4 November 2016.

1693 Words
"Woi Lik, loe malah bengong gitu sih loe?!! Ayo, keluarin lagi Narasi hujatan loe!" Ucap Riady, menyadarkanku yang sudah semenjak tadi tidak berucap sepatah katapun. Aku pun menggerutkan dahi-ku mendengar kalimat yang ia lontarkan itu. Singkat kata, saat ini aku bersama teman-teman Mahasiswa dari kampusku, berboyong-boyong mendatangi kampung halamanku, tepatnya Jakarta. Bukan bermaksud untuk bersilaturahmi dengan saanak-sekeluarga. Tapi, maksud kedatanganku kali ini adalah dalam sebuah protes pembelaan nama baik islam --Aksi bela islam 4 November 2016. Bersama organisasi-organisasi keagamaan, kami datang berbondong-bondong dari segala penjuru --Lantang menyuarakan proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dianggap telah menistakan agama. Tak pernah terbayangkan olehku, jutaan rakyat berbaris datang dari g**g sempit, kampung, komplek perumahan dari apartemen, blok petakan, dan sampai lokasi gusuran --Semua sepakat menuntut keadilan. Jutaan umat berbaju putih, dan berwajah bersih pun mulai memenuhi mushola, masjid, dan juga lapangan. Berbekalkan samudera keikhlasan, saling berbagi penuh persaudaraan, lalu menggalang jaringan kekuatan. Semua sepakat membela keyakinan. Para Ulama, Habaib, dan Kyai pun juga ikut turut serta meramaikan aksi tersebut. Mereka turun ke jalan, bersorbankan keberanian --Semangat membalut perjuangan, dan Shalawat pun dikumandangkan disepanjang perjalanan. Semua sepakat mendudukkan kebenaran. Hukum telah diinjak-injak penguasa, aparat belepotan lindungi Sang Penista, media Komprador siarkan dusta, dan fitnah pun berceceran di dunia maya. Namun, Sang Tuan rumah Istana pergi, yang entah kemana perginya itu?! --Pecundang tetaplah pecundang. Jutaan manusia berteriak lantang, takbir pun mulai menguasai gelanggang. "Allahu Akbar!! Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!" Dan lagu Indonesia Raya pun berkumandang dengan sangat tegas; "Bangunlah jiwanya!! Bangunlah badannya!! Untuk Indonesia raya." *** Para pendemonstan yang hadir, mengacungkan kepalan tinggi tangan mereka. Tak peduli lagi segala ancaman --Semua sepakat menuntut keadilan. Itulah yang kurasakan pada saat ini. Denyut nadi membawakan Revolusi, menggerakkan hati nurani, lalu bersiap diri untuk melawan tirani. "Kalian boleh saja membela d**a mereka, lalu mengganti isinya dengan batu. Kalian boleh saja menghisap pikiran mereka, lalu memori pun terhapuskan begitu saja. Dan kalian boleh saja mengunci mulut mereka, membungkamnya hingga tak bersuara." "Tapi berbeda dengan kami...!!!" Seruku lantang berteriak menggunakan sebuah speaker, memprovokasikan para demonstran, agar lebih tegas lagi menyuarakan protes keadilan di negri ini. Bagaikan laksamana perang, aku yang sudah berada diatas sebuah podium yang dibangun khusus untuk menyambut hari ini, terus saja membangun semangat persatuan kepada para pendemonstran yang datang. "Allahu Akbar!!" Disertai juga para pendemonstran menjawab salam semangat dariku. Sehingga kalimat 'Allahu Akbar' tersebut, seperti menggema dari segala macam penjuru. Aku memang bukanlah seorang ulama, ataupun seorang ahli agama, seperti yang datang dihari ini. Aku hanyalah seorang Mahasiswa yang tidak menyukai segala macam ketidak-adilan, ataupun tindakan yang bisa memecah belahkan persatuan negri ini, khususnya seperti kasus kali ini; Dimana seorang Gubernur yang seharusnya bisa menjadi teladan (Baik secara tindakannya, ataupun lisannya), justru berbuat ulah dengan meremehkan kebenaran dari salah satu surah yang terdapat dalam sebuah kitab suci Al-Qurant. Sedangkan saja, dirinya itu adalah seorang yang non-muslim --Bagaimana bisa? Selasa, 27 September 2016. Jagat media sosial jadi riuh karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang membahas penggunaan surat Al-Maidah ayat 51, dalam suasana menjelang Pemilihan Gubernur DKI 2017. Sekadar catatan; Bila ayat tersebut memang kerap menjadi materi kampanye, untuk mengarahkan warga muslim DKI agar tidak memilih Ahok. Semisal; ketika dipakai Hizbut Tahrir Indonesia, dan Gema Pembebasan dalam kasus video #TolakPemimpinKafir, beberapa waktu silam. *** Saat itu, Ahok menjelaskan, tentang; Program kerja sama Pemerintah Provinsi DKI, dan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta dalam bidang perikanan --Termasuk memberikan bantuan 4.000 benih ikan kerapu. Dalam pidatonya tersebut, Ahok menjelaskan, bahwa; Warga tak perlu takut soal kelanjutan program bantuan itu, bila dirinya tak terpilih dalam Pilgub DKI 2017. Lebih kurang, Ahok menjamin program itu akan tetap berjalan, apa pun hasil Pilgub kelak. Ahok berkata; "Jadi, enggak usah berpikiran! 'Akh! Nanti kalau enggak kepilih, pasti Ahok programnya bubar'. Enggak! Saya masih terpilih (menjabat) sampai Oktober 2017." Setelah ucapan tersebut, terseliplah pernyataan dia, soal; Penggunaan surat Al-Maidah ayat 51 jelang Pilgub DKI 2017. "Jadi, jangan percaya sama orang! kan bisa aja dalam hati kecil Bapak-Ibu enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat Al-Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak Bapak-Ibu." Pernyataan itulah yang jadi bola liar di jagat daring. Kecaman pun datang. Sejumlah situs web ikut memanaskan suasana pasca-pernyataan Ahok itu. Semisal yang terlihat dalam judul tulisan; Islamedia.id: "Di hadapan Warga Kepulauan Seribu, Ahok Sebut Al-Qurant Sebagai Kitab yang Membodohi Umat Islam". Ada lagi judul tulisan yang memosisikan Ahok, telah menyebut surat Al-Maidah adalah bohong belaka. Contohnya dalam judul; VOA Islam, "Soal Pemimpin Kafir, Ahok Sebut Umat Islam Telah Dibohongi Surat Al-Maidah Ayat 51". Perkara demi perkara semakin ramai, setelah munculnya petisi bertajuk; "Ahok Jangan Lecehkan Ayat Al-Qurant!" di Change.org. Kurang dari 24 jam, petisi yang digagas akun; Irfan Noviandana itu, sudah menuai lebih dari 31 ribu dukungan, Kamis malam, 6 Oktober 2016. Di linimasa Twitter keriuhan pun tercipta. Kata kunci "Basuki Tjahaja Purnama" dan "Al-Maidah" ikut masuk Tren Twitter Indonesia. Kecaman terhadap Ahok pun terus saja berdatangan. Seperti; ------------------------------------------------------ Anak Bangsa, umat agama apa pun juga, ayo dukung petisi ini. Taktik memecah-belah yang dilakukan Ahok harus diakhiri. https://t.co/Lza0a0LYZf -- Si Boneka Kayu. (@SiBonekaKayu) October 6, 2016. ------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------ Koh, kok rasis sih? kok lucu deh, jadi pengen saya gibeng -,- Al-Qurant sudah ada sejak lama, kok bilangnya...https://t.co/L63oED9cxt -- Aditya N Saputra. (@AdityaNS_ID) October 6, 2016. ------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------ Yang ngebegoin, dan ngebodohin warga dengan Al-Maidah ayat 51 itu siapa mas @basuki_btp ? Anda ngerti emangnya tafsir Al-Maidah ayat 51? -- Lukman saifuddin. #TolakReklamasiJKT (@Reiza_Patters) October 6, 2016. --------------------------------------------------- ------------------------------------------------------ Pak @basuki_btp mengatakan; dibodoh2i Surat Al-Maidah, terang penghinaan terhadap keberagaman, dan Pancasila. Bukan cuma umat Islam. -- Dahnil A Simanjuntak. (@Dahnilanzar) October 6, 2016. ------------------------------------------------------ *** Di sisi lain, sejumlah pengguna Twitter juga tampil membela Ahok. Para pembela ini menyebut, bahwa; Pernyataan Ahok tidak mengarah pada penghinaan Al-Qurant, ataupun surat Al-Maidah. Mereka menekankan, bunyi pernyataan Ahok adalah "Dibohongin pakai (dengan) surat Al-Maidah ayat 51." Kata mereka; Ahok tidak menyatakan; "Dibohongin oleh surat Al-Maidah ayat 51." Lebih kurang, menurut para pembela ini; Pernyataan Ahok merujuk pada praktik penggunaan surat Al-Maidah ayat 51 jelang Pilgub DKI 2017. Merujuk itu, judul-judul tulisan di sejumlah situs web, semacam; Islamedia.id, dan VOA Islam --Jadi terkesan bombastis, dan cenderung ingin memanaskan suasana. Aku pun bila memerhatikan video pidato Ahok (menit 24-25), yang bersangkutan juga mempersilakan warga untuk tidak memilihnya; Bila memang meyakini tafsir surat Al-Maidah ayat 51, dalam versi yang melarang memilih pemimpin non-muslim. "Itu hak Bapak-Ibu. Jadi, kalau Bapak -Iu enggak bisa memilih nih, 'karena saya (Bapak-Ibu) takut masuk neraka', enggak apa-apa," kata mantan Bupati Belitung Timur itu. Pernyataan lanjutan itu, menunjukkan; Sikap Ahok yang memberi kebebasan kepada warga dalam memilih, dan meyakini sesuatu. Salah satu akun berpengaruh (Influencer), sekaligus relawan pendukung Ahok, Rudi Valinka (@Kurawa) ikut menyampaikan penjelasan soal perkara ini. "Bukan kitab sucinya yang bohong, tapi politisasi kitab sucinya," tulis @kurawa. Konon pula, para pendukung Ahok juga telah meminta jagoan mereka rehat membicarakan agama. "Kita sudah meminta ke Gubernur @basuki_btp untuk Stop dulu berbicara soal agama. Karena kami sayang beliau yang selalu di-dzalimi oleh fitnah-fitnah k**i lawan." kicau @kurawa. Berikut sejumlah kicauan pengguna Twitter yang membela Ahok; ------------------------------------------------------ 6x memutar cuplikan pidato Pak Ahok, yang saya dengar adalah "Dibohongi PAKAI surat Al-Maidah 51," dan bukan "Dibohongi OLEH surat Al-Maidah 51." -- Lydia Levitania. (@lydialevitania) October 6, 2016. ------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------ "Dibohongi DENGAN surah Al- Maidah" dan "Surah Al Maidah itu bohong." Itu dua hal yang berbeda sik. Media sengaja menyamakan keduanya. -- H Ramadhan أبو علي (@hramad) October 6, 2016. ------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------ Ahok sudah berapa kali di fitnah lewat potongan-potongan rekaman youtube yah... Gubernur gue ini emang terlalu sabar, dia gak pernah mau balas pemfitnahnya. -- Rudi Valinka #HOKI (@kurawa)October 6, 2016. ------------------------------------------------------ ------------------------------------------------------ Prof. Quraish Shihab saat ditanya Al-Maidah ayat 51 dan pemimpin non-muslim, simak penjelasannya |@temanAhok @nongandahpic.twitter.com/Ys0dsuJYET -- Mohamad Guntur Romli. (@GunRomli) October 6, 2016 ------------------------------------------------------ *** Kasus ini juga mendapat respons dari organisasi Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), yang konon akan melapor ke Badan Pengawas Pemilu DKI. Mereka menuding Ahok telah melakukan tindakan rasial, dan menghina agama. Satu insiden sempat terjadi, saat seorang anggota ACTA, Novel Bamukmin, meneriaki Ahok di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis, 10 September 2016; "Ahok, loe gila lue! Ayat suci dimainin!," demikian pekikan Novel. Adapun Ahok merasa tak salah karena membawa surat Al-Maidah ayat 51 dalam pidatonya. Dia pun mengaku tidak bermaksud melecehkan agama tertentu. "Semua orang boleh mengutip kitab suci. Kitab suci terbuka untuk umum," ujar tokoh berusia 50 itu, dilansir Tribun News. Ihwal teriakan Novel, Ahok mengatakan; Bila pria tersebut sekadar "Mancing-mancing". Dia pun mempersilakan ACTA untuk melaporkan perkara ini ke Bawaslu. Sebagai catatan, surat Al-Maidah ayat 51 punya bermacam tafsir di kalangan muslim. Ada yang meyakininya sebagai seruan untuk tidak memilih pemimpin non-muslim. Namun ada pula yang menafsirnya berbeda. Ahli tafsir, Quraish Shihab, merupakan salah seorang yang beranggapan demikian. "Kalau seandainya dia yang memimpin itu (non-muslim), kepemimpinannya memberikan kemaslahatan buat kita. Maka tidak ada masalah." ( 3 ) ****************************** Suara Author: Sebelum saya melanjutkan cerita semi-fiksi ini. Saya mau mengutarakan; Bila saya tidak pernah ada niatan apapun juga dalam pembuatan cerita ini, selain: Mengingatkan kembali kepada generasi muda penerus bangsa, bila di dunia khususnya di negara kita ini Indonesia, pernah terjadi sebuah peristiwa besar. Dan saya pun juga ingin sekali mengingatkan kembali kepada para penerus bangsa khususnya teman-teman pembaca, agar tidak melupakan orang-orang yang pernah berjuang demi keadilan, begitu pula tidak mudah melupakan para b*****h yang selalu menyengsarakan rakyatnya. Untuk kalian, orang-orang yang namanya saya cantumkan di cerita saya kali ini. Saya tidak akan mengucapkan maaf apapun juga. Karena, saya menulis berdasarkan fakta dan dibumbui cerita non-fiksi didalamnya. Lagi pula kenapa saya harus minta maaf, yang saya jabarkan tentang kejelekannya. Ya, kan cuna memang untuk orang-orang yang jelek akhlaknya. Kecuali; Cerita saya ini menimbulkan prasangka buruk kepada seseorang yang sudah menjalankan tugasnya tanpa cacat. Dan untuk teman-teman pembaca sekalian. Maaf, bila diawal part cerita saya kali ini terlalu panjang dalam pendeskrisiannya. Tapi, tenang kok tidak akan seperti ini alur sesungguhnya. Anggap saja ini Prolog dari cerita ini. Maaf juga bila cerita saya kali ini, mungkin agak lambat update, sebab; Saya harus mengumpulkan beberapa data sebagai sumbernya, agar tidak terjadi kesalah-paham disuatu hari kemudian. Pesan singkat dari saya untuk kalian; "Bacalah sebuah cerita yang tidak hanya menghibur, namun bisa mencerdaskan juga." Happy reading, and see you again... @Latifabesaria

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD