Cafe Cinta

2228 Words
Telah sampai marlyn berada di rumah, tepatnya pukul 22:30 seperti biasa dia menggosok gigi sebelum iya tidur, setelah semuanya selesai Ia membuka laptop yang sudah tersedia di meja, dia menuliskan sebuah artikel mengenai bagaimanakah perjalanan cinta dia, dan kehidupan. Marlyn adalah seorang yang memiliki pekerjaan membuatnya sedikit membingungkan, mungkin dia biasa dengan hal-hal yang berhubungan dengan sebuah jaringan internet pada umumnya, tapi dia tergolong manusia yang lurus. dan beralih di mana Gilang sedang berada di rumahnya, duduk Gilang di ruang tengah, yang tidak lain duduk di sofa pribadinya sambil merokok. Ia mengamati kotak yang terletak di meja, kotak yang telah diambil dari rumah Eva sebelumnya, kotak itu memang terlihat cukup tua hanya kotak kayu, namun dalam pikirannya sepertinya aku harus memeriksa keseluruhan dari kotak ini. perlahan ia mengamati kotak kosong dan membukanya, di dalam terdapat sebuah kain hitam yang membalut benda lain yaitu busa yang keseluruhan menyelimuti isi dari kotak itu, ia mengecek perlahan sangat serius, terdapat sobekan kecil yang telah usang, dan mungkin itu bekas di lem pada pemiliknya, ia mencoba untuk menelanjangi kotak itu dan ada apakah sebenarnya, terlihat perlahan Ia membuka kain yang menempel yang menyelimuti isi dari kotak, mengambil busanya menaruhnya di meja, terlihat dari keseluruhan hanyalah kayu yang kuat yang berbentuk kotak, namun dia tidak menemukan apa-apa, lalu kemudian dia memeriksa busa yang terletak di meja, terasa menyentuh di saat jari tangan kanannya merasakan sesuatu di bawah busa, lalu ia membalikkan busa itu dan ternyata ada selipan kertas kecil usang di balik busa, perlahan ia mencabut kertas itu dan membukanya, Iya mengamati ternyata terdapat tulisan yang berisikan membuat matanya sedikit membelalak, tulisan itu sendiri berisikan, tolong aku siapapun yang menemukan. Mata Gilang masih serius mengamati, dalam ke kagetannya ia bergumam, ini adalah sebuah teka-teki, dalam pikirannya ada apakah sebenarnya. dan dia harus menyelidiki, isi tulisan kertas kecil itu tertera tahun 1975. seseorang menuliskan, dan tulisan itu ternyata terjadi di tahun 1975. mulai pikiran Gilang menemukan sesuatu, jawabannya pasti ada sesuatu di rumah Eva yang cukup horor, dan sedangkan rumah itu sendiri pun sangat tua, memang terlihat dari bangunannya, rumah itu terbuat di tahun 1975. dia meletakkan kotak kecil itu di meja, Gilang merasakan aura yang sangat jahat berkat, terlintas di pikirannya, ini pasti ada hubungannya dengan pembunuhan. Ucapnya bicara sendiri. mata Gilang tidak bisa dibohongi, perlahan aura kuat itu semakin menguat, dia melihat suatu energi keluar dari kotak dan membentuk pada sosok wanita yang membungkuk sedikit menunduk berdiri di depannya. Gilang rasa tenang karena memang dia adalah seorang indigo yang sering mengalami hal-hal yang berhubungan dengan hantu bagaimana perwujudannya. Gilang tampak tenang tanpa dia harus tegang, dia paham hantu itu hanya ingin menyampaikan sesuatu kepadanya, dan dia berkata. Kau harus menolongku, aku sudah cukup lama berada di sini, temuilah pemilik rumah pertama, maka akan terjawab semuanya. sosok hantu yang menyeramkan bermata putih itu menghilang, Gilang berfikir dan dia harus menyelidikinya, karena ini ada kaitannya dengan mantan kekasihnya yang tak lain adalah Eva. Keesokan hari sang penyidik hantu mulai dia beraktivitas seperti biasa, iya pergi ke kantor dan memang dia adalah seorang polisi di bagian laporan kasus-kasus yang berdatangan setiap harinya, sejenak ia rehat dari pekerjaannya lalu ia mendapatkan telfon. Halo Gilang, apa kabar? kata Eva lembut mengatakan. Ya, siapakah ini? jawab Gilang yang memang belum tahu siapakah yang menelponnya Aku Eva Gilang.. ! jawab Eva bernada senang. He heh heh ! Ternyata Kau Eva, kau mendapatkan nomorku dari mana Eva? bukankah kita belum saling menukar nomor. jawab gilang berpura-pura sedikit terkejut. Gilang lalu menyinggahkan bahu di kursi empuk yang ia duduki. Aku memintanya dari marlin, tidak apa kan aku me nelponmu? jawab Eva bernada senang, terdengar berisik di kelas Eva dan mungkin dia sedang beristirahat. Ya, tidak apa-apa, bagaimanakah semalam? apakah kau terganggu lagi seperti biasa? tanya Gilang kepada Eva, dan itu adalah suatu kebenaran mengungkapkannya. semalam tidak apa-apa Gilang, kotak itu tidak usah dikembalikan, sepertinya kau pegang saja, aku berpikir jika kotak itu bersamamu dia tidak akan lagi meneror ku. jawab Eva sangat senang, sambil ia mencoba merapikan kertas yang berserakan di mejanya. Yang baiklah tapi suatu saat nanti akan aku kembalikan lagi Eva, Oh iya, Aku mau bertanya eva apakah boleh? Kata Gilang bernada sedikit serius. Tanya apa Gilang? tanyakan saja kepadaku, serius eva menjawab seperti ada sesuatu hal yang yang memang harus disampaikan kepadanya. Apakah kau mengetahui pemilik rumahmu sebelum kau pindah di rumah itu? yang aku butuhkan hanya sebuah nama saja, karena aku bisa melacak nya disini. Kata Gilang seakan-akan membuat Eva harus berfikir keras. Aku belum tahu, itu urusan ayah sama ibuku, dan pastinya mereka lebih tahu Dan mungkin akan aku tanyakan jika kamu membutuhkan nama seorang itu. Jawab Eva menjadi serius berkata. Ya.. segera infokan ke aku Eva, imbuh gilang. Baik Gilang, aku akan menginfokan secepatnya. Jawab Eva dan itu adalah suatu beban baginya. Apakah kau masih merindukanku Eva? canda Gilang kepada Eva yang memang adalah seorang mantan kekasih, dan Marlyn pun belum tahu tentang hal ini. He he he..! ya, ya, ya, aku rindu, tapi tidak harus dengan kita seperti dulu, he he he.. dulu itu sudah cukup Gilang, dan aku ingin kau merahasiakannya dari marlin, karena marlyn memang adalah sahabatmu sendiri, dan Aku tidak ingin menyakitinya. jawab Eva menginfokan kepada gilang. He he he, ya, itu sudah tentu pastinya, kalau kau ada waktu hari ini, aku ingin mengajakmu untuk sekedar mengobrol bersama di kafe yang dulu pernah kita lalui. Ajak Gilang dan itu adalah suatu kode keras bagi Eva. Bagaimana ya, em, aku ada waktu jam jam 14.10 dan aku akan berkata dengan marlyn, bahwa aku akan pulang tidak harus dia yang mengantarkan ku. Jawab Eva dan sangat senang tersenyum Gilang mendengarnya lalu ia berkata. Baiklah, aku akan menjemputmu nanti tepat pukul 14.10. Ok, Gilang, aku akan menunggu Eva. Jawab Eva merasa tidak keberatan. Oke, baiklah. Jawabnya. Tut.. Tut.. ! Sambungan terputus. 14:10 terlihat mobil Gilang yang tak lain adalah mobil sederhana miliknya, mobil itu sendiri pun sama dengan mobil Jefri Vios hitam tapi sedikit dimodifikasi, karena memang Gilang suka memodifikasi kendaraan. Terlihat cantik Eva mengenakan jeans biru, dan kemeja bercorak pink yang melekat di tubuhnya sangat ketat, Eva segera masuk di mobil Gilang di sisi kiri sopir, mereka sama-sama tersenyum, dan seperti ada ketertarikan lagi di antara mereka, dan mereka pun mengobrol di sepanjang jalan, sambil Gilang melajukan mobilnya perlahan. Bagaimana hari-harimu tanpa aku Eva? canda Gilang sambil menyetir, eva menoleh ke wajah gilang Dan tersenyum, lalu berkata. biasa saja Gilang, tidak ada yang membuat diriku merasa aku seseorang yang sangat merasa bersalah. Lalu kau sendiri bagaimana Gilang? hari-harimu tanpa aku? he he he balas Eva mengatakan dan itu adalah suatu candaan yang teramat berat untuk Gilang. He he he ! jujur ya, mungkin pada waktu itu aku merasa sangat kehilanganmu, kau sendiri yang pergi dari kehidupanku dan itu pun kau yang memintanya, jujur di waktu itu aku sangat merasa kehilanganmu, kau tiba-tiba pergi begitu saja, dan, jujur di waktu dulu memang aku adalah seorang Playboy yang selalu memanfaatkan wanita-wanita, dan seperti yang kau bilang saat kau mengatakan Aku hanya ingin menginginkan tubuh mu saja. Kata Gilang menjawab seakan-akan Eva sedang di bondong pertanyaan, ia hanya tersenyum lalu i menjawab. He he he ! Untung saja aku memutuskan mu ya Gilang, jika tidak apa jadinya kemudian hari. He he ! bisa saja kau Eva, Tapi ini ke jujuranku, awalnya sih memang aku suka mengoleksi wanita-wanita untuk aku manfaatkan, tapi seiring berjalannya waktu aku bersamamu, dan itu pun hanya 3 bulan perjalanan cinta kita, setelah ku pikir kau sangat berbeda di mataku, ketika itu aku sangat mengharapkan mu Eva, bahwa kau akan selamanya denganku, namun, ya, kau memutuskannya, dan aku pun berhenti sejak itu hingga sekarang, dan sampai sekarang pun, Aku tidak memiliki seorang wanita yang kucinta, karena kau adalah wanita yang paling berkesan dalam hidupku. Seperti terlintas di pikiran Eva teringat akan kisahnya saat gilang mengatakan itu sejujurnya, pikit eva apakah benar, dia hanya tersenyum tipis dengan Gilang yang berada di sampingnya. seiring berjalannya waktu mereka masih mengobrol mengulas tentang masa lalu mereka yang cukup membuat Eva kehilangan keperawanannya, ya, Eva pertama kalinya pun melakukannya dengan Gilang. Telah sampai mereka berada di depan cafe yang cukup besar, dan berjaya pada ada zaman Gilang kuliah hingga sekarang, Gilang memarkir mobilnya, dengan diarahkan oleh pegawai yang bekerja di bagian khusus memarkirkan mobil. perlahan mereka keluar satu persatu, lalu melangkah perlahan, mereka mulai disambut hangat oleh pekerja yang berdiri di dan depan pintu kaca, lalu mengarahkan mereka ke suatu meja, duduk mereka di meja yang tidak terlalu besar yang hanya memang hanya bisa digunakan untuk 2 orang saja, tempat yang merek singgahi adalah tempat khusus bagi pria dan wanita yang sedang berpasang-pasangan, terlihat ramai di cafe itu tapi mereka duduk diantara ruang yang berbeda, yang hanya memang mereka hanya berdua saja, di ruang itu segera marlin memesan makanan, terdapat banyak menu yang tersedia, Gilang memesan 1 gelas jus jeruk dan menu makanan yang spesial di antara makanan lainnya, Eva pun sama hanya mengikuti apa yang dipesan oleh Gilang, mereka menikmati suasana ruang sambil mengobrol, terdapat live musik dari home band yang memang sedang berada memainkan kan musiknya, mereka berdua sedikit terbawa suasana dengan lagu-lagu beraliran folk yang memang sangat mendukung untuk mengobrol. Setelah selesai mereka menyantap makanan, ya, memang perlahan mereka memakannya tidak tergesa-gesa, jus jeruk diangkat dari tangan kanan Gilang dan segera ia meminumnya, Reva melakukan hal yang sama seperti Gilang. Eva.. apakah kau, sudah mengetahui pemilik rumahmu sebelumnya? Tanya Gilang memulai pertanya yang di tuju. Sudah, aku tadi menghubungi orang tuaku, kata orang tuaku, pemilik rumah sebelumnya bernama DAhlimah, tapi kami membelinya dengan seorang wanita yang bernama Dahliah, ibuku bilang Dahliah itu adalah anak kembar nama pemilik sebelumnya, ia pernah bercerita kalau DAhlimah pergi begitu saja dengan seorang kekasih yang dicintainya, memang rumah itu cukup lama tidak ada penghuni, sehingga saudara kembarnya Dahlia merenovasi rumah itu, lalu menjualnya, dan pemilik kedua adalah, kami sekeluarga, ya seperti yang kau lihat keadaannya seperti apa saat ini. Terang Eva mengatakan sejujurnya, dan tidak ada yang ditutup-tutupi olehnya, Gilang berfikir seperti sedang mencari sesuatu dengan sorotan matanya yang mulai berubah, seperti ada keganjilan dengan menghilangnya saudara kembar dari Dahlia, maka ia berkata di dalam benaknya, pasti di situ, di tempat itu, lalu Eva memperhatikannya dan bertanya. Apakah ada sesuatu yang penting Gilang, tentang pemilik rumah sebelumnya? Tidak, tidak apa-apa, nanti juga pasti akan terjawab, aku minta tolong kepadamu, apakah kau mengetahui alamat rumah Dahlia? atau kau dapat memberikan ku nomor teleponnya, Aku hanya ingin tahu saja. jawab Gilang seakan-akan menyembunyikan sesuatu, namun Eva berpikir, ya, mungkin hanya untuk mencari data saja. Tunggu aku akan memeriksa handphone-ku sebentar, kata Eva lalu membuka androidnya Dan terlihat chat w******p dari Marilyn yang sedari tadi menghubunginya, karena memang semenjak kepergian Eva dengan Gilang, Eva lupa memberi tahu bahwa ia pergi dengan gilang atau seseorang, Iya lalu membalas chat Marilyn yang berisikan. Aku ada jadwal kuliah tambahan, kau tidak usah menjemput. Lalu Eva kembali memeriksa kontak, dan ternyata masih ada nama Dahlia, karena ketika itu ibunya pernah menghubungi nomor itu untuk menanyakan rumah memakai handphone Eva, lalu segera Eva berkata, aku menemukannya, aku mengirimkannya lewat chat kepadamu, angguk Gilang dan segera Iya membuka Android yang terletak berada di meja, nomor Dahlia pun terkirim dan dia segera menyimpannya. Kemanakah kita sesudah ini Eva? tanya Gilang dan memang libido Gilang sedikit memuncak melihat Eva yang berubah menjadi sangat cantik. terserah, jika ada waktu, aku takutnya marlyn nanti menghubungiku lalu harus dengan apa aku mau angkat teleponnya. Jawab Eva seakan-akan ia membiarkan dirinya bersama Gilang. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan bagaimana caramu sedikit berbohong dengannya, apa kau masih ingat dulu Eva, ketika kita melakukannya. ucap Gilang yang menjurus ke pembahasan tentang di mana dia dulu pernah melakukan hubungan badan, Eva terhenyak sontak mata Eva sedikit membelalak, seakan-akan dia berada di hotel bersama gilang dengan imajinasi, yang membuat dia teringat, lalu ia tersenyum dan berkata. He he he kau masih ingat saja Gilang, dulu ya dulu, bukan sekarang. He he ! apa kau tidak ingin mengulanginya kembali Eva? canda Gilang. He he he, ! aku rasa tidak Gilang, sudah cukup, dan kau pasti tahu kan kita hanya berteman sekarang, kata Eva, dan memang dia sedang tidak ingin melakukannya. He he he aku hanya bercanda, aku memang seperti ini, tapi aku tidak berani untuk melakukannya kembali, itupun demi kebaikanmu juga. jawab Gilang dan sebenarnya itu adalah jawaban dia yang paling jujur, lalu ia berkata kembali apakah kau pernah melakukannya Dengan Marilyn Eva? Tidak, aku tidak ingin melakukan dengannya, sudahlah ! bahas yang lain saja, sedangkan kamu tahu kan keadaan ku di rumah sekarang bagaimana. jawab Eva dan memang ia enggan untuk membicarakan hal itu entah apa yang dipikirkan Gilang sehingga ia membahas hal itu, mungkin dalam pikiran Eva Gilang membahas hal itu hanya untuk menghilangkan ketegangan setiap harinya, Dan semoga saja iya. Tampaknya sudah cukup sore Eva, apa kau tidak ingin pulang? kata Gilang memperingatkannya ia menghela nafas dan menggeser gelas kosong yang sebelumnya berisi jus. Ya, baiklah tampaknya sudah sore, kita pulang saja, jawab Eva lalu Gilang berkata, ya memang kita harus pulang. Oke? ayo kita siap-siap. Imbuh Gilang Dan mereka segera beranjak kemudian Gilang berjalan menuju kasir mengantarkan bill, Gilang lalu membayar makanan yang dipesannya, perlahan mereka berdua berjalan keluar beriringan, segera mereka memasuki mobil Vios hitam milik Gilang, dan segera meluncur pergi meninggalkan cafe yang cukup luas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD