Suara menggeram Abifata di bawah sana menggema terdengar. Kalimat umpatan sesuka hati lepas dari mulut pria itu. Reda ketakutan oleh suara ayahnya, tetapi ia lebih takut lagi dengan tingkah asing Ta yang tak terduga. Hanya mereguk saliva yang Reda bisa sambil menahan rasa sakit di sekujur tempat yang Abifata jadikan landasan pukulan. Reda merasa hangat jemari Ta yang menariknya. Ada debaran takut tetapi juga bersyukur atas bantuannya. Reda sadar pembicaraan sengit yang membuat Abifata meludah Ta, itu bagian dari bantuan Ta. Di ujung tangga teratas Reda berinisiatif, ganti dirinya berjalan lebih dulu masuk kamar, menarik Ta ke kamar mandi pribadi di sana. Reda mendongak, meringis, menatap wajah Ta yang berjejak ludah ayahnya. Perlahan Reda menarik lepas kacamata Ta, iris biru menawannya

