bab 1b

629 Words
"Kencan?"  "... dengan om?" Sheila memberanikan diri untuk bertanya. Sebenarnya Sheila tidak mesti bertanya lagi, semua sudah dikatakan oleh Bian sebelum itu. Bian tersenyum lalu mengangguk kecil,  "Iya, Sheila." Jawab Bian. Sheila pun mengangguk tanda setuju, mungkin ini hanya jalan-jalan biasa pikir Sheila. "Kamu mau mandi atau begini saja ?" Tanya Bian pada Sheila yang masih terlihat berfikir. "Hm, mandi! Om tunggu Sheila ya." Pinta Sheila yanh dibalas anggukan oleh Bian. Sheila keatas menuju kamarnya, bersiap diri untuk berjalan bersama om Bian. Pilihannya adalah hotpants jeans dan kaos putih saja. Sheila mau terlihat lebih dewasa, kalau pakai dress sheila malah akan terlihat seperti anak kecil, karena dress sheila yang lebih mirip punya anak kecil. Sheila harus beli dress orang dewasa. Setelah mengolesi lipbalm di bibirnya dan menyemprotkan minyak wangi ditubuhnya, Sheila berjalan keluar untuk menemui Bian. "Sudah siap." Ujar Sheila. Bian pun malah menatap apa yang tengah sheila kenakan dari atasa sampai bawah. Bahkan sampai menaikan alisnya, entahlah ekspresi apa itu. Eh...?! Itu kan ekspresi papah kalau mau komenin penampilan Sheila. "Ganti Sheila, kamu akan kedinginan kalau pakai celana sependek itu!" Benarkan. "Om mirip papah nih, suka komen baju Sheila." Rajuk Sheila. "Ini demi kebaikan kamu sendiri Sheila, ganti dengan rok panjang atau celana panjang saja, om tunggu disini." Ujar Bian yang terlihat tak suka dengan apa yang tengah Sheila kenakan. Terlalu terbuka untuk pergi, kalau dirumah mah tidak apa. Toh hanya keluarganya dan mungkin hanya Bian sekarang yang dapat melihat, tapi kalau sampai keluar pakai yang sependek itu.. Enak saja. Eh?! Kenapa nih gue!? "Udah nih om!" Ucap Sheila sekaligus menyadarkan Bian dari lamunan nya sendiri. "Oke, kita jalan!" Ujar Bian setelah melihat Sheila yang sudah mengganti celana pendeknya dengan rok jeans selutut ala anak muda, seraya mengambil kunci mobilnya diatas meja kecil. Dimobil,  "Sheila sudah lulus kuliah belum?" Tanya Bian. Sheila menggeleng, "Sebentar lagi om, Sheila akan menyelesaikan sidang dulu. Lalu kerja di suatu perusahaan tapi bukan kantor papah." Kata Sheila. "Kamu kan memang diharuskan meneruskan perusahaan revan, Sheila. Kamu harus bantu papa kamu." Ujar Bian. Sheila mengangguk mengerti,"Iya, om. Maksud Sheila, sheila mau belajar diperusahaan lain dulu, kalau sudah siap mah sheila yang akan bertanggung jawab sampai adik laki-laki Sheila lahir, hehe." Ucap Sheila pada Bian. Bian menggelengkan kepalanya. Sheila ada-ada saja. "Memang adik laki- lakimu bakal ada beneran..?" Ledek Bian. Sheila mengangguk, "Sheila itu perempuan, kalau menikah nanti Sheila harus setia dirumah urus suami. Sheila akan minta papa dan mama adek kecil laki-laki." Ujar Sheila yang sedikit menohok Bian. Lalu Bian tertawa sendiri. "Kemarikan tanganmu Sheila!" Pinta Bian seraya memberikan telapak tangannya pada sheila. Sheila mengangguk, lalu Sheila membawa tangannya keatas telapak tangan milik Bian yang sedikit lebih besar darinya. Bian menyatukan tangan mereka sehingga saling menggenggam satu sama lain, walau hanya satu tangan tetap bisa memberikan getaran kecil dalam tubuh mereka. Tiba- tiba saja turun hujan, memberi efek yang berbeda bagi kedua insan yang masih berada didalam mobil saat ini. "Hujan?"  "... sepertinya tidak bisa ketaman bermain, melihat cuaca yang begini." Jelas Bian. Sheila memanyunkan bibirnya yang pink. Bian bisa melihatnya, dan melihat bibir Sheila yang menggoda membuat Bian berpikir bagaimana rasanya bibir itu jika berada didalam mulutnya, yang kelihatannya enak kalau mungkin dikecup apalagi dilumatnya.. Bian menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya.  Berdua dengan Sheila memang berbahaya! "Bagaimana kalau nonton?" "... Sheila mau nonton om, kata teman Sheila ada film baru yang seru..!" Ujar Sheila memberi saran sebari tersenyum manis. Bian menatap manik mata Sheila yang berbinar, Bian berniat membawa mata Sheila agar masuk kedalam mata Bian yang memiliki aura ketegasan juga aura kemauan yang tinggi didalam sana. "Sheila mau punya adik laki-laki kan?" Tanya Bian dan Sheila mengangguk kecil seperti terhipnotis. Bian melanjutkan ucapan nya, ".... kenapa harus menunggu papa dan mama, buat saja dua dengan om. Satu buat om satu buat Sheila.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD