Liam Menangani Keributan

1224 Words
Daniel berencana untuk bertarung dengan bentuk serigalanya. Pria itu menatap Harriet dengan tidak berdaya, sementara Harriet kembali memutar otak untuk memikirkan cara membangunkan adiknya. Daniel mulai berlari ke arah Heath yang sudah dirantai dan ditahan oleh puluhan Lycan. Sambil berlari, tubuh pria itu mulai berubah menjadi seekor serigala merah yang buas. Ukurannya memang lebih kecil dari ukuran Heath, serigala raksasa abu-abu dengan corak bulu hitam, namun ia sangat cepat dan beringas. Serigala merah melompat ke leher atas serigala abu-abu dan menggigitnya erat. RAWR! HHRARRRRH! Geraman mengerikan terdengar menggema, mendorong semua orang mundur, tapi Harriet melangkah maju. “Heath! Hei, adik bodoh, bangun dan buka matamu!” Sekitar lima meter di hadapan Heath, Harriet berdiri tegap. Kedua kaki Harriet menapak tanah dengan stabil agar ia tidak terdorong mundur oleh kekuatan gelombang suara geraman Heath. “Heath! Ini memalukan! Kau adalah seorang ksatria, bangun dan sadarlah!” teriak Harriet sekali lagi, hampir memutuskan pita suaranya sendiri. GRRRR! RRRRRRRRRRARRH! Serigala abu-abu memberontak dan memutuskan rantai-rantai yang menahannya. Namun Daniel masih menahan lehernya dengan cengkeraman rahangnya. “Dengarkan aku!” Harriet berteriak lantang sekali lagi, menatap lurus pada iris abu-abu serigala raksasa itu. AWOOOOOOOO! Justru serigala itu entah mengapa semakin mengamuk dan menghempaskan Daniel dari lehernya. Kini tak ada yang menahannya lagi. Serigala itu balik menatap Harriet dalam keheningan yang tiba-tiba tercipta. “Kau harus tenang, karena aku sudah mengatur segalanya untukmu, oke? Heath, dengarkan aku,” ucap Harriet dengan suara yang kini lebih menenangkan. Serigala itu mengeram rendah, namun sepertinya ia tidak ingin mendengarkan kata-kata Harriet, karena ia berbalik, akan melompat pergi. “Jangan lagi, Heath!” Harriet kali ini benar-benar kesal. Tapi, sekali lagi, sama seperti di malam bulan purnama dua bulan lalu– “Sudah kubilang dengarkan kata-kata kakakmu, Heath Goldlane,” ucap suara yang familiar. Bagai digemakan di pikiran semua orang, suara Liam tidak keras dan ia juga tidak terdengar seperti berteriak. Namun, semua orang dapat mendengarnya. Seperti meteor, pria itu meluncur turun dari angkasa, memiting leher serigala abu-abu raksasa dengan satu lengannya. “Jadi adik iparku ini belum kapok setelah kujentik moncongnya tiga purnama yang lalu?” Tubuh raksasa serigala itu harus membungkuk rendah dan tidak bisa menegakkan diri karena Liam, seroang pria ramping yang tiga kali lebih kecil darinya memitingnya dibawah ketiaknya. Mata emas Liam bersinar terang, mengerikan dan dingin. HRRRRFF! GRRRRRR! Serigala raksasa abu-abu berusaha berontak dengan keempat kakinya mencakar tanah, berusaha mundur seperti seekor anjing yang kepalanya terjepit di sela-sela pagar. “Jangan melawan, anak berengsek,” bisik Liam yang lagi-lagi menggema di pikiran semua orang. Liam menyeret serigala raksasa itu tanpa ampun agar menghadap Harriet yang terpaku di tempat. Ini adalah sisi yang begitu berbeda dan sekaligus familiar dari Liam. Harriet belum benar-benar mengenal sisi keras ini, namun ia juga tidak terkejut melihat Liam memilikinya. Ia hanya terpana, tidak siap menyaksikannya. “Dengarkan baik-baik apa yang kakakmu katakan, atau aku akan benar-benar mematahkan hidungmu kali ini.” Ancaman Liam membuat si serigala kali ini mulai lebih tenang, meski ia masih begitu gelisah di dalam cengkeraman Liam. Harriet perlahan maju. “Stop di situ, Madam, jangan terlalu dekat. Pelan-pelan,” ucap Liam. “Aku tidak tahu apa aku bisa membangunkannya,” ucap Harriet pelan. “Kalau dia tidak bangun, aku akan membuatnya pingsan seperti sebelumnya,” ucap Liam datar. Serigala itu bagai mengerti apa yang Liam katakan, dan mulai mengeram lagi. Namun saat Liam menatapnya dengan mata emasnya, serigala itu mulai kembali lebih tenang. Harriet menghela napas panjang. “Anak bodoh, mengapa kau tidak bisa percaya pada kakakmu? Bukankah kau selalu percaya padaku?” tanya Harriet pelan. Serigala abu-abu itu menatap Harriet lurus-lurus. Iris matanya mulai goyah menyadari keputusasaan di wajah Harriet. “Atau karena kau sebenarnya tidak pernah percaya padaku?” tanya Harriet kemudian. Hening. “Awoo…” Serigala itu terdengar memohon dengan nada rendah. “Baiklah, sekarang aku serius. Bangunlah dan jangan bersikap seperti ini lagi, oke? Kendalikan tubuhmu sendiri. Kau adalah seorang ksatria,” ucap Harriet mengingatkan kembali pada kebanggaan adiknya. “Hrrr–” Perlahan, tubuh raksasa serigala itu mengecil. Bulu-bulunya pun mulai menghilang, dan tubuhnya berubah kembali menjadi manusia biasa. Seorang pemuda berambut hitam pendek berlutut di tanah, di hadapan Harriet yang benar-benar lega. “Maaf, Kakak,” ucap pemuda itu pelan. Lalu ia terbatuk-batuk. Harriet dengan cepat mendatanginya dan mengecek keadaan Heath yang t*******g bulat. Harriet memeriksa leher Heath yang merah karena suaminya dengan erat memitingnya di situ tadi. “Kau akan baik-baik saja. Aku sudah mengurus semuanya,” ucap Harriet dan mengelus pipi adiknya. Sementara itu, Liam memanggil tabib yang bersiaga untuk dengan cepat mendekat. “Panas…” ucap Heath, mengeluh pelan. “Tubuhku panas, kak…” bisiknya dan kembali terbatuk-batuk. Harriet juga merasakannya. Tubuh Heath sangat panas seperti sedang demam. Saat itulah Liam mendekat lagi dan dengan kasar meraih dagu Heath yang masih kebingungan, setengah sadar dan kesakitan. Pria itu mencekokinya dengan ramuan supresan dosis rendah. Melihat Liam, Heath melebarkan matanya dan tersedak. “Minum,” Liam memerintahkan dengan dingin, dan akhirnya Heath menurut. Setelah Heath dengan susah payah menelan dosis supresan itu, ia dengan cepat mulai menjadi lebih sadar. Tapi… “K-K-Kak! Ah! Aah! Di-dia adalah–” Heath dengan panik langsung berputar dan bersembunyi di belakang punggung Harriet, menatap horror dan ketakutan pada Liam yang perlahan mulai tersenyum lembut. “Mo-monster! Kak! Jangan dekat-dekat dengannya!” ucap Heath, seorang pemuda dewasa berusia 21 tahun itu, yang bersembunyi di balik tubuh kecil kakaknya yang tingginya lebih pendek satu kepala darinya. Heath sudah siap menangis saat Liam melangkah mendekat, tapi Liam hanya sedang menyerahkan sebuah jubah panjang pada Harriet. Pria itu tersenyum dan mengisyaratkan pada Harriet untuk menutupi tubuh t*******g adiknya dengan jubah itu. Sementara Amelia sedang membantu Daniel berdiri dan menutupi tubuhnya sendiri yang t*******g setelah berubah kembali menjadi manusia, dan sementara semua orang masih terdiam, belum bisa benar-benar mencerna kejadian yang baru saja terjadi, Liam membersihkan debu di lengan bajunya dan berjalan santai kembali ke kastil. Harriet merasa lemas dan sangat lelah. Ia menoleh pada Heath yang wajahnya masih pucat pasi. Jelas sekali ia trauma pada sosok Liam, yang mungkin menghantui mimpi-mimpinya saat ia tidak sadar. Wanita muda itu memakaikan jubah panjang pada Heath dan mengecek suhu tubuhnya sekali lagi. “Dengarkan baik-baik,” Harriet memaksa Heath untuk fokus padanya. Heath mengangguk-angguk dengan panik. “Kau terkena Lycanthropy,” ucap Harriet tenang. Heath mengerutkan alisnya dalam-dalam. “Hah?!” “Dan saat ini, Destined Mate-mu sedang dalam perjalanan menuju kesini,” ucap Harriet kemudian. “T-tunggu sebentar, kak,” Heath mengangkat kedua tangannya. “Apa maksud Kakak?” “Anak baik, dengarkan kakak,” ucap Harriet cepat. Heath mengangguk-anggu lagi secara reflek. “Kau harus tenang. Jangan sampai emosimu tidak terkendali, atau kau akan berubah menjadi serigala lagi,” ucap Harriet. Heath sebenarnya tidak bodoh. Jika diberi waktu, ia akan bisa mengerti segalanya. Tapi saat ini, ia baru bangun dari apa yang ia rasakan bagai mimpi yang panjang dan mengerikan. Tentu saja, di kondisi seperti ini, kecerdasan intelektualnya terpotong separuh. Harriet menarik Heath kembali ke kamarnya. Dan saat ini, Heath baru sadar ia sudah tidak ada di Kastil Barat lagi. Ia ada di tempat yang sama sekali asing. “Dimana kita, kak?” setelah berhasil mendinginkan kepalanya sendiri, Heath akhirnya bertanya. Harriet menoleh padanya dan menatapnya serius. “Kau terkena Lycanthropy. Tentu saja aku membawamu ke Duchy Almandine.” Duchy Almandine, rumah dari Sang Alpha legendaris, Old Duke Rayleigh Almandine.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD