02 |PENGGANGGU

1285 Words
250 sheets tissu yang baru Affa beli kemarin di supermarket malam ini sudah ludes tercecer-cecer di lantai kamar tidur putri sulungnya yang masih terisak sesenggukkan menangisi Mas Sergio yang berulang kali disebutnya. “Mas Sergio jahat! Jahat banget kamu Mas huaaaa hiks…” Affa memandang nelangsa keadaan putrinya yang sedang patah hati dengan seseorang. Affa sendiri bingung siapa itu Mas Sergio dan mengapa Jeha bisa mengenalnya ketika setahun penuh hanya menghabiskan waktunya untuk tidur di rumah sakit. “Jeha… makan malam dulu yuk, Mama bikinin steak daging kesukaan kamu,” ujar Affa, membujuk putrinya untuk mau makan. Namun mendengar steak daging—makanan yang juga disukai Sergio saat masih menjadi Mas Serigala justru membuat tangis Jeha semakin pecah menggelegar. “Huaaaa!!!! Steak daging makanan kesukaan kamu Mas Ser! Harusnya kamu masih inget siapa aku, tapi kenapa secepat ini kamu lupain aku Mas!” Jeha menenggelamkan wajahnya ke lutut yang tertekuk, duduk di lantai dengan posisi badan menyandar ke ranjang. Affa menggaruk kepala bingung, Jeha yang biasanya tukang rusuh ternyata bisa mellow juga ketika menyangkut cinta. Affa tiba-tiba tersenyum saat menyadari kini putrinya sudah semakin dewasa dan sudah mengenal dunia cinta. “Jeha, mama tahu bagaimana perasaan kamu sekarang. Dulu papa juga pernah nolak Mama.” Sepenggal cerita Affa membuat Jeha berhenti menangis dan mendongak menatap ibunya yang ikut berjongkok di depannya. “Mama pernah ditolak Papa? Kenapa?” Jeha bertanya, tidak menyangka jika mamanya pernah melalui hal berat yang sama dirasakan Jeha sekarang. Affa tersenyum lembut, satu tangannya terulur menghapus air mata putrinya. “Karena apa lagi? Ya karena papa tidak menyukai mama,” tanggapnya. Jeha mengerjapkan mata tidak percaya. Dia bisa melihatnya selama ini betapa papanya sangat memuja mamanya walau usia pernikahan mereka telah memasuki tahun ke 22. “Tapi mama tidak menyerah ngejar hati papa. Mama selalu ngerecokin hidup papa, buat papa marah bahkan benci sama mama, dan finally! Papa cinta sama mama, dan nggak bisa lepas dari mama. Hahaha…” Affa mengakhiri ceritanya dengan tawa kebahagiaan. Pasti mama dan papanya dulu sangat romantis meski awalnya Bima membenci Affa. Jeha mendadak iri. Bibirnya cemberut lagi, kira-kira kisahnya bersama Mas Ser akan berakhir sama indahnya seperti kisah orang tuanya tidak ya? “Jadi kamu juga harus berusaha Jeha! Jangan cepat menyerah dan jangan menangis seperti ini!” nasihat Affa, mendukung Jeha sepenuhnya. Jeha menatap ragu mamanya. “Mama yakin Jeha bisa ngerebut hati Mas Ser lagi?” tanya Jeha, yang dibalas anggukan kepala mantap dari Affa. “Pasti bisa dong! Apalagi anak mama yang satu ini cantik banget, siapa sih yang bisa nolak Jehasalma Sabila anaknya mama Affa?” Affa mencolek dagu Jeha yang akhirnya kembali tersenyum. “Makasih ya mama! Jeha bakal berusaha bawain menantu idaman buat mama dan papa!” pekik Jeha sembari memeluk Affa erat. “Iya sayang, semangat ya! Sekarang kita makan malam dulu yuk. Papa sama adek sudah nunggu di meja makan,” ujar Affa setelah pelukan mereka terlepas. Jeha mengangguk, lalu bergandengan tangan bersama Affa menuju ruang makan. *** Satu bulan menjalani istirahat penuh di rumah, kini saatnya Jeha kembali melanjutkan pendidikan S1 yang sempat tertunda satu tahun. Jeha sudah tahu jadwal pertama pagi ini adalah kelas Sergio, dan gadis itu ingin memberikan pria itu kejutan. “Maaf Pak Sergio saya menyela kelas Anda sebentar.” Bu Risma atau dosen bagian kesiswaan masuk ke ruangan Sergio untuk meminta izin. “Ya bu, tidak apa-apa,” jawab Sergio santai. “Jadi ada mahasiswa baru yang akan masuk di kelas Anda, ekhm.. bukan mahasiswa baru sih tapi dia sempat menunda satu tahun kuliah karena harus dirawat di rumah sakit,” jelas bu Risma, yang seketika membuat wajah Sergio pucat. Jangan bilang kalau mahasiswa itu adalah… “Jeha, silahkan masuk!” Bu Risma memanggil Jeha. Dan gadis itupun masuk ke dalam kelas dengan senyum yang sengaja dibuat semenawan mungkin. Memakai setelan celana denim yang dipadukan dengan atasan kardigan berwarna putih dan dalaman kaos hitam bertuliskan I’m comeback jerk. “Assalamualaikum Mas Ser.” Sapaan yang diucapkan Jeha sontak membuat seluruh penghuni kelas termasuk Sergio sendiri terbelalak kaget. “Jeha! Apa-apaan kamu, jangan panggil dosenmu seperti itu!” tegur bu Risma lalu berpaling menatap Sergio berbelas kasih. “Maafin Jeha ya Pak,” katanya, mewakili Jeha yang tampak sama sekali tidak menyesal atau malu dengan sapaannya. “Oke deh, kalau kita lagi di kelas aku akan panggil kamu Pak Sergio.” Jeha berkata secara terselubung sambil mengedipkan mata ke arah Sergio sehingga membuat kening bu Risma mengkerut curiga. “Bukannya panggil kamu…” Jeha dengan berani maju mendekat dan membisikkan sesuatu di samping telinga Sergio, “…mas Sergio lagi,” lanjutnya dengan berbisik. “I-ini salah paham!” Sergio mundur dan berbicara terus terang supaya semua orang tidak menarik kesimpulan sembarangan. “Kamu jangan berani-berani dengan saya ya! Karena baru sadar dari koma, kamu jangan melunjak melakukan seenaknya!” cerca Sergio sambil memandang sinis Jeha. Jeha memainkan dramanya sekali lagi. Dia membungkam mulut dengan tangan sambil memasang ekspresi kaget. “Oh Ya Tuhan! Pak Sergio perhatian sekali karena tahu saya baru saja sadar dari koma, padahal bu Risma tidak tahu. Ya kan bu?” Pandangan Jeha beralih ke bu Risma yang terbengong. “Iya, saya diberitahunya kamu sakit aja,” jawab bu Risma. Posisi Sergio semakin tersudutkan akibat argumen yang dibawakan Jeha membuatnya terlihat seakan-akan telah mengenal dekat gadis itu sehingga mengetahui semua tentang keadaannya. Sergio memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. “Yasudah-yasudah, silahkan kamu duduk Jeha! Mari lanjutkan pelajaran saya,” ucap Sergio, pasrah. Bu Risma tersenyum sopan lalu pamit meninggalkan ruangan. “Terima kasih Pak Sergio, saya pamit dulu.” “Iya bu.” Selepas bu Risma pergi, Sergio mengulang kembali paparan penjelasannya lewat slide proyektor yang berada di depan papan. Tapi kali ini tidak sefokus sebelum Jeha datang. Lihat saja apa yang dilakukan gadis gila itu sekarang? Sergio tak kuasa melirik hasil tulisan Jeha di atas buku catatannya yang sengaja dihadapkan ke arah Sergio yang tengah menjelaskan di depan. KAMU BENERAN LUPA SAMA AKU? Merasa tak mendapat respon apapun dari Sergio, Jeha lantas menulis lagi di atas buku catatannya. Tak lupa ia me-bold dan me-capslock semua tulisannya. TEGA KAMU MAS! Masih tidak mendapat balasan apapun. Jeha mencebikkan bibir sambil memerhatikan Sergio yang beberapa saat kemudian memanggilnya. “Jeha!” “Ya Mas?! Eh—Pak.” Jeha mengoreksi panggilannya tanpa menghilangkan sedikit senyum di bibir. Ia kira Sergio memanggil namanya untuk merespon tulisan yang Jeha perlihatkan padanya tadi, tapi ternyata Sergio memanggilnya untuk tujuan lain. “Jawab pertanyaan yang ada di slide ini!” Sergio menunjuk slide di belakangnya sambil menatap sinis Jeha. Jeha yang sedari tadi tidak mendengar penjelasan Sergio dan hanya sibuk mencari perhatiannya tentu saja tidak tahu apa-apa. “Emm, maaf Pak. Saya gatau.” Sesuai tebakan Sergio. “Mulai sekarang kamu harus tahu, satu syarat wajib yang harus diikuti dikelas saya adalah mampu menjawab semua soal yang saya tanyakan. Jika tidak bisa, maka resikonya kamu harus keluar dari kelas dan dianggap tidak mengikuti mata kuliah saya,” ancamnya dengan nada dingin penuh kebencian. Semua mahasiswa sampai dibuat merinding, apalagi Jeha yang menjadi sasaran amuknya saat ini. Jeha hampir saja lupa caranya bernapas. Sergio yang ia kenal sekarang lebih seram dua kali lipat ketimbang saat masih menjadi serigala dulu. “SEKARANG CEPAT KAMU KELUAR!!” teriak Sergio dengan berang. Jeha terkejut sampai tubuhnya terguncang hebat. Ya Tuhan… teriakannya masih sama menggelegar dari gonggongan terakhir kalinya yang masih bertubuh serigala. “I-iya Pak. Saya keluar!” ujar Jeha, lalu bergegas pergi dari sana karena takut akan dilahap hidup-hidup oleh pria itu. Sergio tersenyum miring melihat Jeha yang lari terbirit-b***t meninggalkan kelas. Usahanya untuk mengeyahkan gadis itu telah berhasil dan Sergio dapat dengan tenang melanjutkan mengajar. BERSAMBUNG…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD