Bab 2

1093 Words
Info : Daily Update pada SEPTEMBER 2021 Anya melamun, menatap kopi expresso yang ada dihadapannya tanpa minat. Dia sudah memikirkan semua yang mungkin terjadi, kalau sampai Anya menerima tawaran itu. Yohannes Wicaksana. Nama laki-laki yang sebentar lagi lulus SMA dan mengenyam pendidikan dibangku universitas itu, berhasil membuat Anya tidak tidur. Padahal, dia besok harus menyiapkan meeting penting. Tapi, permintaan pak bos untuk dirinya membuat Anya cemberut menahan kesal. Didalam kamar kostnya, Anya duduk mendengar keheningan malam yang semakin larut. Ketika dirinya mulai berpikir, setelah mengenal Yohan cukup lama. Dia tau, sebenarnya apa yang menjadi alasan Yohan melakukan hal-hal yang memang membuat citra atau imagenya, berubah menjadi cap "si anak berandal" padahal, Yohan melakukan itu sebagai bentuk pembelaannya terhadap salah satu korban yang ditindas. Kenapa Anya tau, Karena emang Anya pernah memergoki korban yang ditolong Yohan, datang kepada Yohan dan mengatakan terimakasih. Walaupun, Yohan punya tampang anak berandal. Jauh, didalam lubuk hatinya. Yohan adalah anak yang baik hati. Anya jadi semakin pusing mikirinnya. Ketika Anya ingin memejamkan matanya untuk tidur. Disitu dia malah melihat bayang-bayang Yohan yang tersenyum. Astaga! Ada apa dengannya, Dengan berat hati dia memilih untuk kembali bangkit dan menyibukkan dirinya dengan kegiatan, meninjau kembali lagi bahan presentasi pada meeting esok hari. Jalanan kota yang begitu padat, membuat wanita dengan blouse putih sedikit longgar, dan rok span hitam pendek. Tak henti-hentinya bolak-balik menatap jam tangannya. Inilah bunda, akibat dia tidurnya jam 3 subuh setelah akhirnya berhasil melenyapkan bayang-bayang si tuan muda, anak dari pak bosnya. Anya melangkah tergesa-gesa masuk kedalam kantor. Bisa diperkirakan, Anya telat 10 menit setelah berhasil meletakkan id card, lalu masuk kedalam ruangan. "Nggak biasanya, Nya." Tukas Sonia yang menjadi partnernya didalam ruangan tersebut. Sonia, wanita yang memiliki tinggi diatas rata-rata, rambut lurus panjang, serta wajah khas asia timur. Menjadi sekretaris Pak bos, sementara Anya adalah asisten pak bosnya. "Iya mbak, tadi malam begadang sampai jam 3 subuh." Tukas Anya. Sonia mengangguk paham, "Yaudah, toh pak boss juga belum datang." Anya mengangguk. Anya menyibukkan dirinya menyiapkan laporan pembangunan di daerah Natura. Walaupun dia masih belum bisa fokus dengan sempurna dan terus menggeleng, disetiap detiknya. Suara langkah kaki, membuat kedua wanita yang ada diruangan itu, segera menoleh. Menatap pak boss yang baru saja datang dengan raut wajah suram. "Selamat pagi pak boss." Ucap keduanya serempak. Si pak boss, yang tak lain adalah Jeremy, mengangguk lalu masuk kedalam ruangan pribadinya. Sonia melemparkan tatapan penuh tanda tanya kearah, Anya. Mencoba bertanya, namun sayang Anya aja gak tau ada apa dengan pak bossnya itu. "Anya." Suara berat pak Rudi membuat Anya segera bangkit lalu masuk kedalam ruangan pak Jeremy. Ceklek!. "Permisi, ada apa ya pak?" Anya langsung masuk dan duduk dihadapan pak bosnya. "Mana materi presentasi untuk meeting itu udah siap?" Anya segera mengangguk, "Sudah sangat siap pak, saya sudah meninjau ulang materinya beberapa kali." Jeremy tersenyum dengan wajah sedikit lesu. Hal itu membuat Anya penasaran dan ingin bertanya, "Mohon maaf pak, bapak sakit ya?" Tanya Anya khawatir. "Tidak, saya hanya kurang enak badan." Jawab Pak Jeremy. "Segera, antarkan materi itu kehadapan saya." Anya segera bangkit setelah mengangguk patuh. Ditatapnya, kepergian Anya lalu tersenyum penuh arti. Anya kembali lagi masuk kedalam ruangan, membawa beberapa projek yang akan menjadi bahan materi untuk meeting. Ada flashdisk juga yang berisi powerpoint, yang semalam Anya kerjakan. "Bagus, saya memang tidak pernah meragukan kinerja kamu selama ini." Yang dipuji tersenyum malu, "Terimakasih banyak pak boss." Anya merasa aneh ketika pandangan pak Jeremy seakan menelisik dari atas sampai bawah. "Ada apa ya pak?" Ucap Anya bertanya-tanya. "Umur kamu tahun ini berapa, Anya?" "Dua puluh dua tahun, pak." Jawab Anya. "Belum?" "Belum, Tinggal beberapa bulan lagi." Jawab Anya. Pak Jeremy menarik kedua sudut bibirnya, "Baik, pikirkan tawaran saya, Anya." Anya tampak terkejut, "lah, bapak beneran nawarin saya nikah, sama anak bapak?" Pak Jeremy mengangguk, "Kamu kira saya becanda?" Anya tidak mampu untuk menjawab. ### "Gak usah banyak gaya lo, Han." Lelaki itu menoleh kearah seseorang yang memang sering mencari masalah dengannya. Sudah terhitung satu minggu setelah masa skorsnya dan sekarang Yohan masuk sekolah, setelah sekian lama mendekam dirumah, dan dibarengi bayang-bayang pengawasan papanya. "Bacot." Jawab Yohan singkat tanpa mau meneruskan lagi perbincangannya dengan lelaki yang mengenakan tindik, dengan rambut gondrongnya. Laki-laki itu adalah, Glen. Lelaki yang selalu melibatkan Yohan dalam masalah karena kalah populer. Saat ini, posisi populer nomer satu, diduduki oleh Yohan. Stefan, sangat tidak menyukai fakta tersebut. Dia menjadi bengal dan suka sekali menindas kaum lemah. Bahkan, Glen pernah menghamili anak orang, namun karena kebengalannya Glen juga berhasil membujuk perempuan itu untuk aborsi. Yah, Yohan adalah musuh abadi Glen. Dia tidak akan segan untuk menjebak Yohan. Menciptakan masalah demi masalah hanya untuk Yohan. "Darimana aja lo, tumben kemarin gak ke basecamp." Yohan yang lagi duduk sembari berselekap d**a, menoleh kearah laki-laki yang terlihat sedikit lebih tua darinya. "Biasa, Ada antek-anteknya papa yang ngawasin." Jawabnya santai. Eros, Lelaki yang memang lebih tua sedikit daripada Yohan, tersenyum penuh arti. "Wah, udah baikak lu sama si papa?" Yohan mendelik, "Serah lu." Jawab Yohan acuh. Eros, Yohan, Stefan dan Erik adalah orang yang paling disegani. Mereka adalah F4nya dunia nyata, yang ada disekolah. Mereka sama-sama kaya dan sama-sama pintar. cuma bedanya Stefan emang agak melebar dan banyak makan. Tak heran banyak kaum hawa yang tertarik pada mereka, terpesona karena ketampanannya. Meskipun, F4 versi mereka adalah yang suka membantu. "Gila sih, gue gak nyangka kalau stefan cs bakal bikin lo kena skors lagi." Eros, lelaki yang memiliki warna kulit sawo matang dan wajah khas pribumi. Mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Yohan. "Kapan sih, tu orang jera buat ganggu lo?" Tanya Erik. Satria tertawa kecil, "Susah, Lagian salah sendiri. Ngapain sih pake bantu si anak cupu gak tau terimakasih itu?" Eros segera melirik kearah Stefan, lalu melemparkan tatapan tajamnya. Yohan hanya berdecih, "Emang gak tau diuntung tuh cewek." "Oh iya, gimana sama sepupu lo yang cantik itu." Tanya Erik yang masih membayangkan sepupu Yohan, yang tak lain adalah Anya. "Sepupu?" Yohan malah mengernyit. "Kak Anya maksud lo?" Wisnu mengangguk, "Maaf nih ye, han. Gue tuh suka seneng kalau lo dapet masalah terus dibawa keruangan BK. Kan otomatis, Kak Anya dateng buat jadi wali lo. Gila sih, gue jatuh cinta sama Kak Anya keknya." Yohan malah tertawa. "Yakin?" Gavan mengernyit, "Lah, emang napa biarin aja kali si Wisnu ngedeketin sepupu lo." Yohan kembali tertawa, "Masalahnya, Dia itu galak banget. Lo tau gak sih, dia itu definisi kak ros dunia nyata." Ucapan Yohan malah membuat ketiga temannya itu penasaran. "Yang bener lo han?" "Iya, galak banget pokoknya. Gue sih terserah kalau lo mau suka kek mau apa kek, tapi... Jaga-jaga aja dia juara judo." "Buset." ###
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD