sana. Wanita tersebut memberontak, tak suka di sentuh oleh Bintang. Laki-laki itu pun membaca mantra-mantra, perlahan wanita itu pun ambruk tak sadarkan diri. Bintang pun mengendongnya untuk membawanya ke markas, karna bila tetap di rumah sakit, wanita ini akan terus kerasukan. Setelah membawa wanita bernama Siska itu, ke tempat yang aman. Bintang pun kembali ke rumah sakit, karna Arcid masih belum bisa melepaskan diri dari jerat moster itu. Energi Arcid sudah terserap habis, ia sudah tak berdaya lagi. Jiwanya hampir di serap oleh moster itu. Namun segara di selamatkan oleh Bintang, terlambat sedikit saja, nyawa Arcid benar-benar hilang. Bintang berusaha untuk membantu, Arcid. Melawan moster itu, dengan sisa-sisa dari tenaganya yang mulai melemah. Namun untungnya, Bintang berhasil membawa tubuh Arcid dan kabur dari Rumah sakit itu. Eva masih memikirkan ucapan anak hantu itu, tentang Shaddaw. Ia penasaran siapa dia? Perlahan wanita itu pun, mulai membuka matanya, Eva segera mendekatinya. Eva melihat pandangan wanita itu kosong. Eva memegang kepalanya. Blurrr, Eva melihat potong dari masa lalu wanita itu. Wanita itu terbaring lemah di sebuah panti asuhan, begitu banyak luka yang ia terima, Seseorang menolongnya membawanya masuk ke panti asuhan itu. Wanita itu, koma selama 40 tahun. Eva mengerutkan kening, "Koma selama empat puluh tahun, apakah ada yang salah dengan identitas wanita ini!" pikiranya bingung. Gadis itu pun mencoba mencari identitas dari gadis itu. Gadis bernama Zazah Zahrosya, berusia 23 tahun. Eva bingung, jelas -jelas tertulis 23 tahun. Kenapa bisa koma sampai 40 tahun. Jika dilihat dari rupanya, wanita ini 23 tahun. Masih muda dan cantik, namun usianya membuat bingung. Koma sampai 40 tahun mungkin usia sekitar 80 atau 90 tahun, wanita ini nenek-nenek. Rasa penasarannya mulai merasukinya. Jika memungkinkan gadis itu, akan menyelidiki siapa gadis ini sebenarnya,? Namun tidak sekarang. Untuk saat ini, ia akan fokus menjaga wanita ini. Sampai di markas, ada dus manusia yang tak sadarkan diri, Siska dan Arcid. Bintang menghubungi tim medis di markas besar, Bintang khawatir dengan kondisi dua manusia ini. Pratiwi menghampiri Bintang setelah mendapat laporan dari, salah satu petugas kepolisian, kalau Bintang membawa dua orang yang pingsan. Bintang memceritan semua, kepada Pratiwi. Namun laki-laki itu, meminta Pratiwi untuk merahasiakan semua ini dari Kapten Erik. Pratiwi hanya mengangguk saja, walau tak mengerti, kenapa harus dirahasiakan dari Kapten Erik. Bintang memulihkan energinya sendiri, dengan menyantap berbagai makanan yang ada untuk mengembalikan tenaganya yang terkuras habis. Bintang lupa tak membawa suplemen yang berikan Jendral Marisa, biasanya Bintang paling rajin membawa suplemen itu di saku bajunya. Namun karna, Selia. Laki-laki tersebut melupakan obat penting itu. Mungkin selama di dunia manusia, ia tak akan meminum suplemen itu. Tak terjadi apapun dengan tubuhnya saat ini, untuk pertama kalinya, Bintang tak meminum suplemen itu. Ia berpikir tak masalah, walau terasa ada yang berbeda. Tenaganya tak langsung pulih kembali. Ia masih tetap lemah, bahkan semakin lemah. Membuatnya ambruk seketika. Afdhal dan Vanila yang melihat Bintang langsung membawanya, ke instalasi kesehatan, bersama Arcid dan Siska. Pratiwi yang memiliki, kemampuan supranatural mencari tau apa yang terjadi dengan Arcid dan Bintang. Pratiwi melihat pertarungan tak seimbang antara Arcid dan Bintang. Keduanya melawan moster dengan level tinggi. Membuat keduanya, mengeluarkan seluruh kemampuannya. Pratiwi melihat rumah sakit itu, bukan rumah sakit biasa. Energi negatif dari tempat itu, membuat kekuatan jahat menjadi semakin kuat, melebihi levelnya, tempat itu, menjadi surga bagi kejahatan. Setinggi apapun kemampuan seseorang, tetap saja bila datang ke tempat itu, akan kalah. Tempat paling berbahaya bagi mereka yang memiliki energi positif. Manusia saja, bisa berbuat jahat bila berada di sana. Benar-benar tempat yang menyeramkan. Pratiwi merasa bersalah, karna membuat Bintang dan Arcid datang ke sana, malahan membuat Arcid hampir kehilangan nyawanya. Pratiwi menyesal tak memeriksa terlebih dahulu, tempat yang harus mereka datangi. Kekuatan selevel Bintang pun bisa kalah pergi ke tempat itu, apalagi Arcid. Pratiwi memikirkan cara untuk menyembuhkan keduanya dan juga Siska. Bukan dokter yang mereka butuhkan, namun energi penyembuhan. Energi penyembuhan hanya dimiliki Kapten Erik. Namun sampai saat ini, Kapten Erik sedang tak ada di negara ini. Tak tau kapan pulang. Vanila merasa sedih melihat rekanya seperti ini. Ini pertama kalinya, Bintang pingsan seperti ini. Gadis itu baru mengetahui, di dunia ini, ada tempat yang begitu berbahaya, sampai membuat Bintang seperti ini. Afdhal memperhatikan Vanila, laki-laki itu kagum dengan gadis yang bukan manusia itu. Gadis itu begitu sexy dengan penampilannya yang begitu menggodanya secara tak langsung. Badannya langsing, payudaranya berisi dan wajahnya begitu cantik. Benar-benar idaman Afdhal, yang sering bercinta dengan sembarang gadis. Laki-laki itu cukup genit dan playboy bulan tive Vanila. Namun Afdhal benar-benar menginginkan Vanila, setidaknya untuk tidur dengannya, merasakan tubuh indahnya, membuat ia berpikiran kotor tentang gadis itu, yang jelas laki-laki itu menyukainya, untuk bisa menyentuhnya. Setia ada wanita cantik pikiran Afdhal berubah menjadi m***m dan membayangkan keindahan seorang wanita yang menurutnya mahkuk Tuhan yang paling sempurna. Afdhal selalu mengagumi semua wanita. Di matanya tak ada wanita cantik atau wanita jelek menurutnya sama. Karena, sifat ini juga membuat wanita pun menjadi kepedean atas semua perilaku Afdhal yang menjengkelkan orang-orang yang memiliki kemampuan khusus untuk membaca pikiran-pikiran kotornya yang benar-benar menganggu. Afdhal selalu apa adanya apa pun yang ia rasakan itu juga yang ia pikirkan. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD