Chapter 3

4456 Words
Keesokan harinya, Aaron mencuci sepeda kesayangannya itu di depan apartemennya pagi-pagi, mengingat hari ini adalah hari sabtu, maka ia punya banyak waktu luang sampai tiba saatnya dia bekerja di toko musik temannya itu pada jam 11 siang. Tak lama kemudian terdengar suara yang tidak asing bagi Aaron,    “Oh, hai Aaron.”  ternyata itu adalah suara Elena yang sedang berjalan melewati Aaron.    “Hai Elena, apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?” tanya Aaron sambil membersihakn tangannya yang basah dan berdiri untuk menyapa Elena.    “Hari ini aku ada pekerjaan di museum seperti yang aku ceritakan kemarin, hari ini kan hari libur, jadi museum merekrut tenaga kerja tambahan untuk membantu pekerja disana” Aaron berpikir untuk pergi bersama Elena ke museum tersebut dengan maksud ingin melihat kalung Kristal yang ia penasari, tapi ia memiliki tugas untuk menjaga toko jam 11 nanti sampai jam 3, dan ia takut tidak bisa datang tepat waktu jika pergi ke museum sekarang.    “Memangnya kau bekerja disana sampai jam berapa?” tanya Aaron ingin memastikan jadwalnya.    “Hanya sampai jam 3 saja,” jawab Elena dengan yakin. “Memangnya ada apa?” tambahnya. Aaron mulai memasang muka seriusnya seperti sedang menyusun rencana yang panjang karena kebetulan jam pulang kerjanya sama dengan Elena.    “Hey, memangnya kenapa?” tanya Elena lagi sedikit kesal karena Aaron hanya diam saja.    “Bolehkah aku menjemputmu nanti setelah kau pulang?” Aaron menjawab dengan cepat dan spontan, “Oh gawat, aku terdengar seperti sedang mendekatinya.” Dalam hati Aaron menyesali perkataannya yang terdengar seperti seseorang yang berusaha mendekati orang yang dia suka tadi.    “Boleh saja, memangnya kau tidak ada kegiatan lain selain menjemputku?” tanya Elena balik kepada Aaron dengan muka yang sedikit memerah.    “Yah sebenarnya aku juga bekerja sampai jam 3, jadi aku bisa menjemputmu, lagipula aku tidak ada rencana setelah selesai kerja nanti, aku memang ingin mengunjungi museum itu sejak lama, tapi tidak pernah sempat, jadi mungkin ini waktu yang tepat” Aaron menjelaskan dengan berhati-hati dalam memilih kata-katanya agar tidak terdengar seperti sedang merayu.    “Yah baiklah kalau kau memaksa, aku akan mengajakmu berkeliling museum nanti sebagai pemandu mu.” Elena tersenyum dan mengangkat jempol tangan kanannya dengan maksud menyetujui rencana Aaron.    “Baiklah kalau begitu, sampai bertemu nanti.”    “Ya, sampai bertemu.” balas Elena. Elena pun kembali melanjutkan perjalanannya dan berhenti di halte di depan apartemen Aaron, dan Aaron kembali membersihkan sepedanya sambil berharap  Elena tidak berpikiran bahwa dirinya menyukainya. Hari sabtu adalah hari dimana toko Los Angeles Records paling dipenuhi pengunjung, meski kata dipenuhi hanya berupa segelintir orang yang melihat-lihat saja, tapi setidaknya toko ini tidak terasa seperti kuburan.   Aaron seperti biasa bertugas sebagai penjaga kasir dan Bradley sebagai Sales Promotion Boy yang melayani pertanyaan-pertanyaan pelanggan dengan semangat, seperti biasa juga Brad mengenakan pakaian bertemakan Los Angeles Lakers.    “Brad, boleh aku minta tolong padamu?” Aaron bertanya dengan sedikit kebingungan mencari kata-kata yang tepat.    “Kau butuh bantuan apa?” Brad bertanya balik.    “Sebenarnya nanti sore aku ada janji dengan seseorang untuk bertemu di museum, jadi aku tidak bisa bekerja sampai jam tiga tepat…” Dengan pelan-pelan Aaron menyusun kalimat, “Jadi aku harus segera pergi  sebelum jam tiga karena tempatnya agak jauh dari sini… Jadi…”    “Tentu saja!!! Kau boleh pergi Aaron, biar aku yang menjaga toko ini” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Brad langsung memotongnya.    “Tunggu, apa kau tidak keberatan?” heran Aaron kenapa Brad mengizinkannya, padahal hanya mereka berdua yang bekerja di toko itu “Memangnya tidak apa-apa?”    “Hey-hey, tenang saja, toko ini kan kecil, lagipula tidak terlalu ramai, jadi tenang saja” perjelas Brad mengizinkannya pergi.    “Bukan itu yang kuherankan, aku kan belum menyelesaikan alasanku untuk izin pulang lebih cepat”     “Sudahlah Aaron” Brad mendekati Aaron dan mulai memasang senyum mengejek, “Aku tahu kenapa kau ingin pergi lebih cepat”.    Aaron terlihat panik sama seperti dia sedang ditatap pria misterius dan Dosennya itu.    “Apakah Bradley juga mengetahui tentang Atlantis?” Aaron berpikir tentang hal itu lagi, dia hanya tinggal menunggu kata-kata yang selalu dia dengar pada saat hal ini terjadi.    “Apa yang kau ketahui tentang Atlantis?” kata-kata yang ditunggu Aaron terbesit di pikirannya, dan Aaron mulai berkeringat dingin, entah kenapa sejak dia mendengar pertanyaan ini untuk pertama kali, dia selalu merasakan hal yang aneh, seperti sedang di hipnotis dan dibaca pikirannya sekaligus   “Siapa gadis yang kau pacari ini?”     Aaron terlepas dari paniknya dan sempat terdiam beberapa detik karena mendengar ucapan Brad, dia merasa lega bahwa hal yang ditunggunya tidak terjadi.    “Mungkin aku terlalu banyak berpikir” gumam Aaron dengan suara kecil.    “Apa yang kau katakan tadi?” Brad menanyakan gumaman Aaron.    “Tidak, bukan apa-apa” jawab Aaron “Kenapa kau bisa tahu kalau aku ingin bertemu dengan seseorang perempuan?” Aaron mencoba mengelak dengan mengganti topik.    “Tentu saja aku tahu, Wajahmu memerah saat bertanya padaku tadi, jadi aku tahu kalau kau pasti akan berkencan dengan seseorang” Brad menuduh Aaron dengan tertawa.    “Bu-bukan, ini bukan sebuah kencan” Aaron membantah dengan panik “Ini cuma sekedar pertemuan untuk bisnis, tidak lebih”    “ Mungkin bukan kencan, tapi kau menyukai gadis itu kan?” Brad bertanya sambil memegang dagunya dengan cara bicara seperti seorang detektif yang sedang menginterogasi tersangka pembunuhan.    “Apa?, tentu saja tidak, aku belum kenal lama dengannya” Wajah Aaron semakin memerah dan juga semakin gagap.    “Sudahlah, aku tidak boleh mengganggu takdir cinta ini lebih lama lagi, pergilah” Brad melemparkan tas dan jaket Aaron yang tergantung di dekat pintu belakang tanpa mempedulikan Aaron yang masih mencoba meyakinkan kalau dia tidak menyukai gadis ini.    “Kau serius Brad?,aku boleh pergi?” tanya Aaron hanya berdiri di depan meja kasir dan memegangi tasnya.     Brad lalu mendorong Aaron kearah pintu keluar dan membukakan pintunya hingga Aaron keluar dari toko.    “Pergilah!!” Suruh Brad kepada Aaron agar ia menaiki sepedanya.    Aaron hanya berkata oke dan segera menaiki sepedanya dan berjalan kearah dimana Museum itu berada.    “Semoga beruntung dengan kencannya” Teriak Brad dengan lantang mengejek saat Aaron sudah tak berada didepan toko.    “Ini bukan kencan!!” Balas Aaron tetap meyakinkan temannya itu tanpa berhenti mengayuh sepedanya. Dengan menggunakan sepeda, Aaron harus menempuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke museum jika kondisi jalanan tidak sedang dipenuhi mobil, Aaron melihat jam tangannya yang menunjukan bahwa sekarang sudah jam setengah tiga sore, dan dia belum melewati kampusnya yang berjarak setengah jam dari tempat ia bekerja, dengan kata lain, Aaron hanya punya waktu tiga puluh menit untuk sampai ke museum tepat waktu yang berjarak setengah jam dari kampus jika menggunakan sepeda.     “Gawat, ini karena Brad sialan, aku jadi telat berangkat”, Aaron semakin cepat mengayuh sepedanya agar ia dapat sampai tepat waktu di museum, untunglah kondisi jalanan sedang bersahabat, jadi Aaron dapat memangkas waktu perjalanannya dengan mengebut.     Sesampainya di museum, Aaron mendapati Elena sedang berdiri di depan tangga masuk museum itu dengan masih memakai seragam petugas museum itu, seragam itu terdiri dari kemeja berwarna coklat muda dan topi sewarna yang bergambar logo museum itu.    “Hai” sapa Aaron dengan wajah yang terlihat letih dan bersalah namun masih bisa tertawa.    “Kau telat setengah jam dari janjimu” Elena terlihat cemberut dan menatap Aaron dengan dengan agak marah.    “Maaf, tadi aku terhambat karena ada keperluan, tadi…”    “Ya..ya.. Apapun alasannya tak masalah, yang penting kau datang” potong Elena tidak peduli dengan alasan dari Aaron, “Sebentar lagi museum akan ditutup, jadi sebaiknya kita bergegas untuk keliling” Elena berjalan mendahului Aaron masuk kedalam museum dan menuntunnya ke arah pintu masuk khusus untuk pegawai, “Pakai ini, setidaknya kau tidak harus bayar dan tidak diusir karena melewati batas waktu buka museum” Elena memberikan topinya kepada Aaron agar ia terlihat seperti seorang pegawai dan bisa masuk dari pintu khusus pegawai.    “Kau yakin?, baiklah” Tanpa menunggu jawaban Elena, Aaron melihat sebentar dan langsung memakainya tanpa ragu-ragu.    “Aku tidak suka memakai topi itu, sangat tidak nyaman” Sambil menggerutu, Elena membuka ikatan rambutnya karena sebelumnya ia memakai topi itu dengan memasukan kedalam topi rambut coklat kemerahannya tersebut, memang topi museum itu terbuat dari bahan yang murahan dan desain yang seadanya untuk mengurangi pengeluaran museum. “Lewat sini!” Elena ,menuntun Aaron berjalan memasukin museum melewati pintu samping, Museum ini memiliki dua lobi utama, di depan dan belakang, dan Aaron memasuki pintu samping yang langsung menuju ruangan lobi utama museum tersebut dimana terdapat fossil Tyrannosaurus dan Triceratops ukuran nyata di tengah-tengah ruangan yang menjadi ikon dari museum ini, desain lobi museum ini terlihat seperti bangunan Yunani yang memiliki banyak ventilasi dan pilar-pilar yang menyangga atap museum tersebut dengan skema warna coklat dan krem serta sedikit hijau dilantai yang menggunakan material berupa batu keramik dan lain-lain membuat lobi ini sudah terlihat megah, tapi Aaron mengherankan kenapa museum sebagus ini membuat topi yang semurah itu.   “Baiklah, selamat datang di Natural History Museum of Los Angeles County!” Elena dengan lantang tiba-tiba berbicara didepan Aaron dan memberi sapaan yang biasa ia berikan kepada pengunjung museum. “Kau tidak cocok berbicara seperti itu” Aaron dengan sedikit tertawa mengomentari nada dan cara bicara Elena yang tidak seperti biasanya itu dan terkesan meledeknya.   “Hey!!, aku sudah ahli melakukan ini ya, ini sudah tahun keduaku bekerja disini, jika kau tidak suka lebih baik kau pulang” Elena dengan cemberut kembali ke cara bicaranya yang biasa dan berjalan meninggalkan Aaron begitu saja.   “Oke.. okee, aku minta maaf, hanya saja cara bicaramu sedikit lucu” Aaron mengejarnya dan langsung meminta maaf walaupun masih sedikit tertawa.   “Hmph, kau memang menyebalkan” Elena berhenti di tengah museum dan berdiri menghadap Aaron “Jadi kau mau melihat apa disini?, aku lelah jika harus memandumu ke seluruh museum, pilih saja tempat yang kau ingin kau kunjungi” Elena menunjuk peta yang tertempel di tembok museum dimana disitu terdapat panduan mengenai tempat-tempat didalam museum yang memamerkan berbagai benda dan artifak bersejarah dan bagaimana cara ke tempat itu.   “Hmmm, apakah disini ada bagian yang memamerkan benda-benda berupa artefak zaman dahulu?” Tanya Aaron sambil melihat peta museum mencari-cari.   “ Semua benda di museum ini merupakan artefak zaman dahulu” jawab Elena dengan nada bercanda.   “ Kalau begitu, apa ada benda baru yang belum lama dipamerkan disini?” Aaron berusaha menanyakan tempat beradanya kalung Atlantis yang ia lihat di internet belum lama ini namun ia berusaha agar tidak mengatakan kata-kata atlantis dengan frontal karena kata itu sudah mempunyai arti yang aneh tersendiri bagi Aaron. “Kalau benda baru yang masuk kesini hanya ada beberapa karena memang museum ini sangat selektif dalam memilih objek yang akan dipamerkan”   “Dan apa saja benda yang cuma ada beberapa itu?” Tanya Aaron semakin tertarik dengan apa yang Elena katakan.   “Yah, dalam beberapa bulan ini hanya tambahan sebuah fosil tanaman purba, senjata dan perlengkapan dari peradaban terdahulu, patung emas dari meksiko, tengkorak dari raja suku Aztec, dan beberapa prasasti dari berbagai negara saja yang masuk kesini” Jawab Elena seingat apa yang ia ketahui.   “Apa tidak ada sesuatu yang menyerupai batu atau kristal?” Tidak puas dengan jawaban Elena, Aaron berupaya untuk memancing dan menggali jawaban lebih jauh lagi walaupun ia yakin bahwa kalung Atlantis itu tepat berada di museum itu.   “Kalau tentang batu dan mineral aku tidak terlalu ingat, tapi ada satu ruangan disini yang memang khusus memamerkan berbagai jenis bebatuan, permata, mineral, dan material lainnya, mungkin juga beberapa perhiasan bersejarah” “Bawa aku kesana sekarang!” Hentak Aaron tiba-tiba bersemangat. “Ba..baiklah, ruangan itu ada di arah sini” Kaget dengan reaksi Aaron, Elena pun mengajaknya berjalan ke tempat permata-permata bersejarah disimpan. Dalam perjalanan menuju ruangan permata, Elena sesekali memperlihatkan benda-benda dan ruangan yang menurutnya bagus dan paling menarik di museum itu, ia menuntun Aaron selayaknya seorang pemandu tur professional yang sedang membawa banyak turis kedalam museum. Saat ini suasana museum sudah sangat sepi mengingat bahwa museum itu tutup tepat pada jam 5 sore, hanya ada segelintir orang yang berjalan kearah pintu keluar untuk pulang dan beberapa petugas dan karyawan yang bekerja di dalam bangunan yang sangat luas itu, bahkan beberapa lampu sudah mulai dipadamkan untuk memberi sinyal pada para pengunjung bahwa museum akan segera tutup sebentar lagi. Elena terlihat begitu senang dan semangat saat memandu Aaron, walaupun sudah dari pagi ia bekerja berkeliling memandu turis di gedung itu dan tidak hanya sekali. “Stop!!” Elena tiba-tiba berhenti dan menarik Aaron ke arah tembok.   “Ada apa?”   “Sssst!...” Elena langsung menutup mulut Aaron dan mendorongnya ke belakang patung T-rex yang terbuat dari perunggu tanpa alasan.   “Elena, kenapa kau masih disini?, bukankah kau sudah pulang daritadi seharusnya?” terdengar suara seorang pria yang berbicara dengan suara berat dan aksen yang sedikit aneh.   “Oh? Tidak, tadi aku memang sudah pulang, tapi ternyata aku baru sadar ada barang yang tertinggal disini” Elena berusaha untuk memberi alasan yang rasional kepada pria yang tak terlihat wujudnya itu. Aaron yang penasaran pun bergerak sedikit untuk mengintip dan melihat orang tersebut, ia mencondongkan kepalanya hingga sedikit keluar dari persembunyiannya dan berhasil menangkap rupa dari pria tersebut. Pria ini memiliki wajah hispanik, berambut pendek ikal hitam, berkulit agak gelap dengan janggut yang samar-samar dan memiliki postur yang tinggi, hampir berbeda 10cm dari Aaron, ia memakai jas berwarna coklat muda berbahan wool dengan kemeja biru langit dan celana bahan berwarna coklat tua dipadu dengan sepatu berwarna coklat dengan aksen emas metalik sebagai hiasaannya yang jelas terlihat seperti logo “LV”, sesaat, Aaron langsung mengetahui bahwa orang ini adalah orang kaya dengan setelan yang mahal seperti itu, tidak mungkin bahwa dia pegawai yang sama dengan Elena. “Baiklah kalau begitu, segeralah kau ambil barangmu, sebentar lagi museum akan tutup, dan jika malam tiba, semua benda disini akan hidup dan mengejarmu” Pria itu berjalan kearah pintu keluar sambil tertawa.   “Heh, memangnya aku sedang main film Night at the Museum?” Elena sebal dengan candaan orang itu sambil berjalan kearah Aaron bersembunyi saat pria tersebut sudah tak terlihat.   “Siapa orang tadi?” tanya Aaron saat ia keluar dari persembunyiannya.   “Raul Pereira, Dia adalah kurator dari museum ini”   “Kurator?”   “Iya, orang yang bertanggung jawab atas barang-barang di museum ini sekaligus merawat dan mengontrol semua yang ada disini, dia atasanku”   “Lalu kenapa aku harus sembunyi, aku kira dia pacarmu”   “Kau ini benar-benar menyebalkan ya, dia itu hafal dengan wajah pekerja dan karyawan disini, tentu saja dia akan menanyakan kau yang tidak pernah ia lihat memakai seragam pekerja dan berjalan-jalan saat museum sudah tutup, aku bisa dalam masalah jika sampai kau ketahuan bodoh!” Elena langsung memarahi Aaron karena candaan yang ia lontarkan tadi.   “Aku kan hanya bercanda” Aaron berusaha menenangkan Elena yang lagi-lagi berjalan meninggalkannya.   “Sekali lagi aku mendengar candaan tidak lucumu akan kutinggal kau sendiri disini, biar saja kau dikejar makhluk-makhluk di museum ini”   “Sekarang kau yang membuat lelucon tidak lucu” Aaron langsung berhenti berbicara saat Elena berbalik badan dan memelototinya dengan pandangan yang menyeramkan, Aaron memeragakan mulutnya di risletting dan membuang kuncinya jauh-jauh menandakan bahwa ia tidak akan berbicara yang aneh lagi. “Ya, kita sudah sampai” Elena memperkenalkan ruangan yang dipenuhi batu-batu kristal dan permata- permata yang indah, ruangan ini sudah gelap karena memang sudah jam tutup, hanaya beberapa lampu kecil yang menerangi objek-objek museum secara individual  “Apa yang ingin kau lihat disini?, kau tidak terlihat seperti tipe orang yang suka dengan permata” Tanya Elena penasaran dengan apa yang dicari oleh Aaron.   “Aku hanya ingin melihat batu langka yang katanya punya kekuatan magis, hanya itu saja” Aaron berjalan memutari ruangan mencari batu yang ia maksud satu-persatu dengan teliti.   “Ternyata kau memang bodoh ya percaya dengan hal seperti itu…”   “Ini dia!!” Tanpa mempedulikan Elena, Aaron segera membuka ponselnya membandingkan gambar di ponselnya dengan kalung kristal yang ada didepan matanya.   Elena berjalan dengan cepat kearah Aaron karena penasaran dan ingin melihat apa yang ia temukan “Apa yang kau temukan sampai teriak seperti tadi, kalau ada yang mendengar bagaimana?” Elena mendapati Aaron sudah tidak mendengarkannya dan terdiam memandangi batu berwarna biru tersebut tanpa ada reaksi sedikitpun “Kau tidak ingin mencoba mencurinya kan?” Elena berusaha untuk memperingatkan Aaron yang tetap terdiam seperti patung. Dalam pandangan Aaron, kalung itu memancarkan aura biru terang yang terlihat seperti aliran air yang mengelilingi batu tersebut, dan ia dapat melihat simbol berbentuk huruf “T” yang terukir dan bercahaya di permukaan kalung kristal itu, simbol ini tidak dapat dilihat oleh Elena, sehingga Elena hanya diam kebingungan karena tidak paham apa yang aneh pada kalung itu.   “Sampai kapan kau mau memandangi kalung itu?, ayo kita pergi dari sini, sudah sangat gelap didalam museum” Elena mencoba membujuk Aaron sambil melihat sekeliling museum yang sudah gelap dan  hanya diterangi cahaya bulan di malam hari melalui jendela ruangan.   “Makit Tem Adlantisag” Aaron tiba-tiba berbicara bahasa yang tidak dapat dimengerti dan belum pernah didengar oleh Elena.   “Apa?, kau bilang apa?”   “Bogomkem Bernot Darim Yaseken Gesugontoh” sambil berbicara, Aaron perlahan-lahan mengerakkan tangannya kearah tabung kaca dimana kalung kristal itu diletakkan.   “Hey!! Apa yang kau mau lakukan? Berhenti!!” Elena segera berusaha meraih tangan Aaron yang bergerak kearah kaca dan terhenti saat suatu hal aneh terjadi didepan wajahnya, tangan Aaron dengan begitu saja menembus kaca pelapis tabung itu seperti hanya melewati dinding yang terbuat dari air dan meninggalkan percikan dan riak saat tangan Aaron memasuki tabung tersebut, suatu hal yang mustahil dan tidak lazim dilakukan tanpa keahlian seorang pesulap, dan Elena yakin semua pesulap memiliki trik dan alat bantuan untuk melakukan keahlian mereka, dan hari ini tentu saja Aaron tidak membawa peralatan atau melakukan persiapan untuk sekedar melakukan trik seperti itu.   “Bagaimana kau bisa melakukannya?” Elena dengan heran berusaha memasukan tangannya kedalam tabung, namun tangannya tidak dapat menembus lapisan kaca seperti Aaron, sedangkan disebelahnya tangan temannya itu dengan jelas berada di bagian dalam tabung.   Dalam kebingungan, Elena memperhatikan wajah Aaron yang penuh kekosongan dan mendapati ada yang aneh dengannya.   “Mata mu bersinar…. Biru” Elena takjub karena melihat mata Aaron yang berwarna biru tua itu sekarang bersinar seperti pantulan cahaya dari air yang terkena ombak dan bergerak tidak beraturan, tapi hanya sebentar, mata Aaron kembali ke kondisi semula dan ia menarik tangannya dari dalam tabung itu.   “Apa yang terjadi?”   “Mana kutahu, kau baru saja melakukan hal yang mustahil, apa kau seorang pesulap?” Dalam keadaan panik, Elena mencoba mencari alasan logis dengan apa yang baru saja ia saksikan.   “Batu itu memanggilku” Aaron mencoba memasukan tangannya kedalam tabung itu lagi, namun sepertinya kali ini ia tidak dapat melakukannya.   “Kau sudah gila ya?”   “Kalau aku gila, berarti kau juga gila karena melihat hal barusan kan?” Setelah mendengar ledekan Aaron, Elena terdiam dan menerima apa yang telah ia lihat adalah sebuah kenyataan.    “Ternyata aku memang mencium aroma dari seorang turis yang tersesat didalam museum” Tiba-tiba suara yang tidak asing terdengar dari arah pintu masuk ruangan, diujung jalan masuk ruangan itu berdiri seorang yang belum lama mereka temui.   “Pak Perreira!?” Elena terkejut dengan kehadiran Raul Perreira yang merupakan atasannya itu, ia langsung memasang wajah panik dan berpikir bahwa tamatlah karir pekerjaan sederhananya itu karena membiarkan orang luar masuk ke museum disaat tempat itu tutup.   “Bukankah kau mengambil barangmu yang tertinggal Elena?, apakah yang kau maksud barang tertinggal itu adalah kalung kristal yang ada di tabung itu?” Pria hispanik itu berjalan kearah mereka berdua dengan langkah kaki yang bergema keseluruh ruangan.   “Bukan begitu pak, kami hanya…”   “Dan siapakah pemuda ini?” Tidak menghiraukan alasan Elena, Raul mendekati Aaron dan menepuk bahunya.   “Maaf pak, kami hanya melihat-lihat objek yang dipamerkan disini”   “Bukankah kau bisa melihatnya saat museum buka?, lagipula, apa yang kau ketahui tentang Atlantis?”. Dengan tepukan tangan Raul dibahu Aaron, Aaron kembali ke keadaan saat ia sedang menembus kaca tabung kalung tadi, matanya kembali bercahaya biru terang, Elena yang tidak mengerti apa-apa hanya memperhatikan dengan ketakutan karena suhu ruangan yang tiba-tiba menurun dan suasana mencekam yang sedikit membuatnya mual hingga suatu suara terdengar dari arah luar jendela ruangan, suara yang terdengar seperti peluru memecahkan kaca jendela dan melesat kearah dimana Raul berdiri, Raul mampu merasakan datangnya sebuah tembakan dari arah jendela dan melompat mundur melepaskan pegangannya dari Aaron dan membebaskan Aaron dari keadaan anehnya itu.   “Aku mencium ada satu lagi orang yang tersesat disini” Raul berdiri melihat kearah jendela dan mendapati sosok berwarna hitam melompat kedalam museum dan memecahkan kaca jendela yang sudah berlubang karena tembakan tadi, sedangkan Elena bersembunyi di salah satu pilar dan Aaron hanya berdiri terdiam.   Di keadaan ruangan yang gelap, sosok seseorang itu terlihat bagaikan seorang vampire yang memakai jubah hitam dan siap menghisap darah mangsanya, orang tersebut mendarat didepan Aaron dan mengangkat sebuah tongkat yang terlihat seperti ujung payung dan menggerakkan tongkat itu seperti sedang memegang senapan, orang itu memegang bagian tongkat yang melengkung dengan tangan kanan dan ujung satu lagi yang lurus memiliki sebuah lubang di ujungnya, dari lubang itu, suara berdesing mulai terdengar keras, pusaran angin mulai terbentuk di ujung tongkat orang misterius tersebut, dan kemudian menembakkan peluru hampa udara yang terdengar seperti suara sebuah meriam. Peluru angin itu melesat kearah Raul dengan sangat cepat hingga Raul tidak sempat menghindar dan tepat mengenai dadanya, ia terpental kearah tembok dan menghempaskan dan memecahkan beberapa pajangan yang ada disana.   “Ayo kita pergi dari sini” orang misterius itu memerintahkan Aaron dan Elena untuk mengikutinya keluar dari ruangan itu, Aaron merasa bahwa ia harus mengikuti orang ini, dan dengan tanggap langsung menarik Elena dan berlari mengejar orang itu.   “Tunggu kau ini siapa? Apa kau tadi membunuhnya?” Aaron berlari ke belakang orang itu dan menanyakan siapa orang misterius ini    “Tidak ada waktu untuk menjelaskannya, sangat berbahaya jika kita tetap berada di museum ini”  “Apa yang berbahaya? Kami tidak punya alasan untuk mempercayaimu”  “Sebentar lagi kau akan percaya” Orang itu memberikan jawaban yang tidak memuaskan bagi Aaron dan Elena, tapi saat sedang berlari seperti ini, menanyakan hal-hal yang tidak mudah akan sangat merepotkan, jadi Aaron menerima jawaban orang itu meski tidak puas. Mereka berlari kearah koridor bagian timur museum untuk menuju pintu keluar di lobi utama gedung itu, saat akan melewati gerbang menuju lobi utama, sepasang mumi berdiri menghalangi laju mereka bertiga dan menyilangkan tombak yang tadinya dipajang ditembok membentuk huruf “X” seperti memerintahkan Aaron dan yang lainnya untuk berhenti.   “Eeh, siapa yang memindahkan mumi itu?” Elena dengan polos menanyakan mumi yang seharusnya tidak berada ditempat itu   “Mereka tidak dipindahkan Elena, mereka bergerak sendiri” Aaron mengkoreksi Elena dengan takut karena mumi itu mulai bergerak kearah mereka.   “Sekarang kau percaya tentang bahayanya kan?” orang misterius itu berlari kearah kedua mumi itu dan menarik bagian tongkat yang melengkung itu yang ternyata menyimpan sebilah pedang panjang dan ramping menyerupai sebuah Rapier, kedua mumi itu memasang kuda-kuda dan bersiap menusukkan tombaknya kearah orang itu yang mana dengan mudah ditangkis menggunakan pedang dan sarung tongkat yang terlihat seperti kayu tapi dapat menahan tebasan sebuah tombak, orang itu menebaskan pedangnya ke tangan mumi yang berada disebelah kiri membuat mumi itu menjatuhkan tombaknya dimana orang itu langsung menangkap tombak yang terjatuh dan menusukkannya ke kepala mumi yang ada di kanan dan membuatnya tertancap ke tembok dan tidak bisa bergerak, sedangkan mumi yang satu lagi mencoba menggigit orang itu, namun sebelum sempat menggigit, kepalanya sudah ditebas oleh orang misterius itu dan membuat kepala mumi tersebut terpental kearah Elena yang langsung berteriak histeris dan lari memeluk tangan kiri Aaron.    “Hey, lepaskan aku!!” Aaron berusaha menyingkirkan genggaman tangan Elena dengan paksa dan kembali berjalan ke arah pintu koridor. Tanpa ditunda, orang misterius itu kembali berlari kearah lobi utama masih memegang pedangnya itu di tangan kanannya.   “Masih banyak lagi yang lebih menyeramkan dari mumi tadi” perjelas orang itu dengan aksen inggris kunonya   “Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini? Kenapa semua benda di museum ini tiba-tiba hidup?” Elena yang panik meminta penjelasan sambil berlari menghindari tengkorak-tengkorak yang berusaha menangkapnya.   “Tidak semua, hanya yang dulunya pernah hidup saja yang bergerak” perjelas orang misterius itu tanpa ragu-ragu   “Ber-berarti mereka hantu?” Elena yang takut teringat oleh kata-kata Raul tentang benda di museum yang hidup di malam hari.   “Bisa dibilang begitu, tapi mereka bukan hantu”   “Oh, aku benar-benar merasa seperti sedang syuting film Night at the Museum” kata Aaron.    “Ini tidak bagus” Setelah sampai di lobi utama museum, orang misterius itu berhenti dan mendapati bahwa dua patung dinosaurus yang seharusnya berada di lobi ini menghilang dan tidak pada tempatnya.   “Apakah fosil dinosaurus ini juga hidup?” Elena berbisik kepada Aaron dengan sangat ketakutan   “Yang kudengar hanya benda yang pernah hidup yang bisa bergerak, dan fosil juga termasuk mayat” Aaron merasakan pergerakan dari belakang mereka bertiga, dan kedua pemuda itu berteriak bersamaan, benar saja, sesosok Tyrannosaurus yang ternyata hanya tulang-belulangnya berdiri dibelakang mereka dan siap menerkam mereka hidup-hidup sebelum mereka menyadarinya.   “Lewat sini!!” orang misterius itu menunjuk kearah pintu darurat museum saat Fosil T-rex itu berlari kearah mereka. Fosil itu menabrakkan kepalanya kearah mereka namun meleset dan menabrak tembok dan menciptakan retakan besar disana, sebelum sempat mengejar lagi, mereka sudah memasuki pintu darurat dan keluar dari museum dengan selamat. “Haah, akhirnya kita bisa keluar, mereka tidak bisa keluar dari museum kan?” tanya Aaron pada orang misterius itu.   “Kekuatan Raul tidak bisa menjangkau jarak yang terlalu luas”   “Tunggu, jadi itu semua perbuatan Raul?, memangnya dia itu apa? Seorang penyihir? Aku tidak percaya dengan semua ini, ini pasti cuma mimpi kan?” Elena bertanya berkali-kali pada Aaron dan orang itu berharap bahwa malam ini tidak benar-benar terjadi.   “Ceritanya akan sangat panjang, suka atau tidak, yang kalian saksikan tadi bukanlah mimpi, tapi memang kekuatan dari Raul sendiri yang membuat mayat-mayat tadi dapat bergerak sesuai perintahnya, lebih baik kita pergi dari sini dulu ke tempat yang aman” Mereka bertiga pun berjalan masuk ke mobil Cadillac hitam bergaya retro yang terlihat seperti mobil dari tahun 80’an yang diparkir di depan tangga dan pergi meninggalkan museum itu, di balik jendela museum itu, Raul yang terluka akibat serangan angin tadi berdiri dan bersandar di jendela besar di pintu utama museum itu.   “Akan kubalas kau, Atlantean” sambil mengucapkan sumpahnya, Raul mengangkat tangan kanannya dan mengeluarkan cahaya hijau yang bersinar sampai keluar museum, suara-suara mayat terdengar dan suara dinosaurus tadi juga terdengar dari luar museum hingga cahaya hijau tadi padam kembali ke dalam kesunyian malam seharusnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD