Awal sebuah petaka

460 Words
Senandung suara burung memberikan suasana damai di pedesaan. Hamparan kebun yang menghijau dan suara aliran sungai bergemericik gambaran sempurna anugerah Tuhan yang Maha Esa. Mia remaja cantik nan polos sedang membantu orang tuanya bekerja di kebun. Orangtua Mia bekerja pada pemilik kebun untuk menanam dan menjaga sayur sayuran di kebun mereka. Siang ini Mia bermaksud untuk menggantikan ibunya. Sebab ibunya, bu ningsih tidak sepenuhnya sehat. Namun masih harus membantu suaminya bekerja ➡ kebun agar dapat membantu perekonomiaan keluarga. Keluarga kecil mereka sebelumnya baik baik saja. Sampai ketika bu ningsih jatuh sakit. Awalnya hanya sakit lambung biasa, namun nampaknya karena sering diabaikan dan tidak mendapatkan perawatan yang benar, kini menjadi semakin memburuk. Hal ini pula yang membuat Mia meneguhkan hatinya untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Karena dia tidak ingin bapaknya harus lebih bekerja keras untuk sekolahnya. Pernah terlontar pertanyaan dari ibunya apakah nanti tidak menyesal melewatkan waktu sekolahnya untuk bekerja? Dengan bijak dia menjawab, “Pada saatnya nanti, aku bisa ikut kejar paket c, lalu jika aku beruntung aku bisa kuliah. Sekarang yang penting ibu berobat dulu dan sehat. Jika ibu sehat, semuanya akan baik baik saja. Maka senyum lebar menghiasi bibir Mia dan pelukan hangat untuk ibunya. Ibunya pun membalas senyum, namun hatinya sangat tersentuh dengan ucapan anaknya. Ingin menangis tapi harus ditahan. Ia tidak ingin putrinya sedih. Karenanya, teriring doa untuk putrinya, semoga Tuhan senantiasa memberikan kebaikan dan kebahagiaan untuk putrinya tersebut. Sudah hampir satu tahun Mia tidak sekolah, namun kesehatan ibunya tidak kunjung membaik, bertambah parah malah. Pengobatan yang diupayakan menguras cukup banyak uang, bahkan tabungan pun sudah habis dibuatnya. Hingga bapaknya Mia, pak agus yang hampir putus asa mendengarkan cerita dari temannya bahwa pemilik kebun tempat ia bekerja adalah orang yang baik dan penolong. Akhirnya pak agus bermaksud menemui majikannya untuk meminta tolong. Meminjam uang untuk pengobatan istrinya, barangkali diijinkan begitu pikirnya. Namun sebelum menemui majikannya itu ia mendengar kabar lagi bila majikannya itu beristri banyak. Selama ini majikannya banyak menikahi janda dan membantu pendidikan anak janda tersebut. Terbersit keinginan untuk menawarkan putrinya agar dinikahi majikannya supaya biaya pengobatan istrinya dapat terbantu. Tapi, bagaimana dengan Mia? Apakah dia mau? Apakah ini adil untuknya? Dia sudah merelakan diri tidak bersekolah dan membantunya bekerja di kebun, namun apakah ini akhirnya? Mia harus banyak berkorban? Pak Agus ragu, ia kasihan jika Mia harus berkorban untuk orangtuanya. Tapi, adakah pilihan lain? Pak Agus mendiskusikannya dengan istri dan anaknya. Tak disangka, jawaban Mia di luar dugaannya. Dengan ikhlas hati Mia menyanggupi jika dia harus menikah dengan juragan agar ibunya bisa berobat dengan layak. Pada akhirnya semua niatan itu diutarakan pada majikannya dan permohonan itu tidak langsung disetujui. Istri kedua juragan yang menerima mereka mengatakan akan mendiskusikan masalah ini dengan anggota keluarga lainnya. Dan nanti akan diberi tahu jika juragan menyetujuinya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD