4. Permaisuri Keyra-2

1508 Words
Kaisar Han sempat terkejut meski hanya beberapa detik saat mendengar suara isak tangis milik gadis itu, sebelum pada akhirnya ia kembali memasang wajah datar dan dinginnya seperti biasa, seolah tangisan Keyra sama sekali tak mempengaruhinya. "Kemarilah," Kaisar Han memerintahkan Keyra untuk mendekat ke arahnya. Mulanya Keyra merasa enggan untuk mendekat, akan tetapi hal itu tetap dilakukannya dengan mengusap air matanya secara asal, karena bagaimana mungkin dia berani melawan perintah seorang Kaisar. Setibanya di depan Kaisar Han, Keyra hanya bisa menunduk menatap lantai marmer untuk meredakan kegugupannya. "Bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak menunduk, apa kau tuli." Kaisar Han kembali berkata dengan nada dingin yang semakin menohok. Keyra yang tersentak mendengar penuturan Kaisar Han hanya mampu diam tak berkutik. Ia semakin takut, baru sehari berada di istana tetapi ia telah berhasil menyulut emosi Kaisar Han, seolah apa pun yang dia lakukan terlihat selalu salah di mata Kaisar. "Maaf yang mulia Kaisar Han, hamba bersalah." Keyra berkata dengan tersendat, seolah apa pun yang akan disampaikannya tersangkut di tenggorokan. Karena pada akhirnya yang mampu dia ucapkan saat ini hanyalah kata maaf. "Dan sekali lagi kuperingatkan. Jangan mengucapkan kata 'MAAF' karena itu membuatku 'MUAK'," ujar Kaisar Han dengan penekanan pada kata 'maaf' dan 'muak'. Hingga suara gigi yang bergemelatuk terdengar dari bibir sang Kaisar, pertanda bahwa ia sedang marah. Gelas kristal yang semulanya berada dalam genggaman tangan Kaisar Han kini tampak pecah menjadi kepingan-kepingan kristal yang cukup tajam. Mata merahnya terlihat berkilat mengerikan, sebelum sang Kaisar memutuskan untuk menutup kedua matanya dan menghembuskan napas lelah. "Lupakan yang tadi dan sekarang duduklah. Makan makananmu," Keyra yang mendapati perintah dari Kaisar Han langsung menurutinya tanpa membantah. Sesekali matanya mencuri-curi pandang pada tangan Kaisar Han yang tampak berdarah akibat tusukan pecahan gelas kristal yang diremukkannya menjadi pecahan-pecahan kristal yang tajam. "Kaisar, saya telah selesai. Apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan?" Keyra mencoba bertanya dengan nada takut ketika ia telah menyelesaikan makannya, keraguan jelas terpancar dari matanya ketika memutuskan untuk angkat bicara. Tak ada jawaban. Kaisar Han tetap bergeming di tempat dengan masih menutup kedua kelopak matanya. Darah segar masih senantiasa menetes di antara sela-sela jarinya, karena sedikit pun Kaisar Han tidak mencoba melepaskan genggaman tangannya pada serpihan kaca kristal yang dia pegang. Malah terkadang ia terlihat semakin memperkuat genggamannya pada pecahan gelas kaca, membuat darah segar semakin gencar menetes dengan deras dari tangannya yang terluka. Keyra meringis pelan menyadari betapa sakitnya tangan kanan Kaisar Han. Diliriknya Kaisar Han yang masih menyenderkan kepalanya pada sandaran kursi dengan kedua bola matanya yang tersembunyi di balik kelopak mata yang masih terpejam. Tak ada raut wajah kesakitan sedikit pun yang ditunjukkan oleh Kaisar Han. Seakan-akan luka yang diperolehnya tidak mengganggu sama sekali. Bahkan Keyra yakin, bahwa kemungkinan besar serpihan kaca itu pasti tak sedikit yang menancap ke dalam permukaan kulit telapak tangan Kaisar Han. Tanpa sadar Keyra terpaku memandangi wajah tampan Kaisar Han yang masih memejamkan kelopak matanya. Ia baru menyadari bahwa Kaisar Han memiliki wajah yang sangat rupawan. Dengan kulit wajah yang putih mulus tanpa noda, alis tebal yang tersusun apik, hidung mancung, rahang kokoh yang tegas serta bibir yang bisa di golongkan sexy. Hingga secara tiba-tiba kelopak mata yang terpejam itu kembali terbuka. Menampakkan bola mata dengan pupil berwarna merah bening yang cerah dan mempesona. Keyra terbelalak, tatapan mata mereka beradu. Seketika itu pula Keyra buru-buru menundukkan kepalanya menyembunyikan kegugupannya dan wajahnya yang memerah. Ketika hendak mengucapkan kata 'maaf' Keyra kembali mengingat perkataan Kaisar Han sebelumnya dan mengurungkannya. Dengan ragu dan canggung Keyra kembali mencoba bertanya kepada Kaisar Han. "Hm itu, bolehkah saya mengobati luka yang mulia Kaisar Han?" Keyra menghembuskan napas lega ketika berhasil menyelesaikan kalimat yang mengancam kesehatan jantungnya karena sukses bergerak di luar batas normal. Lama tak ada jawaban. Keyra berpikir mungkin Kaisar Han tidak membutuhkannya yang hanya seorang rakyat jelata, kekecewaan kembali terpancar di wajahnya. Akan tetapi tiba-tiba Kaisar Han kembali berkata. "Baiklah," satu kata jawaban yang diucapkan Kaisar Han mampu membuat Keyra menoleh ke arah Kaisar Han dengan wajah berbinar bahagia disertai senyum manis merekah di bibir mungilnya. Seolah anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan yang sangat diinginkannya, membuat Kaisar Han terpesona selama beberapa detik melihat senyum tulus yang ditunjukkan Keyra padanya. Sebelum akhirnya Kaisar Han memalingkan wajahnya ke lain sisi dan kembali berujar dingin. "Kotak obat ada di dalam lemari sebelah sana. Jika kau ingin mengobatiku maka cepatlah." Kaisar Han berucap kembali dengan nada dingin yang selalu digunakannya dan Keyra segera mengambil kotak obat dari dalam lemari untuk mengobati luka pada tangan Kaisar Han. *** Selesai mengobati luka Kaisar Han, Keyra beranjak kembali ke kamarnya. Kaisar Han berkata padanya untuk tidak sekali pun keluar dari lingkungan kerajaan inti. Entah apa alasannya Keyra tidak tahu, yang jelas ia hanya akan mengikuti perintah Kaisar Han. Karena dia tidak sekali pun berniat untuk melawan perintah Kaisar Han. *** "Bagaimana kepala dayang Xiu. Apakah kau telah mendapatkan selir yang kuminta?" Suara berat dan dingin itu mengalun dalam kegelapan malam. "Sudah yang mulia Kaisar Han. Hamba telah memilih tiga selir sesuai dengan apa yang Kaisar minta." Kepala dayang yang bernama Xiu Ling itu menjawab pertanyaan Kaisar Han dengan sopan disertai kepala yang menunduk. "Bagus, apakah Keyra tahu mengenai hal ini?" Kaisar Han menatap tajam kepala dayang Xiu Ling yang kini menundukkan kepalanya dalam. "Sejauh ini, hamba rasa Permaisuri Keyra belum mengetahui mengenai pemilihan selir yang akan dilakukan oleh Anda yang mulia Kaisar Han." Xiu Ling kembali menjawab dengan sopan. "Begitu, tapi lambat laun dia akan mengetahui kebenarannya." Kaisar Han berujar pelan dengan posisi memunggungi kepala dayang Xiu Ling yang telah berusia setengah abad tersebut. Kaisar Han terlihat tengah menatap ke luar jendela dimana bulan tengah bersinar cerah dan bulat penuh. "Kau boleh keluar," Kaisar Han berkata singkat sebagai tanda pengusiran bahwa ia sedang ingin sendiri. "Saya pamit undur diri yang mulia," kepala dayang Xiu Ling membungkuk hormat kepada Kaisar Han sebelum berbalik keluar dari perpustakaan yang ditempati Kaisar Han saat ini dan menutup pintu perpustakaan itu kembali. Ruang perpustakaan yang hanya diterangi oleh lentera kecil di berbagai sudut ruangan membuat pencahayaan yang ada di tempat itu terlihat minim. Secara perlahan satu per satu pencahayaan yang ada di sudut ruangan itu mulai meredup dan mati secara bergiliran. Seolah ada yang mengendalikannya. Membuat ruang perpustakaan tersebut menjadi gelap gulita tanpa adanya pencahayaan yang memadai. Seakan-akan ada sebuah sebuah ilmu gaib atau hanya kebetulan, jendala yang ada di sisi samping perpustakaan itu terbuka dengan sendirinya. Membiarkan cahaya rembulan menerobos masuk menerangi sisi ruang perpustakaan yang dapat dijangkau oleh cahayanya. Bulan di langit terlihat terang benderang dengan background hitam yang ditaburi hiasan kerlap-kerlip berwarna putih yang menambah kesan keindahan malam dengan kilauannya yang mempesona. Desauan angin malam berhembus pelan sesuai irama angin yang menciptakan. Menggoyangkan dedaunan rumput dan tanaman yang bergerak serempak. Menimbulkan sensasi lembut yang dapat ditangkap indra perasa. Terpaan angin malam seakan menampar pipi Kaisar Hanover Maximilan secara lembut. Mengibarkan rambut panjangnya yang tidak ikut ditata rapi. Kedua kelopak mata semerah darah itu terpejam. Menikmati sensasi nakal angin malam yang mencoba menggodanya. Meresapi setiap jengkal tubuhnya yang hanya dibalut dengan kaos oblong lengan pendek. Dibelai oleh angin malam yang bergelayut manja. Menyampirkan baju kebesarannya pada sandaran kursi di sisi kiri tubuhnya dan kembali membiarkan angin malam bermain dengan tubuhnya tanpa perlawanan. Setelah dirasa cukup membiarkan angin mempermainkan tubuhnya. Kini Kaisar Han kembali memakai baju kebesarannya. Melangkah keluar meninggalkan ruang perpustakaan dan secara perlahan jendela yang tadi terbuka, kini tertutup kembali dengan sendirinya. Terlihat Kaisar Han membuka sebuah ruangan yang didominasi warna putih dengan ranjang berwarna hitam yang di sekelilingnya tertutupi oleh kelambu berwarna putih transparan. Ia membuka pintu kamar tersebut secara perlahan tanpa menimbulkan sebuah suara. Berjalan melangkah mendekat pada satu-satunya ranjang yang terlihat mencolok berada di tengah ruangan. Langkah kakinya tenang tanpa suara. Ketika Kaisar Han telah berada di samping ranjang Keyra, ia menghentikan langkahnya. Menyibak kelambu putih transparan yang mengelilingi ranjang Keyra, permaisurinya. Menatap lekat wajah damai Keyra saat tertidur. Begitu damai dan tenang, membuat Kaisar Han menaikkan sudut bibirnya tipis. Tangannya terulur untuk membelai wajah cantik Keyra saat tertidur. Begitu halus dan rapuh disaat yang bersamaan. Satu tangan lainnya menyusup di balik jubah kebesarannya. Mengambil sesuatu yang selalu tersimpan apik di balik jubah miliknya. Menggenggam erat apa pun yang dipegangnya saat ini di balik jubah kebesarannya. Lalu tak lama kemudian mengacungkan benda tersebut tinggi tepat di atas Keyra yang masih tertidur lelap. Kemudian mengayunkannya tepat ke arah jantung Keyra dalam sekali sentakan. Tapi sebelum benda tersebut berhasil menembus d**a Keyra, Kaisar Han terlebih dahulu menghentikan gerakan tangannya yang telah terayun. Jarak benda runcing tersebut dengan d**a Keyra hanya terpaut satu centi. Jika Kaisar Han berniat meneruskan niat awalnya, sudah dapat dipastikan jika besok adalah hari berkabung bagi Kerajan Blutenblatt. Mengingat mereka akan kehilangan permaisuri kerajaan ini, karena permaisurinya dibunuh oleh Kaisar Hanover Maximilan sendiri. "Kau menang Permaisuri-ku, sampai kapan pun aku tidak akan bisa membunuhmu. Karena jika sampai aku membunuhmu, sudah dapat dipastikan aku juga akan mati terbunuh. Karena aku tidak bisa mengingkarinya, bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu." Kaisar Han berbicara dengan lirih. Suara yang biasanya diucapkan dengan tegas dan dingin disertai aura intimidasi kini tak lagi ada. Ia menyadari bahwa Keyra adalah kelemahannya dan yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah melindunginya. Kaisar Han mengecup kening Keyra lama dengan pandangan yang sulit diartikan. Sebelum beralih mencium bibir Keyra sekilas dan segera bergegas keluar dari kamar Keyra. To be continued...  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD