Dengan terburu buru aku memasuki ruangan kuliah dan kuhempaskan bokongku pada kursi di deretan belakang. Kulirik jam tangan yang melingkar di tangan, hUff...5 menit lagi telat. Untung saja tadi aku cepat mendapatkan parkir untuk mobilku, kalau sampai telat buyarlah cita citaku mendapatkan nilai sempurna semester ini.
Dosen Ekonomi ini terkenal paling ganas sekampus dan paling tidak suka dengan mahasiswa/siswi yang terlambat masuk ke dalam kelasnya. Nilai C sudah pasti ditangan jika tertangkap telat olehnya. Sekali lagi kulirik jam tanganku, tumben ya..sudah lewat 10 menit Professor belum datang?
" Sstt...." terdengar beberapa mahasiswa memberikan peringatan ketika dilihat ada seorang pria berjalan memasuki ruangan. Suasana hening langsung tercipta seketika.
"Selamat siang" suara berat pria yang baru masuk ruangan menyapa kami.
"Siang pak" sahut beberapa mahasiswa sementara yang lain hanya bergumam tidak jelas.
"Perkenalkan saya Alexander, asisten Professor Subroto. Selama sisa semester ini saya akan menggantikan beliau. Kalian dapat memanggila saya Pak Alex atau Alex saja tidak masalah." Ujarnya sambil memperhatikan wajah kami satu persatu.
"Baiklah, saya sudah memperkenalkan diri saya sekarang saya minta kalian satu persatu berdiri dan menyebutkan nama kalian masing masing. Dimulai dari kamu yang duduk dibaris paling belakang." Matanya menatapku.
"Eh..ehm...namaku Aurel" jawabku sambil berdiri memperkenalkan diri, disambut dengan siulan dari beberapa mahasiswa yang iseng.
"Aurel, baiklah, lanjut dengan yang disebelah kamu." mataku tidak lepas dari wajah gantengnya.
Alex...gumamku. Pria ini dikatakan ganteng yahh tidak juga, tapi ada sesuatu yang menarik perhatianku. Matanyakah? bibirnyakah? pokoknya ada sesuatu yang belum bisa kujelaskan, hanya bisa kurasakan.
"Minggu depan siapkan diri kalian dengan materi chapter 4 sampai 6. Saya akan mengadakan kuis dan nilai kuis ini mempengaruhi nilai kalian di semester ini." gemuruh suasana kelas membuyarkan lamunanku.
"Rel! pinjem catatan lo dong." kutunjukkan note book yang masih kosong lalu tersenyum padanya.
"Gue gak nyatet apa apa dari tadi Dew." jawabku.
"Lah...dari tadi lo ngapain ajah? Dewi kini duduk disebelahku.
"Si Alex ganteng yah Dew." ujarku sambil memasukkan notebook dan pulpen kedalam tasku dan terakhir kalinya melirik Asisten Dosen Alexander yang melangkah keluar ruangan.
"Cui! lo naksir?"
"No..just admire doang..rasanya ada sesuatu gitu..."
"Cewek gila! cuci muka gih...jam segini udah mimpi."
Rasanya memang mimpi bertemu dengan Alex, getaran aneh datang tanpa diundang ketika melihat dia. Apalagi beberapa kali mata kami saling beradu pandang. Sepertinya mata kuliah Ekonomi akan menjadi favorit ku semester ini karena ada dia.
Aku dan Dewi beriringan berjalan ke arah kantin, perutku sudah teriak teriak minta diisi soalnya. Lagian kelas selanjutnya masih tiga jam lagi, jadi masih banyak waktuku untuk 'stalker' Alex di sosmed, penasaran rasanya.
Kuhirup es cendol sambil terus mencari akun Alex di i********:, f*******: bahkan di Linkedin. Banyak sekali nama Alexander...Hughhh...pasaran juga namanya ya!
"Cui! Ngapain sih dari tadi gue dicuekin. Tuh mata enggak berkedip liatin HP." Mataku kini beralih ke Dewi, lalu tersenyum.
"Gue dari tadi nyari sosial medianya Alex tapi kok enggak ketemu ya? Banyak banget nama Alexander Dew. Bantuin dong!" kusodorkan ponselku padanya.
"Alamak!! seriusan lo naksir dia?" mata Dewi terbelak tidak percaya.
"Iseng saja..penasaran doang Dew. Siapa tau masih available gitu." kukedipkan mataku menggodanya.
"Ckcck...Rel ...Rel..ganteng gitu mana mungkin sih belum punya pacar? Jangan jangan malah udah married kali."
"Gue gak liat cincin di jarinya...sebelum janur kuning melengkung mah artinya masih ada peluang Dew!" Dewi hanya geleng geleng kepala tidak setuju dengan perkataanku namun tetap membantu meneruskan mencari cari sosial mendianya Alex di ponselku.
BRAK!!! "OMG! REL!!!" teriakan Dewi membuat seluruh pengunjung kantin memandangi kami.
"Huss!! gila ya, lo pikir kantin punya nenek lo Dew! Ketemu memangnya?" Dewi menggelengkan kepalanya.
"Truss maksud lo apa tadi teriak gitu?" jawabku kesal.
"Ini, ada branded sale di Plaza Indonesia. Cuma hari ini doang loh!" matanya berbinar binar. Memang Dewi itu kalau sudah ada sale pasti tidak ketinggalan. "Kita cabut aja sekarang gimana?"
"Boleh juga, gue juga lagi males kuliah. Yuk, jalan sekarang aja Dew." ujarku sambil berdiri dan meraih tas kuliahku.
"Cihui.....pas banget kemarin bonus gue baru keluar." teriak Dewi sambil berlari kecil menyusulku.
Dewi dan aku sudah berteman sejak bangku SMA. Kami sama sama kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Sudirman. Selain kuliah, Dewi juga bekerja part time sebagai penyiar radio. Padahal dia berasal dari keluarga yang sangat mampu, ayahnya memiliki perusahaan export hasil bumi ke luar Indonesia.
Sementara aku, anak bungsu dari dua bersaudara. Keluargaku tinggal di Bali karena Papa dan Kakakku harus mengelola Hotel milik keluarga kami. Di Jakarta aku tinggal dengan Adik Mama, Tante Rina. Jika tidak ada Tante, tidak mungkin Papa dan Mama merelakanku kuliah di Jakarta.
Dewi seperti kesurupan melihat tas, sepatu branded yang digelar sebuah toko yang disulap menjadi area bazar. Aku hanya mengikutinya sambil membayangkan lemari dan rak di kamar Dewi yang sekarang sudah cukup penuh.
"Sst...Dew...lo mau taro dimana tas sama sepatu yang sekarang lo beli? Perasaan udah penuh dah!"
"Tenang....gue atur nanti. Lo pulang mampir aja ke rumah, kalau ada yang lo suka lo boleh ambil, beberapa koleksi gue pengen gue lengserin soalnya."
"Hadeh....mening lo buka toko barang preloved deh Dew." ujarku asal.
"Eits....boleh juga tuh ide lo! Besok bantuin gue pilih pilih dan foto ya!"
"Gak bisa! weekend jatah gue tidur dan malas malasan."
"Jiah!! tega lo sama gue Rel?" Dewi memasang muka memelas dan seperti biasa aku tidak tega melihatnya lalu menganggukan kepalaku dengan sedikit cemberut.
"Tapi traktir gue ya! Gue lagi pengen makan Tony Roma's"
"Siap! Malam ini mening lo nginep di rumah gue gimana? Gue telepon Tante Rina ya?"
"Engga deh Dew! Gue mau pulang aja. Besok jam 10 pagi gue ke rumah lo."
"Ok then..." jawabnya sambil meletakkan barang belanjaannya di bagasi mobilku.
***
Selesai membersihkan diri, kurebahkan tubuhku di ranjang dan mulai mencari akun sosmednya Alex. Hari gini mana ada yang tidak punya sosmed bukan? Satu persatu ku buka akun i********: yang bernama Alexander, lalu beralih ke f*******: sampai akhirnya menyerah dan meletakan ponselku di meja samping ranjang.
Kutatap langit langit kamarku, wajah Alex terbayang bayang disana dan hatiku mulai berdebar debar. "Ada apa ya? Gak biasanya gue seperti ini? Senyumnya itu...mengingatkanku pada kenangan masa kecil ku.
Flash Back
"Kak ...kita mau kemana sih?" teriaku sambil menghindari rumput liar yang tumbuh disepanjang jalan yang kulewati.
"Ada deh...pokoknya kamu pasti takjub jika sudah sampai disana" jawabnya
"Tungguin dong Kak! jalanannya kan nanjak...capek tau!" rengek ku. Memang jalan setapak yang kami lewati itu menanjak cukup tinggi.
"Mau digendong?" kugelengkan kepala, malu.
"Hahaha...malu?" tanyanya seakan dapat membaca pikiranku.
"Rugi loh kalau engga mau digendong." ledeknya.
"Aku yang rugi kalau digendong kakak!" balasku, terdengar suara tawa renyahnya. Diulurkan tangannya dan menarikku.
"Sudah sampai kok....percaya deh setimpal dengan pengorbanan kamu."
Mulutku ternganga takjub melihat pemandangan yang ada di depanku. Deru suara ombak memecah tebing dibawah kami dipadukan dengan kicau burung walet membuatku terpana.
"Sebentar lagi sunset...kita tunggu sambil duduk yuk." ucapnya sambil duduk diatas rumput tebal.
"Kak...pemandangannya cantik banget ya? kok Kakak tau tempat ini sih? Padahal dekat sama rumahku, tapi aku saja tidak tahu loh."
"Makanya, jangan diam di kamar terus! Explore dong seperti Kakak..." kupukul lengannya perlahan sambil tertawa.
"Cukup Kakak aja yang explore, kalau sudah ketemu tinggal ajak aku. Beres kan?" ujarku tak mau kalah.
"Siap nona!" kami tertawa bersama sambil menatap matahari yang berangsur angsur tenggelam dan digantikan bulan.
Flash Back end