Isi hati Nadira

1356 Words

Malam itu aku sengaja tidak mengangkat panggilan dari Sisil. Selain masih berkendara, hatiku juga sedang tidak baik-baik saja. Aku terlalu gelisah memikirkan nasibku nanti. Jelas sekali kalau Dirgantara curiga dengan identitasku. Atau yang terburuk adalah dia sudah tahu? Batinku ngeri. Selama ini saja dia tidak ramah. Apalagi sekarang? Lebih sialnya lagi, aku sudah berjanji akan pindah hari ini. Koper kecil juga beberapa barang pribadi sudah aku siapkan, tapi langkahku begitu berat. Mau melarikan diri juga tidak mungkin. Alhasil aku tetap melajukan skuterku ke sana, berharap tidak ada kejadian buruk. Dua puluh menit berselang, aku sudah sampai di halaman rumah Dirgantara. Rupanya dia belum pulang, terlihat dari jauh kalau pintu depan masih begitu gelap dan tempat mobilnya masih kosong. A

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD