Tinggal Di Kastil Almandine

1042 Words
Harriet telah selesai membersihkan dirinya dan berpakaian saat ia berpikir untuk mengunjungi adiknya hari ini. Ia melangkah ditemani dua pelayan menyusuri Kastil Almandine menuju tempat adiknya dirawat. Saat ia memasuki sebuah ruangan berpintu ganda, ia segera melihat adiknya dijaga oleh dua orang pelayan pria yang sepertinya adalah Lycan. Dua pelayan pria itu berdiri dan membungkukkan tubuh mereka. Harriet menganggukkan kepalanya dengan sopan, lalu duduk di sisi ranjang. “Adikku sangat tenang setelah meminum obatnya, bahkan saat bulan purnama,” ucap Harriet pelan. Salah satu dari dua orang pelayan itu menjelaskan bahwa tabib Lycan telah meresepkan beberapa supresan untuk berbagai situasi amukan Heath. Harriet mengangguk tenang mendengarkannya. Keputusannya untuk membawa Heath kemari untuk dirawat oleh ahlinya sudah tepat. Marchioness Harriet Goldlane memiliki seorang adik laki-laki yang memiliki bakat kepemimpinan militer bernama Heath Goldlane. Namun, pada suatu hari, Heath Goldlane pulang dari ekspedisi yang dipimpinnya di atas kuda hitamnya tidak sadarkan diri dan terluka parah, sendirian tanpa para ksatria yang pergi bersamanya. Dua hari kemudian, di malam bulan purnama, Heath tiba-tiba terbangun dan mengamuk dalam keadaan tidak sadar. Tidak hanya itu, ia kemudian berubah menjadi seekor serigala raksasa. Pada saat itu, Harriet langsung sadar bahwa adiknya terkena Lycanthropy. Pada malam bulan purnama bulan lalu, Harriet mengejar adiknya bersama para ksatrianya hingga ke sebuah air terjun dengan sungai deras yang melintasinya.  Saat adiknya akan kabur dengan berhasil melompati sungai itu, seorang pria tiba-tiba melompat dari air terjun dan menghentikan adiknya. Masih teringat jelas di benak Harriet saat ia melihat pria itu menjentikkan jarinya ke moncong adiknya, dan adiknya terlempar jauh ke belakang hingga pingsan. Pria itu adalah pria yang kemudian menjadi suaminya, Liam Almandine. “Terima kasih,” ucap Harriet membungkukkan badannya pada para pelayan yang menjaga Heath. Dua pelayan Lycan itu berlutut karena terkejut. “To-tolong jangan membungkuk pada kami, Madam!” Harriet mengerjap, lalu tertawa kecil dengan canggung. “Baiklah. Bangunlah, jangan berlutut seperti itu,” Harriet berkata dengan nada tenang.  Harriet berpamitan dengan mereka setelah dua pelayan Lycan itu berjanji akan menjaga adiknya dengan baik. Kemudian, ia bertemu kembali dengan Sekretaris Daniel yang sudah selesai dengan tugasnya melayani Liam di menara. Keduanya berbincang soal apa yang biasa Daniel lakukan untuk membantu Liam di pagi hari dan sore hari. Daniel menjelaskan bahwa Liam membutuhkan cahaya rembulan, maka atap menara terbuat dari kaca agar pria itu bisa menyerap lebih banyak cahaya rembulan. Di pagi hari, biasanya ia akan naik ke menara untuk menutup panel langit-langit agar cahaya matahari tidak menyengat tubuh Liam yang hanya bisa tertidur pulas. Ia juga sering meminta pelayan untuk membantunya membersihkan tubuh Liam sehari sekali. Saat Daniel menyebutkan itu, Harriet mengajukan diri untuk melakukannya setiap hari. “Aku adalah istrinya sekarang. Ini adalah hal kecil yang bisa kulakukan untuknya,” ucap Harriet. Daniel tersenyum dan mengangguk. *** Sudah hampir seminggu Harriet tiba di kastil Almandine. Ia biasanya menghabiskan waktunya untuk mempelajari cara kerja dan struktur organisasi Lycan mereka. Walau bagaimanapun, ia kini adalah calon Duchess Almandine. Harriet menanyakan pada Daniel apakah ada surat dari Old Duke untuknya, tapi Daniel hanya menggeleng.  Saat membicarakan Old Duke, Harriet dan Daniel tersenyum tidak berdaya satu sama lain karena mereka berdua sama-sama mengkhawatirkan Alpha tua itu. “Ah, benar juga. Apakah di kastil masih ada Lycan yang bisa kuminta untuk melakukan sesuatu di luar?” tanya Harriet. Daniel mengangkat alisnya. Harriet memang telah terbiasa menjadi seorang pemimpin klan, ia tidak ragu menanyakan soal sumber daya mereka.  Daniel tersenyum senang dan membungkukkan badannya. Ia bertanya dengan sopan, “Kami masih memiliki beberapa pasukan serigala yang tersisa di kastil, Madam. Apakah Madam membutuhkan sesuatu?” Harriet mengangguk.  “Meskipun aku tidak bisa melakukan apapun selain menunggu perang di Barat usai, aku tidak tenang jika aku tidak bisa mendapatkan informasi paling aktual. Tapi mari kita tenang dan tidak gegabah,” ucap Harriet. Daniel mengangguk tanda mengerti. Ia setuju bahwa mereka harus berusaha mencari informasi sendiri meski Old Duke tidak mengirimkan surat apa pun ke Utara. “Tentu saja, saya akan menyiapkan tiga orang untuk Anda beri petunjuk, Madam,” ucap Daniel. Setelah itu, Harriet menulis surat untuk beberapa kenalannya, yaitu pedagang, para prajurit bayaran dan beberapa bangsawan yang cukup ia percayai untuk bertukar informasi. Sesungguhnya, ini adalah hal yang sudah biasa ia lakukan sebagai seorang Marchioness.  Ini mungkin adalah pekerjaan yang membosankan dan tidak ada serunya, namun setelah melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun, Harriet jadi terbiasa menanggung tanggung jawab dan memimpin dengan efektif. Lewat jam minum teh, Harriet naik ke menara bersama para pelayan untuk membersihkan tubuh Liam. Para pelayan yang sudah terbiasa dengan pekerjaan ini mengajari Harriet cara untuk mengelap tubuh tidak sadarkan diri Liam. Setelah selesai, Harriet duduk di sebuah kursi di sisi ranjang dan melamun memandangi wajah suaminya. Para pelayan berpamitan pergi. Saat suasana menjadi sepi, matahari juga mulai terbenam. Cahaya merah membanjiri seisi ruangan, dan Harriet berdiri dari duduknya untuk menyalakan lilin-lilin untuk membantu menerangi ruangan. Ia juga membuka panel langit-langit dengan menarik sebuah tali yang berada di sudut ruangan. Ia bisa melihat bahwa kamar ini dibuat khusus untuk Young Lord. Ventilasinya begitu baik dan penempatan perabotnya begitu sistematis. Karena cuaca musim semi masih terasa dingin, ia pun menutup sebagian besar jendela dan membiarkan satu terbuka.  Setelah itu ia kembali duduk di sisi ranjang dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi dahi Liam. Sepanjang ia berada di ruangan ini, pikirannya kosong. Ada sebuah ketenangan yang menyedihkan menggantung di atmosfer ruangan ini. Harriet tidak tahu bagaimana harus berpikir atau merasa. Mungkin ia akan melewati hari-harinya hingga kematiannya dengan cara seperti ini? Harriet ketakutan membayangkannya. Semua orang mengatakan suaminya akan meninggal tidak lama lagi. Old Duke juga sudah begitu tua, meski beliau masih baik-baik saja saat ini, mungkin sebelum Harriet berhasil membesarkan seorang Alpha baru, beliau juga akan pergi ke alam baka. Saat itu, Harriet akan sendirian, menjadi orang yang bertanggung jawab penuh di Duchy Almandine. Wanita itu tersenyum tipis dengan hambar. Sisi baiknya, ia dan adiknya akan selalu dilindungi oleh segala yang ia miliki, namun… Harriet sudah bisa membayangkan betapa kesepiannya hidup seperti itu. Namun, ia sudah menerima perjanjiannya. Ia sudah siap hidup sendirian. Ia masih akan memiliki adiknya, tentu jika mereka berhasil menyelamatkan adiknya… Wanita itu menarik napas panjang, lalu pergi meninggalkan ruangan itu untuk makan malam. Ia menoleh di pintu menuju tangga dan tersenyum pada Liam.  “Selamat malam, Milord.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD