Prolog

214 Words
Sunyi.. Angin malam menerpa kulit pucatnya, sementara kaki kurusnya melangkah perlahan, mendekati jendela kamarnya yang terbuka. Ia terdiam memandang gorden putih yang melambai tertiup angin dengan tatapan kosong. Sebelah tangannya terulur hendak menutup jendela, namun perasaannya mendadak gelisah. Sehembus napas dingin terasa meniup tengkuknya, membuatnya bergidik sesaat sebelum ia memutuskan untuk mengabaikannya. Ia mengalihkan pandangannya pada tempat tidur. Melengkah maju, lalu menyunggingkan senyuman yang perlahan menghias kedua sudut bibirnya. Ia merebahkan dirinya dalam dekap hangat yang selalu menemaninya. Degup jantung yang dirasakannya itu seperti melodi pengantar tidur, meski hanya hawa dingin yang menyertainya. Tetapi ia tak peduli, karena tak ada lagi yang dipercayainya di dunia ini selain DIA! Dalam lelapnya ia tersenyum ketika sesosok bantal berbentuk setengah tubuh manusia yang dipeluknya itu bergerak. Tangan bantal itu terangkat, membalas pelukannya, seolah tak membiarkan gadis itu pergi. Sementara jendela tua yang terletak di sudut ruangan itu masih terbuka hingga menimbulkan sebuah deritan. Gorden putih yang menyertainya pun mulai bergerak menutup dengan sendirinya. BLAM! Sesosok bayangan hitam tampak berdiri di depan jendela yang telah tertutup sempurna itu. Bayangan itu menyeringai sembari memperhatikan gadis yang telah memberinya kenyamanan itu dengan licik; tentu dia adalah miliknya. 'Ya, bermimpilah. Dan esok kau akan kembali meratapi nasib malangmu sebelum kau memelukku seperti itu di penghujung harimu.' ___ By: Isa_Marisa & deendandelion
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD