Pancingan

1147 Words
Seperti yang pernah aku katakan. Bahwa kamu adalah pencuri! Dan seorang pencuri harus mendapat hukuman. Maka dari itu aku tak akan pernah melepaskanmu! __Markus__ *** "Gue beliin baju buat lo, ini dress terkeren Minggu ini!" Vanesa menyimpan paper bag di atas mejanya Delima. Pagi-pagi sekali gadis itu mendatangi kelasnya. Delima menautkan ke-dua alisnya. Vanesa itu sering sekali membelikannya dress, bukan itu saja Vanesa juga sering membelikannya barang-barang mewah lainnya. "Ini mahal banget deh Van, kayanya," Delima mengambil isi paper bag tersebut. Sebuah dress berwarna kuning amat cantik. "Emang!" Vanesa berdiri, ia menatap Delima. "Gue beliin ini gak cuma-cuma, lo pake dress ini kalau mau nge-date sama Yoga!" "Tapi Van, guekan belum Deket sama dia. Gimana bisa gue nge-date sama dia?" Delima terlihat bingung. Vanesa senyum kecil, ia mengusap pipi Delima amat lembut. "Gue suka sama wajah cantik lo! Bikin gue iri! Gunain kecantikan lo, buat menangin hati Yoga, gue yakin banget. Tuh cowok bakal bertekuk lutut di kaki lo!" "Gue enggak tahu caranya!" Vanesa terkekeh, ia memutari Delima. "Lo cantik, tapi polos banget ya!" Vanesa berhenti di depan Delima. "Sering senyum sama dia, jawab apapun pertanyaan yang ia lontarkan. Berikan dia harapan, dan pastikan, lo gak lirik cowok lain ketika ngobrol sama dia. Ngerti?" Delima mengangguk. "Bagus, tapi ingat! Hati lo, jangan sampai suka sama dia. Lo gak akan bisa sakitin dia, kalau lo malah tertarik sama dia!" "Akan gue coba." Vanesa mengangguk. "Bagus, sekarang gue ke kelas dulu. Inget apa yang gue bilang. Dekati Yoga, jauhi Markus!" Lagi, Delima hanya mengangguk. Laksana robot yang sedang dikendalikan Vanesa. Membuat Vanesa tersenyum amat senang. Kemudian ia segera keluar menuju kelasnya. Delima kembali menatap dress yang diberikan Vanesa tadi. Dalam hati ia bingung, ia tidak pernah dekat dengan cowok lain selain Raga tentunya. Ia memejamkan kedua matanya sejenak. Menurutnya permintaan Vanesa amatlah berat. Prayoga Sangga Anwamarna, laki-laki itu bukanlah laki-laki biasa. Ia populer, akan apa jadinya Delima, kalau dekat dengan laki-laki itu. Apakah ia akan di bully para fans fanatiknya Yoga? Delima menggeleng cepat, mengingatnya saja ia sudah tidak mau. Apalagi mengalaminya, kacau! Sepertinya. "Morning pencuri!" Bisikan seseorang di telinganya, laksana bisikan setan yang membuat Delima merinding. "Apaan sih ihkk!" Delima mendorong Markus kesal. "Wah! Siapa yang ngasih lo dress?" Dengan cepat, Markus merebut dress di tangan Delima. "Ikhh, siniin! Apaan sih lo?!" Delima berusaha merebut dress di tangannya Markus--yang di acungkan ke atas. "Terlalu sexy dress-nya! Gue gak suka!" "Memangnya siapa yang minta pendapat lo! Lagian, gue mau pakai dress ini bukan buat lo!" Sungut Delima kesal. "Oh, ya?" Markus senyum kecil, "lalu untuk siapa? Cowok hidung belang?" "Lo itu sota banget! Siniin coba!" Delima berjinjit, demi bisa mengambil dress yang di acungkan Markus. "Bilang sama gue! Lo mau pergi sama siapa pakai dress ini?" Markus terus mengacungkan dress tersebut. "Gue udah bilang, ini bukan urusan lo!" Delima terus saja ber-jinjit. Markus memang se-sosok cowok yang berperawakan tinggi. Bahkan ia lebih tinggi dari laki-laki se-usianya. "Ini urusan gue! Dress ini bakal masuk ke kolam ikan di belakang sekolah, kalau lo enggak ngasih tahu gue, sama siapa lo mau pergi?!" Delima merenggut jengah. Ia benar-benar kesal, rupanya ide Vanesa mencium laki-laki itu--adalah petaka untuknya. Sejenak Delima terdiam, ia menarik napasnya agar ia bisa menahan emosinya. Jangan sampai dress itu benar-benar masuk ke dalam kolam ikan di belakang Sekolah. Karena selain kolamnya kotor, ia bisa habis kena omelnya Vanesa. "Lo itu sebenernya kenapa sih gangguin gue terus? Apa sih mau lo?" Tanya Delima pasrah. Ia harus segera mendapatkan dress itu. Seperti mendapatkan sebuah jalan yang diinginkannya. Markus tersenyum lebar. Ia menatap Delima dengan begitu manis. Kemudian menunduk dan berbisik. "Sudah gue bilang, gue gak akan lepasin lo. Karena lo udah nyuri pipi gue! Dan lo harus tanggung jawab!" Apa katanya? Tanggung jawab! Delima mendengus kesal, menurutnya laki-laki itu keterlaluan. Tanggung jawab? Memangnya ia menghamili atau membunuh anak orang? Ikhh, sepertinya laki-laki ini harus dimusnahkan di muka bumi para The Queen. Delima bersidekap d**a menatap laki-laki itu dengan meremehkan. "Lo tuh jadi cowok pelit banget sih. Eh, denger. Gue cuma sentuh pipi lo! Bukan keperjakaan lo, enak aja tanggung jawab. Gak! Gue enggak mau!" Delima membelakangi laki-laki itu jengah. Melihat tingkah Delima yang ketus dan amat menggemaskan. Membuat Markus terkekeh. Ia sengaja menyandarkan dirinya pada punggung gadis itu. "Ngomongnya jauh banget, sampe bawa-bawa keperjakaan segala, emangnya mau lo ambil keperjakaan gue?" Markus menegakan dirinya, berjalan berkeliling ke-arah depan gadis itu, kemudian menatapnya lekat. "Kalau lo mau..." Markus menundukkan wajahnya, dan berbisik di telinga Delima. "Akan gue pertimbangkan!" "Najis!" Delima mendorong laki-laki itu kuat. Membuat Markus tertawa amat nikmat. Dan Delima Keki amat sangat, laki-laki itu membuat ia harus memulai harinya dengan kondisinya yang badmood. *** Istirahat tiba, Delima mulai memperlihatkan gaya barunya. Ia menatap ke-arah Prayoga yang saat ini sedang tertawa nikmat bersama Markus di bangkunya. Sepertinya mereka terlihat amat akrab. Delima berpikir, apakah bisa ia memulai misinya? Gadis itu berdiri, kemudian berjalan amat pelan. Berharap Yoga akan menatap padanya. Kemudian ia akan tersenyum seperti yang di sarankan Vanesa. Mudah-mudahan berhasil __geming Delima di dalam hatinya. Ia terus berjalan ke-arah pintu. Dan benar saja Yoga menatap padanya, di sela-sela tawa nikmatnya. Dan seperti saran Vanesa, ia memberikan senyum manisnya pada laki-laki itu. Yoga yang memang sudah sejak lama menginginkan Feedback dari gadis itu tentu saja ia amat sumringah. Ia segera berdiri dan menghampirinya. "Lo mau istirahat?" Tanyanya. Dan Delima hanya mengangguk saja. "Mau bareng gue?" Tanya Prayoga lagi penuh harap. "Boleh," Jawab Delima ramah. Prayoga tersenyum lebar. Betapa ini adalah keinginannya sejak lama. Ia sudah lama mengagumi gadis cantik itu, sejak ia MOS dan melihat Delima di sana. Namun karena kehadiran Raga, ia mengurungkan keinginannya itu. "Lo serius kan?" Tanya Yoga lagi, seakan tidak percaya dengan anggukan Delima. Mengingat gadis itu amat jutek pada laki-laki manapun di Mutiara. "Iya, Yoga... Emang lo pikir gue becanda?" Lagi, Yoga tersenyum lebar. Ia amat senang mendengar Delima memanggil namanya begitu ramah. "Makasih ya..." Ujar Yoga. Delima mengangguk, kemudian merekapun segera pergi meninggalkan Markus yang mendengus jengah. Ia tahu apa rencana Delima, dan ia juga tahu siapa yang menyuruh gadis itu untuk berbuat se-bodoh itu. "Dasar robot!" Gumamnya kesal, baginya Delima seperti robot yang mau dikendalikan Vanesa begitu saja. Markus keluar kelas, langkahnya terhenti--ketika melihat laki-laki yang memperebutkan Delima Tempo hari dengan Vanesa. Laki-laki itu berdiri dengan tatapan kecewa pada Delima dan Yoga yang berjalan bersama ke kantin. "Lo cemburu?" Tanya Markus, mengagetkannya. Raga menatap padanya. "Lo pacarnya Delimakan?" Markus senyum kecil. "Lo percaya?" "Kata lo waktu itu," "Hahahaa!" Markus ngakak. "Kalau Delima pacar gue. Gue gak akan biarin dia pergi sama Yoga. Bisa patah tulangnya tuh cowok, kalau Delima pacar gue!" Lanjut Markus, menatap dua remaja yang semakin menjauh. "Jadi lo bukan pacarnya Delima?" Tanya Raga amat antusias. Markus menangkap aura kebahagiaan dari laki-laki itu, sepertinya ini akan menarik kalau ia patahkan kebahagiaannya. Kemudian dengan senyum simpul Markus berkata. "Bukan! Tapi tak lama lagi dia bakal jadi milik gue!" What the... Raga mendengus saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD