bab 3a

538 Words
Bian masih menunggu Sheila menyelesaikan pembicaraannya.  "Sheila suka sama..?" Ulang Bian. "Hm, sosis besar!" ".... Sheila mau makan sosis yang anak itu makan juga!" Ujar Sheila seraya menunjuk seorang anak kecil yang tengah membawa sosis berukuran lebih besar dari biasanya. Bian juga ikut melihatnya lalu menggeleng seraya tertawa kecil. Bian mengacak rambut Sheila entah ini yang keberapa kalinya, seakan menjadi hobi baru bagi Bian. "Kalau Sheila sudah besar Sheila harus merasakan sosis om juga." Ujar Bian seraya mengeluarkan smirk nakalnya. Sheila menatap Bian tak biasa. "Om punya sosis juga? Kenapa tidak kasih ke Sheila sekarang! Kenapa tunggu Sheila dewasa?" Tanya Sheila. Bian meruntuki dirinya yang kelewat bodoh. Kenapa Bian jadi se-m***m ini? Bian bukan Revan. "Kita beli sosis nya lalu pulang ya, gak kerasa udah mau jam delapan malam." Ujar Bian mencoba mengalihkan pembicaraan. Sheila mengangguk setuju. Home  Bian masih asik dengan ponselnya, "om gak pulang?" Tanya Sheila. Bukan nya menjawab Bian malah bertanya balik, "Kenapa belum tidur Sheila?" Jam sudah menunjukan pukul 1 malam, tapi Sheila belum tidur juga. Bian kira sudah. "Hm, gak bisa tidur." Ujar Sheila seraya memanyunkan bibirnya. Sedangkan bian malah terlihat gagal fokus pada bagian d**a Sheila yang tercetak jelas pucuk dadanya. Tanpa sadar Bian menelan ludahnya sendiri karena tak kuat melihat itu, Bian sudah tua sudah seharusnya punya istri seperti sahabatnya. Bian butuh penghangat ranjang. Apa Bian harus cari istri? "Om.." panggil Sheila menyadarkan Bian. "Hm..?" Tanya Bian tak fokus. "Om masih kerja juga, walau sudah malam begini?" "... apa papa juga seperti om, kalau bekerja?" Tanya Sheila terbayang akan papanya yang pasti lelah sekali dalam mengurus perusahaannya, apalagi teringat papanya yang semakin hari semakin bertambah umur. Walau wajah tampannya tak pernah terlihat menua sedikitpun seperti mamahnya yang selalu terlihat awet muda. "Seorang pembisnis memang harus begini. Bukan hanya pembisnis semua kerjaan pasti ada lelah dan tanggung jawabnya masing-masing." Jelas Bian. "Kemari Sheila, duduk sama om sini." Ajak Bian. Sheila mengangguk lalu menghampiri Bian dan duduk disebelah Bian. "Kenapa belum tidur, Hm?" Tanya Bian penuh perhatian. Sheila menggelengkan kepalanya. "Sheila juga tidak tahu." Ujar Sheila. Apa karena ada om Bian ? Bian menatap Sheila lembut. Lalu membawa Sheila ke atas pangkuannya. "Eh..?" Ujar Sheila kaget. Bian memeluk Sheila dalam pangkuannya. Sheila pun menyerukan wajahnya dileher Bian. "Jangan biasakan tidur larut, tidak baik." Bisik Bian. Bian merasakan gelenyar aneh pada tubuhnya. d**a Sheila yang menempel pada dadanya membuat hasrat ke laki-lakiannya bangun. Apalagi hembusan napas Sheila yang sangat terasa dilehernya membuat Bian geli sendiri. Dress tidur satin milik Sheila tersikap sedikit karena mengangkang. Paha mulus Sheila benar-benar menggiurkan. Bian menatap paha sheila yang sedikit terbuka dan menyentuhnya dengan pelan. "Sheila.." panggil Bian berbisik. Tak ada jawaban. Bian tersenyum, Sheila baru bilang bahwa dirinya tak bisa tidur, tapi dipelukan Bian dengan gampangnya langsung tertidur. "Anak nakal" Guman Bian. Sebenarnya kerjaan Bian masih sangat menumpuk karena seharian berjalan-jalan dengan Sheila. Tapi mau bagaimana lagi, Bian tidak mungkin membangunkan Sheila yang baru saja tidur di pangkuan nya. Tak sadar tangan Bian sudah merambat ke area perut mulus milik Sheila. Anak sahabatnya terlalu menggoda, "Saat Sheila sudah suka om, ayo kita mulai jalani hubungan yang lebih serius, Sheila." Janji Bian seraya berbisik pada Sheila. Seketika bulu kuduk Bian meremang,  Sesuatu berbisik tepat dihadapan telinganya. "Sheila suka om...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD