Inara yang wajahnya pucat pasih, menatap bingung kearah suaminya, ah bisa kah di sebut sebagai suaminya? Ah, bisa. Elang sudah ia terima sebagai suaminya satu bulan yang lalu dengan sepenuh hatinya. “Kamu mau kemana? Kenapa buka pintu mobil lagi,”Ucap Inara lemas. Elang menoleh lembut kearahnya. “Seperti katamu, Sayang. Kamu nggak mau menangkap penjahat sialan itu, kamu nggak mau mengadili…” “Ya, aku nggak mau. Apabila lapor polisi, aku akan malu. Malu pada anak-anakku yang utama, anak-anakku juga akan malu nantinya, apabila orang-orang atau teman-temannya tahu tentang hal seram yang sudah menimpa aku…”Ucap Inara kali ini membuang wajahnya kearah lain. Dan dapat Inara dengar, hembusan kasar nafas Elang. Elang sialan, yang f**k, sudah dan sedang mengelus perutnya saat ini, Elang sia

