Surat Perjanjian

1788 Words
Ruangan VVIP, ruangan yang besar dengan segala fasilitas mewah di dalamnya. Bahkan ruangan itu bisa dibilang lebih besar dari pada rumah Saphira. Brankar yang terlihat lebih empuk, dari yang dia lihat di IGD tadi. Ada televisi besar dan juga lemari es. Saphira tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Entah ini adalah keberunntungan atau kesialan, yang sedang dia hadapi sekarang. Saphira hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Walaupun dia tahu, orang tuanya pasti khawatir. Karena semalaman dia tidak pulang ke rumah. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia diawasi dengan begitu ketat oleh Liu. “Jangan berharap kamu bisa kabur, aku bahkan siap untuk tidak tidur untuk menjagamu!” ucap Liu tegas. Membuat Saphira menjadi bergidik ngeri. “Aku adalah korban, kenapa aku malah ditawan?” ucapnya kesal. “Aku menahanmu, agar kau tidak sembarangan membuka mulutmu ke media!” ucap Liu. “Media? Untuk apa? Untuk mempermalukan diriku sendiri? Tidak mungkin!” jawab Saphira. “Jadi, apa yang kamu mau? Uang?” tanya Liu ketus. Dia mendelik ke arah Saphira dengan tatapan tajam. “Apa maksudmu dengan uang? Apa aku terlihat seperti perempuan penggoda? Cih!” ucap Saphira kesal. Entah dari mana dia mendapatkan keberanian untuk menjawab ucapan Liu. Perempuan berwajah tionghoa itu meliriknya dengan kesal. “Kalau kamu berbeda dengan mereka, bagaimana bisa kamu berada di kamar Tuan Kaisar?” ucap Liu dengan nada tinggi. “Pelankan suaramu! Aku tidak takut denganmu! Karena aku benar, dan aku adalah korban. Kau bisa membuktikan semua ucapanku dengan mengecek cctv di club!” tantang Saphira. “Kau yakin dengan ucapanmu gadis kecil?” ucap Liu, dia menjambak rambut Saphira dengan keras. Hingga Saphira menjerit kesakitan. “Jika, aku menemukan ternyata kamu adalah gadis licik, aku tidak akan segan-segan melenyapkanmu!” ancam Liu. Dia melepaskan jambakan rambut Saphira dengan kasar. “Kau bahkan bisa langsung menanyakan pada Bosmu. Siapa yang dia seret ke kamar hotel seperti dia menyeret binatang!” “Baguslah, kalau memang dia seperti itu padamu. Kau tidak ada bedanya dengan Viona. Gadis yang suka menguras harta Kaisar. Tidak seperti aku, yang selalu menjaga dia dan hartanya,” ucap Liu. Dia menghidupkan sebatang rokok dan mulai menghisapnya. “Terserah!” ucap Saphira kesal. Rasanya, dia sudah kehabisan kata-kata untuk membalas Liu. Dia memilih untuk berbaring dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya. “Seperti itu bahkan lebih bagus. Kau seperti seonggok mayat,” ucap Liu lirih. Tapi saphira mendengarnya. Dia begitu murka. Dia pun bangkit dari tidurnya. Dia menjambak rambut Liu dengan sangat keras. “Apa kamu bilang? Aku seperti mayat? Kamu yang akan menjadi mayat sekarang!” teriak Saphira. Dia menjambak rambut Liu semakin keras. Menampar wajahnya dan menendangnya. Sayang, tendangannya gagal, kaki Saphira tertangkap oleh tangan Liu. Dia pun jatuh terjerembab. Wajahnya menempel di lantai. Pertarungan antara kedua perempuan itu terjadi cukup lama. Rambut keduanya sudah acak-acak, ada beberapa tetes darah di sudut bibir mereka. Ruang rawat inap VVIP itu sudah seperti kapal pecah. Vas bunga pecah, kursi berserakan, bahkan brankar pun menjadi terguling. Mereka masih saling menjambak saat Kaisar tiba dan membuka pintunya. Kaisar hanya bisa melongo melihat mereka. Sedetik kemudian Romeo dengan sigap menahan Liu. Agar mereka berhenti saling menyakiti. Kaisar berjalan menghampiri Saphira yang masih terengah-engah. “Kamu tidak apa-apa?” tanyanya pada Saphira. “Kamu buta? Aku acak-acakan seperti ini kamu bilang aku tidak apa-apa?” jawab Saphira sinis. “Aku akan segera memanggil perawat,” ucap Kaisar. Dia memencet tombol merah di samping brankar yang terguling. Seorang perawat pun segera masuk dan dia menjadi terkejut melihat kondisi ruangan VVIP itu. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya perawat itu hati-hati. Karena dia tahu, bahwa ada yang tidak beres dengan manusia-manusia yang ada di dalam kamar itu. “Tolong rawat dia Sus, dan tolong bereskan kamar ini. Bawa dia ke kamar VVIP yang lain,” jawab Kaisar. “Baik Pak,” jawab perawat itu. Dia membopong Saphira yang kesakitan ke luar kamar.   “Apa-apaan kamu Liu? Aku menyuruhmu untuk menjaganya, bukan malah bertarung dengannya!” ucap Kaisar dengan keras. “Dia yang memulai duluan!” jawab Liu. Dia tidak ingin Kaisar marah padanya, hanya karena gadis seperti Saphira. “Memulai seperti apa? Aku tahu sifatmu, kau memang selalu bertempramen tinggi. Sudahlah, lebih baik kamu segera merawat diri ke ruang perawat. Aku lelah,” ucap Kaisar. Dia keluar dari ruangan itu.   “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Romeo. “Gadis itu bukanlah gadis biasa,  dia bisa saja mempengaruhi Romeo,” jawab Liu. “Bukankah aku sudah menjelaskan padamu. Bahwa dia telah ditiduri oleh Kaisar. Harusnya kamu membuatnya untuk tidak menuntut Kaisar, bukan malah membuatnya semakin mempunyai alasan untuk menyerang Kaisar seperti ini. Aku kecewa padamu,” ucap Romeo. Kemudian dia meninggalkan Liu sendirian di ruangan itu. Dia berlari keluar ruangan mencari kebaradaan Kaisar dan Saphira.   ***   Perawat telah membawa Saphira ke ruangan baru. Dia masih tidak mau melihat wajah Kaisar. Dia membelakanginya yang sedang duduk di samping tempat tidurnya. “Sa, aku mau berbicara serius denganmu. Bisakah kamu menghadap padaku?” pinta Kaisar. “Tidak perlu, ucapkan saja apa yang ingin kamu sampaikan,” jawabnya. Dia masih membelakangi Kaisar. “Tuan Kai, saya pamit melihat kondisi Liu,” ucap Romeo. Setelah Romeo keluar dari ruangan, Kaisar memindah kursinya ke hadapan Saphira. Tapi dia malah membelakangi Kaisar lagi. Karena kesal, Kaisar langsung duduk di tempat tidur dan menarik Saphira hingga terduduk. “Aku berusaha tetap baik padamu, jadi jangan sia-siakan kesempatan ini. Sebelum aku mulai bersikap kasar padamu,” ancam Kai. “Apa maumu?” tanya Saphira. “Aku mau kamu menandatangani kontrak,” ucap Kai. “Kotrak? Kontrak apa? Aku tidak sedang akan bekerja denganmu!” jawab Saphira ketus. “Kotrak perjanjian, bahwa kamu tidak akan melaporkan kejadian semalam kepada polisi. Karena semuanya hanya akan menjadi buruk untukmu, kau tahu itu kan?” “Apa maksudmu dengan buruk untukku?” tanya Saphira. “Jika kamu melaporkan kejadian semalam pada polisi, kamu hanya akan mendapatkan cibiran dari masyarakat sebagai perempuan penggoda. Rekaman cctv di club sudah diurus oleh Romeo. Jadi kamu sudah tidak memiliki bukti apapun untuk melaporkannya. Kamu mengerti!” “Aku bisa melakukan visum, jika aku memang ingin melakukan itu. Aku hanya tidak mau orang tuaku malu, mendengar kabar anak gadisnya di perkosa oleh pria tua sepertimu!” balas Saphira. “Baguslah, kalau kamu memang menginginkan hal yang sama denganku. Maka lebih cepat menandatangi kontrak akan lebih baik,” ucap  Kai. Dia memberikan sebuah kertas pada Saphira. Saphira membacanya di dalam hati. “Kontrak perjanjian. Dengan ini menyatakan bahwa pihak pertama tidak akan pernah mengungkit, melaporkan atau mempermasalahkan kejadian di club malam lagi. Pihak kedua akan memberikan uang sebesar seratus juta pada pihak pertama, sebagai ucapan permintaan maaf untuk pihak pertama. Pihak pertama dan pihak kedua tidak akan lagi bertemu sattu sama lain.” Selesai membaca isi kontrak itu. Saphira memandang ke arah Kai. “Aku mau ada pasal tambahan di sini,” ucap Saphira. “Apa itu?” “Pihak kedua tidak akan pernah mengungkit dan mempermasalahkan hal ini  sampai kapanpun. Jika masalah ini sampai bocor karena pihak kedua, maka dia harus bertanggung jawab untuk melindungi pihak pertama. Dan juga aku tidak menginginkan uang itu, kamu bisa menghapusnya,” ucap Saphira.  “Aku tidak akan menghapusnya, baiklah kalau itu yang kamu inginkan. Aku akan segera meminta Romeo untuk membuat surat perjanjian baru,” ucap Kai. “Apa aku masih belum boleh pulang?” tanya Saphira padanya. “Belum, sebelum kamu menandatangi kontrak. Jangan harap kamu bisa pergi kemanapun!” ancam Kai pada Saphira. “Aku bosan berada di sini!” ucap Saphira. Dia meninggikan nada suaranya. Kai menoleh sinis padanya. “Jangan merengek! Ini juga bukan sepenuhnya salahku,” ucapnya. Membuat Saphira melotot. Dia berjalan mendekati Kai. “Hello! Bukan salahmu? Kau yang dengan seenaknya menarik tanganku dan merenggut kesucianku! Bisa-bisanya kamu berkata bahwa ini bukan salahmu!” jawab Saphira kesal. Amarahnya sudah semakin memuncak. Ingin sekali dia menampar wajah Kai. Sayangnya dia masih merasa takut padanya. “Kalau malam itu kamu tidak di sana, semua ini tidak akan pernah terjadi!” bentaknya pada Saphira. “Oh, jadi begini cara orang-orang kaya memperlakukan para korbannya? Biadab sekali!” ucap Saphira lirih. “Aku mendengarnya!” bentak Kai. “Bodo amat,” ucap Saphira lebih pelan lagi. Dia meraih selimut dan segera menutup wajahnya. Dia begitu malas berdebat dengan orang yang sudah memperkosanya itu.   Romeo masuk ke dalam ruangan. Dia memberikan selembar kerta pada Kai. “Tambahkan satu pasal lagi dalam surat perjanjian itu, aku akan mengirim teksnya padamu lewat Kakao,” ucap Kai. Romeo segera pergi lagi untuk mencetak surat perjanjian baru. Keduanya masih saling diam. Hingga tiba-tiba Kai berkata. “Dengan tulus aku meminta maaf,” ucapnya lirih. Saphira membuka selimut yang menutupi wajahnya. Dia memandang ke arah Kai yang berdiri di samping dinding kaca. “Aku sudah bersalah padamu, aku sungguh menyesal,” ucapnya lagi. Saphira pun duduk di atas tempat tidurnya. Dia masih diam, dan memperhatikan ucapan Kai. “Semalam, aku bertengkar hebat dengan pacarku. Namanya Viona, umurnya tidak jauh berbeda denganmu. Sepertinya karena hal itu, aku salah mengira kamu adalah dia,” ucapnya lagi. Saphira mencibir. Dai tidak bisa mempercayai ucapan Kai begitu saja. “Aku tahu, kamu pasti kesal dan sangat marah padaku. Tapi sungguh, jika kamu melaporkan kejadian semalam. Semuanya, hanya akan buruk untukmu, kau juga pasti tahu aku dan kedudukanku,” ucapnya. Kemudian dia menoleh ke arah Saphira yang masih diam saja. “Aku tidak mengenalmu,” jawab Saphira. “Seriusan? Kamu tidak mengenalku?” tanya Kai tidak percaya. Di kotanya ternyata masih ada orang yang tidak mengenalnya dan kekuasaannya. “Memangnya kamu siapa?” tanya Saphira dengan lugunya. “Namaku Kaisar, aku CEO perusahan air minum terbesar di sini. Cabang perusahaanku sudah banyak tersebar di seluruh negri dan luar negri,” jelas Kai pada Saphira. “Apa? kamu adalah pemimpin perusahaan air minum terkenal itu? Tidak mungkin,” ucap Saphira tidak terima. “Kamu punya ponsel kan? Kamu bisa mengeceknya sekarang,” ucap Kaisar. “Aku sudah tidak bisa menemukan ponselku sejak kau menyeretku ke hotel!”  jawab Saphira kesal. Tidak hanya kesuciannya, bahkan ponselnya pun hilang. “Ah, itu Romeo. Aku kan menyuruhnya membawakan satu untukmu,” ucapnya. Romeo masuk dan memberikan surat perjanjian itu pada Kai dan Saphira. Saphira membacanya lagi. Kemudian dia menandatanginya langsung. Dia menyerahkan surat itu pada Kai agar dia juga menandatanganinya. Tanda tangan mereka sudah terbubuhkan di atas kertas itu. Perjanjian mereka sudah dimulai. “Berikan dia ponsel baru, antarkan dia pulang dengan selamat,” perintah Kai pada Romeo. Romeo pun mengangguk. Kai segera keluar dari ruangan meninggalkan Saphira dan juga Romeo. “Silahkan Anda mengganti pakaian. Setelah ini, saya akan mengantarkan Anda pulang,” ucap Romeo. Saphira mengangguk. Dia mengambil paper bag dari tangan Romeo. Dia mengganti bajunya dengan cepat. Karena dia ingin segera pulang.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD