PROLOG

677 Words
Langit sore itu tampak berbeda. Awan-awan menggantung, memantulkan warna jingga keemasan yang menyelimuti seluruh halaman sekolah SD Ceria. Dari lantai dua gedung sekolah, Lina menyender di tepi jendela perpustakaan. Suara anak-anak yang pulang sekolah berlarian di bawah terdengar seperti gema yang jauh... dan asing. Ia memeluk bukunya erat—buku yang bahkan tidak ia baca. Halaman demi halaman ia lewati, tapi isi pikirannya tidak tertambat di sana. Dunia sekelilingnya terasa kabur, seperti mimpi yang tak sepenuhnya ingin ditangkap. Sejak Bima pindah ke kelasnya, semuanya berubah. SD Ceria jadi lebih “hidup”, lebih ribut, lebih… berwarna. Riko, teman masa kecilnya, terlihat makin menonjol. Sementara Lina, ia tetap menjadi dirinya sendiri—tenang, diam, dan tak terlalu disorot. Tidak masalah, dia terbiasa. Tapi akhir-akhir ini... ada sesuatu yang berbeda. Bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya. Semuanya bermula sejak ia melihat cahaya itu—cahaya yang tidak berasal dari matahari, lampu, atau refleksi apapun. Cahaya itu muncul dalam mimpinya, atau mungkin bukan mimpi? Setiap kali Lina memejamkan mata, ia merasa dirinya sedang berada di tempat lain. Tempat yang asing, penuh kabut berkilau dan bisikan samar yang tidak bisa dimengerti. Seseorang—atau sesuatu—seakan memanggil namanya. Dengan suara lembut tapi tegas, menggetarkan hatinya. "Lina… kamu tidak hanya pengamat. Kamu adalah bagian dari ini semua." Kalimat itu bergema dalam pikirannya hingga sekarang. Siapa yang mengatakannya? Dari mana suara itu berasal? Lina tidak tahu. Tapi sejak itu, ia mulai merasakan sesuatu yang lain dalam dirinya. Ia bisa merasakan keberadaan orang sebelum melihatnya. Ia tahu kapan seseorang berbohong, bahkan sebelum mereka membuka mulut. Dan kadang… waktu terasa berjalan lebih lambat di sekitarnya. Awalnya, ia pikir itu hanya halusinasi. Tapi makin hari, makin banyak keanehan yang terjadi. Suatu hari, saat ia sendirian di taman belakang sekolah, semak-semak di sekitarnya tumbuh dalam sekejap. Tanpa air, tanpa sinar matahari. Lain waktu, ia menyentuh pintu kelas yang terkunci… dan mendadak terbuka. Riko bilang itu kebetulan. Bima hanya tertawa. Tapi Lina tahu... itu bukan kebetulan. Namun di balik semua itu, ia masih memilih diam. Dunia seperti tidak siap menerima bahwa Lina punya sesuatu yang berbeda. Bahkan dirinya sendiri belum siap. Siapa dirinya sebenarnya? Kenapa ia merasa seperti ada bagian dari hidupnya yang disembunyikan? Bima dan Riko mulai menghadapi hal-hal aneh sejak semester ini. Mereka berdua punya semacam “koneksi” dengan sesuatu yang lebih besar. Lina bisa melihat itu, merasakannya. Tapi ia tak ingin ikut campur. Ia merasa belum layak. Ia bukan pejuang. Ia bahkan bukan orang yang suka ribut. Tapi hari itu, sesuatu mengubahnya. Jaguar dan kelompoknya datang ke sekolah dengan tatapan yang berbeda. Bukan sekadar anak-anak nakal biasa. Ada aura asing dari mereka, gelap dan menusuk. Mereka seperti tahu sesuatu, seperti menyimpan rahasia yang tak seharusnya dimiliki anak-anak biasa. Ketika Lina berpapasan dengan mereka, seluruh tubuhnya bergetar. Bukan karena takut, tapi karena… sinyal dari dalam dirinya berdenyut keras. Seolah tubuhnya bereaksi sebelum pikirannya sempat mencerna. Dan malam harinya, cahaya itu datang lagi. Kali ini lebih kuat. Lebih nyata. Dalam mimpinya, Lina berdiri di tengah padang luas berwarna ungu keperakan. Langitnya hitam, tapi bintang-bintangnya bergerak seperti sedang menari. Di depannya berdiri sosok tinggi berselubung kabut. Sosok itu tidak memiliki wajah, tapi suaranya jelas. "Cahaya telah memilihmu, meski kamu tak mencarinya." "Kenapa aku?" bisik Lina. "Karena kamu bukan sekadar pengikut dalam kisah orang lain. Kamu adalah penjaga kisahmu sendiri." Dan dalam sekejap, sosok itu lenyap. Tapi cahaya yang mengelilingi Lina tetap tinggal. Membungkus tubuhnya, menembus kulitnya, hingga ia bangun dengan tubuh basah oleh keringat dan napas terengah-engah. Sejak malam itu, Lina merasa lain. Ia tidak lagi bisa pura-pura bahwa semua ini hanya mimpi. Dunia tempat ia tinggal bukan hanya SD Ceria, kelas 4A, dan buku-buku di perpustakaan. Ada dunia lain—dunia tak dikenal—yang perlahan menyusup ke dalam hidupnya. Dunia yang membawa makna, ancaman, dan mungkin… kekuatan. Lina belum tahu apa yang akan ia hadapi. Tapi ia tahu satu hal: ini bukan lagi tentang menjadi teman dari Bima atau Riko. Ini adalah tentang dirinya. Tentang cahaya yang memanggilnya dari balik tirai kenyataan. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya… ia ingin tahu jawabannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD