Chapter 1 - Nightmare from the past

990 Words
= Flashback kejadian 5 tahun lalu = "Rory. Aku bisa menjelaskan-" Suara lelaki di depannya terdengar kasar dan mengerikan. "Apa yang akan kau jelaskan?" Tanpa diduga, pria itu menggebrak meja kayu di depannya dengan sangat kencang. "JAWAB AKU, BR*NGSEK!? APA YANG AKAN KAU JELASKAN PADAKU!?" Gadis itu semakin mencengkeram kemejanya. Tampak ia menelan ludahnya saat melihat lelaki itu mendekat. "Apa benar kau telah meniduri banyak pria, Liliana Walton? Kau telah tidur dengan banyak orang, padahal kau masih tunangan seseorang?" "Greg-" "Kau telah tidur dengan banyak pria. Sekarang giliranku untuk mencicipimu sebagai tunanganmu!" Dengan cepat, lelaki itu meraih tubuh gadis itu yang akan kabur dan membantingnya ke sofa. Badannya yang besar pun langsung menindih tubuh ringkih di bawahnya dan mencengkeram kedua lengan kecil itu. Tanpa harus menghadapi banyak perlawanan, pria itu membuka paksa celana panjang gadis itu. "JANGANNN!?" Hanyalah suara jeritan yang terdengar dalam ruangan kantor yang telah sepi itu. Jeritan dan teriakan yang menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang mendengarnya. "ARGHHH!!!" Kepala gadis itu menengadah ke atas dan kedua matanya tertutup rapat. Tampak urat-uratnya bertonjolan di lehernya yang putih saat ia menjerit lagi dengan penuh kesakitan. Keringat membanjiri tubuhnya. Kedua tangannya berusaha untuk mendorong tubuh keras lelaki di atasnya dengan sia-sia. "Greg! Please! Lepaskan aku!?" Tapi lelaki di atasnya malah mencengkeram lehernya dan tidak berhenti bergerak. Lelaki itu terlihat gila dan telah dikuasai hawa n*fsu yang mengerikan saat tenggorokannya mengeluarkan suara geraman yang dalam. Ketika lelaki itu mendorong semakin dalam, kembali gadis itu menjerit. "Argh!? Sakit, Greg!?" Bukannya berhenti, pria itu malah mencengkeram pipi gadis di bawahnya dan memberinya ciuman penuh kegilaan. Lelaki itu benar-benar telah gila karena gadis itu. "HMMPH!!!" Entah berapa lama hal itu berlangsung, dan pompaannya belum mereda. Hanyalah isakan gadis di bawahnya yang tidak berhenti terdengar dan tidak disangka, lelaki itu memperlambat gerakannya. Kedua tangannya terlihat mencengkeram rambut gadis itu yang basah dan mengusap pelan. Bibirnya pun mulai memberikan ciuman di area leher jenjang itu dan mengelus tubuh mungil di bawahnya dengan penuh kelembutan. "Lily... Lily..." Suara pria itu terdengar sangat rendah dan terengah. Kedua mata biru gadis itu terbuka dan ia menatap lelaki di atasnya dengan pandangan sakit. Bibirnya yang merah terlihat bergetar pelan menahan tangis. Wajahnya bersemu dan penuh air mata. "Ke- Kenapa... G- Greg...?" Tidak menjawab, pria yang dipanggil 'Greg' itu mencium gadis di bawahnya dalam dan lembut. Bibirnya perlahan menelusuri wajah gadis itu yang halus dan memberinya kecupan-kecupan kecil yang menenangkan. Tanpa diinginkannya, gadis bernama 'Lily' itu lebih tenang dan mulai menerima tubuh lelaki itu. Apa yang tadinya ia rasakan kesakitan, perlahan terasa membuat tubuhnya bergetar dan jantungnya berdebar. Air matanya mulai berhenti mengalir dan telapakannya mencengkeram punggung pria itu yang hangat. Gadis itu mengerjapkan mata birunya dan tanpa sadar, pinggulnya mulai bergerak. "Greg..." Pasangan itu merapat di sofa dan gerakan si pria semakin lama semakin cepat. Lelaki itu mengangkat dua kaki Lily ke bahunya dan memegang pinggang gadis itu ketat. Matanya yang biru menatap tajam ke bawah. Kedua tangan Lily hanya bisa berpegangan pada pergelangan pria itu yang berkeringat dan ia terengah berat. Mulutnya membuka ketika terasa sesuatu terasa akan meledak di dalam tubuhnya. Ia pun menutup matanya erat dan menggeram saat terjadi pelepasan luar biasa dari seluruh tubuhnya. Badannya bergetar dan perut gadis itu terasa sangat hangat di dalam. Tangannya memeluk erat lelaki di atasnya. Keduanya masih saling memeluk beberapa saat sampai pria itu melepaskan diri. Gerakan lelaki itu sangat pelan, tapi tetap saja membuat gadis itu sedikit berteriak. "Akh!" Pria yang telah berdiri itu tampak memandang gadis di bawahnya dengan ekspresi tidak terbaca. Ia tidak mengatakan apapun dan melemparkan jasnya untuk menutupi bagian bawah tubuh gadis itu yang terbuka. Kepala Lily tertunduk saat ia mengeratkan jas itu ke tubuhnya sendiri. Bahunya terlihat mulai bergetar, saat keheningan menerpa ruangan itu beberapa waktu. "Kau itu milikku, Red. Kau tidak akan bisa kabur lagi. Dan kau itu profesional. Kau akan tetap datang ke kantor besok, karena kau dibayar untuk jasamu. Pulang dan tidurlah di rumahmu." Tanpa perasaan, pria itu keluar ruangan dan menutup pintunya. Ia meninggalkan seorang gadis yang tampak memandang pintu itu dengan putus asa. Kedua tangannya menutupi wajahnya dan ia pun menunduk. Derai air mata kembali membasahi wajahnya. Jika kejadian itu hanya sekali, mungkin Lily masih bisa melupakannya. Tapi kejadian itu terulang lagi selama beberapa kali dalam ruangan itu. Peristiwa itu baru berhenti saat kecelakaan fatal itu terjadi. Kecelakaan fatal yang membuatnya memutuskan untuk kembali menghilang lagi. *** = Masa sekarang = TINNN-TINNN!!! Suara klakson nyaring dari arah belakangnya membuat lamunan Lily terputus mendadak. Tampak tubuh wanita itu terlonjak kaget dan matanya mengerjap cepat. Nafasnya menderu dan jantungnya berdebar. TINNN-TINNN-TINNN!!! Bombardir klakson tidak sabar itu makin terdengar dari mobil hitam di belakangnya. Tampak pengemudi itu menongolkan tubuhnya dari jendela dan mengacungkan jari tengahnya. Pria itu berteriak kencang. "MOVE, YOU B*TCH!?" Gemetar, Lily memaksa dirinya untuk menginjak pedal gas dan mengarahkan mobilnya ke depan. Sampai di perempatan yang aman, ia melipir ke samping dan memarkirkan kendaraannya di sana. Tidak sampai 1 detik, deruan mesin tidak sabar datang dari arah sampingnya. Kembali teriakan marah pria tadi terdengar lagi, ketika ia menghentikan mobil tepat di sampingnya dengan suara decitan kencang dari ban mobilnya. "B*TCHHH!? Kalau tidak bisa menyetir, sebaiknya kau di rumah saja WOMAN!? Dasar perempuan!" Pria itu meludah ke jalanan dan tanpa berkata apapun lagi, langsung tancap gas untuk pergi dari sana. Sama sekali pria itu tidak tahu, kalau kejadian tadi telah membuat wanita di dalam mobil kecil itu gemetar dan berkeringat dingin. Mencengkeram kemudinya erat-erat, kepala Lily menunduk dan bersadar di benda berlapis kulit itu. Nafasnya terdengar pendek-pendek, ketika ia berusaha mengontrol detak jantungnya yang berdebam dengan irama gila dalam d*danya. Ia sadar telah hampir terkena serangan panik. Baru saja Lily berhasil bernafas teratur, saat ponselnya tiba-tiba saja berdering dan membuatnya terlonjak lagi. Mencubit dirinya sendiri beberapa kali, wanita itu tergesa mengambil benda itu dari laci dashboard-nya dan menempelkannya di d*danya. Kembali ia mengambil nafas sangat dalam, sebelum menjawab. "Halo?" "Alex? Kau ada di mana?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD