Annita merapikan meja kerjanya, memasukan buku catatan dan juga ponselnya ke dalam totebag hitam miliknya. Setelah mematikan komputer dan sekilas melirik ke dalam ruangan kerja sang bos yang juga sudah selesai dengan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikirannya itu, ia pun berdiri di depan pintu menunggu laki-laki yang kini berstatus sebagai suami sahnya. Perempuan itu memain-mainkan bibir, mengedarkan pandangan dengan mengamati keadaan koridor yang sudah sepi. Hari sudah mulai gelap dan mereka berdua masih berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk. Annita tersentak kecil saat hapenya bergetar, sontak ia merogoh totebag dan mengeluarkan benda pipih itu dari sana. Bibirnya tertarik lembut membentuk senyuman, saat melihat nama yang tertera di sana. Olive

