BAB 1

1405 Words
Ben melihat wanita yang belum ia kenal sebelumnya sedang berbaring lemas, kepalanya di Perban, Selang Oksigen menutupi Lubang hidungnya, Kantung darah Mengalir sangat deras di Pergelangan tangannya, Inpus berjalan Begitu cepat, menandakan jika wanita ini Tertabrak parah sampai harus di rawat dengan cara ini. Suara yang terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka membuat Ben memutar bola matanya untuk melihat siapa yang datang. Langsung saja Ben menghela nafas kesal melihat jika Jedar yang datang, tapi ia tak bisa bersikap seenaknya karena Jedar adalah Dokter dari wanita yang belum ia tau namanya. "Bagaimana kondisinya?" Tanya Ben malas. "Dia mengalami benturan keras di kepalanya dan Itu menyebabkan Pasien mengalami Amnesia, Untuk beberapa hari dia akan tetap di rawat inap Untuk meninjaunya ulang" ujar Jedar menjelaskan. Ben membulatkan matanya penuh mendengar penjelasan Jedar tentang Kesehatan Wanita yang sudah ia tolong. "A-apa? Amnesia?" Tanya Ben dengan nada tak percaya. "Iya, Amnesia ini bisa saja berlansung lama dan bisa juga berlangsung sementara, tergantung pemulihan dan pengobatan yang pasien Lakukan" Ujar Jedar. Ben lagi lagi mengacak rambutnya asal. "Sebaiknya kamu panggil keluarganya, Biar keluarganya yang mengurusnya" Sambung Jedar ketika melihat Wajah Ben yang frustasi. Jedar lalu Melangkah keluar dari Ruangan Inap. Di menit kemudian, Herry datang menemuinya di ruangan wanita yang tak mereka kenali. "Ya ampun kau dari mana saja Herry?" tanya Ben kesal. "Aku baru selesai mengurus mobil yang menabrak wanita ini" Jawab Herry dengan melihat Kondisi Wanita itu. "Kenapa kita harus terlibat dengan masalah wanita ini? Apa kau tau yang sekarang terjadi pada wanita itu? Dia Amnesia Her, kita harus membawanya kemana? Dia saja tak mengenali dirinya, bagaimana kita tau kita harus membawanya pulang kemana?" kata Ben frustasi. "Apa? Amnesia? Apa Lukanya separah itu? Kita bisa menanyakannya ketika dia sadar nanti" "Ini semua salahmu Her, kenapa kau menyuruhku Menolongnya dan membawanya kemari? Kalau saja aku tau akan jadi begini, aku tak akan mau menolongnya" Ujar Ben kesal. "Jangan menyalakanku kawan, Apa kau akan membiarkan seseorang Tertabrak begitu saja? Apalagi tak ada seorang pun, aku tak akan tega jika itu terjadi pada siapa saja" "Terus sekarang bagaimana? Kita harus bagaimana?" "Kita bisa merawatnya" "Kau saja yang merawatnya, kenapa harus aku?" Ucap Ben. "Ben, kau kan tau aku tinggal bersama Amira, aku tak mungkin Membiarkan wanita ini tinggal seatap dengan kami, Sedangkan kau tinggal sendiri di Apartemen, kau bisa kan membawanya ke apartemenmu? Sampai dia Sadar, Mungkin saja dengan kita mengingatman kejadian terakhir , dia bisa ingat, bagaimana kau setuju?" "Apa? Tinggal denganku? Aku tak mau, Aku tak akan membiarkan itu terjadi" Ucap Ben menyalahi Ucapan Herry. "Jadi sekarang kita harus bagaimana? Aku tak mungkin membawanya bersamaku, Kau juga tak bisa, membawanya pulang, kita tak tau rumahnya dimana dan dia dari mana, Apa kau Punya Ide lain?" Belum juga Ben menjawab pertanyaan Herry, Mereka melihat Wanita itu sadar. Mereka berduapun menghampiri wanita itu. "Kau siapa? Apa kau ingat nama kamu siapa? Tempat tinggalmu dimana? Kami akan mengantarmu pulang" tanya Ben langsung tanpa basa basi. "Apa apaan Ben, Dia belum sepenuhnya sadar kau langsung melontarkan pertanyaan Itu" Ujar Herry. "Terus kita harus bagaimana?" "Kita diam dulu" Jawab Herry. Ketika wanita itu sudah membuka matanya lebar, ia melihat sekelilingnya. "A-aku di-dimana?" Tanya wanita itu. "Kamu sedang di rumah sakit, apa kamu mendengarku?" tanya Herry. Wanita itu mengangguk "Ka-kalian siapa?" "Kami yang menolongmu dan kau merepotkan kami" jawab Ben. "Diam Ben" Ucap Herry. "Memang benar kan, dia sudah merepotkan kita, sekarang sudah jam 4 pagi, tidur pun kita belum pernah tidur" Ucap Ben kesal. "Menolongku?" "Iya, kau baru saja tertabrak mobil" Jawab Herry. "Terus?" Ben mengacak rambutnya, Jedar benar Wanita ini Hilang Ingatan. "Apa kamu tak mengenal dirimu?" Tanya Herry. Wanita itu pun Menggeleng. "Baiklah, Anggap saja namamu sekarang Skyla" Ujar Ben kesal, walaupun dia hanya menyebutnya asal. "Nama yang bagus sob" Sambung Herry. "Diam saja" Ucap Ben. "Skyla?" Wanita itu pun mengangguk. "Apa kita perlu memanggil dokter?" tanya Herry. "Panggil saja tapi kau jangan terkejut melihat dokter wanita ini siapa" Jawab Ben acuh tak acuh. Tak lama kemudian Jedar memasuki ruangan. "Apa dia sudah sadar?" tanya Jedar. Benar benar membuat Herry terkejut melihat dokter yang di maksud Ben adalah Mantan kekasih Ben. "Apa kau tak lihat matanya?" Ben sangat kesal. Pikirannya jadi Membuatnya stress. "Aku hanya bertanya Ben" Jedar lalu memeriksa Wanita ini. "Nama Anda siapa?" Tanya Jedar. "Skyla" "Skyla? Nama yang bagus" Ujar Jedar. "Anda harus tetap disini selama 2 hari ya, Untuk menjalani pengobatan" Skyla mengangguk. Jedar pun berjalan ke arah pintu dan meninggalkan Ben, Skyla juga Herry. "Apa kita harus menjaganya sampai Matahari Terbit? Aku harus pulang, beberapa jam lagi aku harus bekerja" Ujar Ben Kesal berlama lama di Rumah sakit. "Tunggu dulu Ben" Ucap Herry. "Tunggu apa lagi Herry? Lagian dia juga sudah sadar, apa gunanya lagi kita menunggu disini?" "Di-dia siapa? Kenapa dia sangat menyebalkan?" Tanya Skyla. "Dia adalah temanku" Ucap Herry. Skyla memutar bola matanya kesal melihat sikap Ben. *** Esok paginya Skyla Di antarkan oleh supir Pribadi Ben ke Apartement Ben, Semuanya sudah di bicarakan jika mulai Hari ini Skyla akan berada di pengawasan Ben, walaupun Skyla tak suka pada Ben, ini satu satunya cara untuk kembali ke masa lalunya, Mengingat segala tentang kehidupannya. Skyla merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berukuran King Size, Skyla pun menghela nafas panjang dan mencoba mengingat siapa dirinya dan apa yang terjadi terakhir kali sampai ia mengalami hal ini. Skyla tak menyangka akan berada di Apartemen mewah seperti sekarang ini, Interiornya luar biasa, warna Abu abu hitam menjadi d******i yang sangat keren di Apartemen ini. Fasilitas yang ada di rumah ini pun sangat mengesankan, terlihat sangat rapi, tak ada debu sama sekali, berbeda sekali kelihatannya. Pasti---Karena banyak Pelayan di Apartemen ini. "Kau sedang apa?" tanya Suara Bariton lelaki yang kini sedang menatapnya lewat Pintu. Skyla dengan cepat terbangun dari rebahannya dan berdiri tegap. "Kau yang sedang apa? Kenapa mengintip?" Skyla gugup. "Mengintip? Apa kamu lupa, ini apartemen siapa? Atau kamu hilang ingatan lagi? Apakah kau pikir akan tinggal di rumah ini dan makan Secara gratis? Jangan Pernah berharap Kau bisa menikmati waktu senangmu di Apartemen ini" Ucap Ben dengan Mata yang tak bisa di tebak. "Aku sudah menolongmu, Kau hampir saja mati karena tertabrak jika bukan diriku kau mungkin tak akan Ada disini, jadi jangan pernah berharap aku akan diam jika kau bersenang senang di Apartemenku" "Kau harus bekerja untuk makan dan Keperluanmu sendiri, jadi jangan pernah meminta kepadaku, aku tak akan pernah memberikan apa yang kamu mau" Sambung Ben dengan nada penuh dengan Peneh kekesalan "Kau sakit begini saja sudah berani melawanku, bagaimana jika kau sehat? Kau mungkin akan berurusan denganku" "Tak perlu mengancamku, jika saja aku mengingat dimana aku akan pulang, aku tak akan ada disini, jadi katakan saja kamu menginginkan apa dariku?" "Kerjakan semua apa yang aku suruh, jangan ada kata penolakan, bersihkan Apartemen ini juga Apartemen di Sebelah, Aku akan tinggal sementara waktu sampai kau pulih di Apartemen sebelah" Ucap Ben dengan nada Kesalnya, ia tak menginginkan Skyla berada disini, Ia menginginkan wanita ini pergi dari sini. Entah sampai kapan Wanita ini Amnesia, jika berlangsung lama Ben akan sangat gila. "Hanya itu? Oke, aku akan melakukannya" Ucap Skyla percaya diri. "Aku juga menginginkan kamu untuk menjadi kekasih Pura puraku di depan seseorang" Ujar Ben tanpa basa basi. "Apa? Menjadi kekasih pura pura mu? Aku tak mau" Ucap Skyla tak suka. Tinggal disini saja sudah memuakkan baginya apalagi harus menjadi kekasih pura pura Bastard ini. "Apa ini cara mengungkapkan Rasa terima kasihmu? Aku sudah mengatakannya tadi jika tak ada kata Penolakan, aku tak suka di Tolak jika kau tak mau lebih baik kau keluar saja daRi Apartemen ini sekarang, aku tak mau berurusan denganmu, Kau disini saja sudah membuatku sangat muak" ucap Ben kesal. Skyla memutar bola matanya untuk berpikir sejenak, dari pada dia harus menjadi gelandangan di luar sana karena ingatannya hilang, lebih baik dia mengikuti apa yang di katakan Bastard Sialan ini, lagipula tak ada ruginya sama sekali. "Bagaimana? Apa kau mau keluar saja dari Apartemen ini? Itu keputusan yang sangat bagus" Ucap Ben. "Baiklah, aku akan mengikuti permainanmu" Ucap Skyla dengan tersenyum Geli. "Baiklah" Ucap Ben sembari melangkah meninggalkan Skyla sendiri. "Apa kamu menginginkan aku menjadi kekasih pura puramu untuk mantanmu?" Tanya Skyla, pertanyaan Skyla berhasil membuat Langkah kaki Ben terhenti. Apa yang di katakan Skyla memang sepenuhnya benar. "Bukan urusanmu, kau tak perlu bertanya" Ucap Ben sembari melanjutkan langkah kakinya untuk keluar dari Apartemen. "Dasar b******n, b******k" gumam Skyla kesal. "Siapa yang b******k?" Tanya Suara seorang wanita, Skyla Terlonjak kaget mendengar suara seorang wanita.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD