Menyembunyikan Hal Itu

1307 Words
Letty perlahan mulai sadarkan diri dari pingsannya. Dia bingung karena berada di tempat tidur yang bukan kamarnya dan saat menengok ke kiri ternyata ada Dyenn menunggunya sadar. “Letty, kamu sudah sadar? Syukurlah ....” “I-ini di mana, Dyenn?” “Ini di klinik. Tadi kamu pingsan. Apa yang kamu rasakan saat ini?” Dyenn begitu memperhatikan Letty membuat perempuan itu merasa menjadi serba salah karena selalu merepotkan sahabatnya. “Maafkan aku, Dyenn. Aku selalu merepotkan kamu dan hanya menjadi beban untuk kehidupanmu. Akhir-akhir ini aku merasa kurang enak badan dan sering pusing serta mual hingga kehilangan selera makan apa lagi waktu pagi. Mungkin ini efek lelah atau aku yang belum terbiasa dengan keadaan saat ini. He he he .... Maaf membuatmu khawatir,” ucap Letty yang jelas saja sama sekali tidak membuat lelaki di sampingnya itu keberatan. Justru Dyenn akan bingung dan khawatir kalau tidak tahu kejadian yang sebenarnya menimpa Letty. Saat ini, Dyenn akan memikirkan bagaimana caranya untuk melamar Letty dan diterima. Lelaki itu tidak ingin memberi tahu kondisi yang sebenarnya kepada sahabatnya agar tidak syok dan melakukan hal bodoh seperti satu bulan yang lalu. “Aku sama sekali tidak merasa keberatan atas hal yang aku lakukan untukmu. Jadi aku mohon berhentilah menyalahkan dirimu sendiri atas sesuatu yang tidak kamu lakukan. Oh iya, aku sudah bicara kepada Nyonya Ji-Ah soal kesehatan kamu dan Nyonya Ji-Ah mengizinkan untuk libur terlebih dahulu. Tak perlu khawatir soal pekerjaan,” kata Dyenn lagi-lagi selalu menentramkan hati Letty. Lelaki itu selalu ada untuk Letty dan selalu memperhatikan. “Terima kasih, Dyenn. Kamu yang terbaik.” Beberapa saat kemudian setelah kondisi Letty sudah membaik dan pulih, dokter di klinik pun mengizinkan untuk pulang. Apalagi Dyenn sudah membayar administrasi klinik dan juga menebus obat di apotek. Jadi mereka berdua tinggal keluar dari klinik tanpa harus ke kasir kembali. Letty pun masuk ke dalam mobil Dyenn dan berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya yang selalu datang di saat tepat waktu dan juga menolong dirinya. Entah bagaimana Letty bisa membalas semua kebaikan dari Dyenn. Padahal mereka sudah berpisah bertahun-tahun, tetapi saat ketemu kembali Dyenn masih sama seperti dulu sangat baik dan perhatian. Mungkin jika perempuan lain yang perlakukan seperti itu bisa menganggap Dyenn menyukainya. Letty sebenarnya juga mengetahui hal itu tetapi dia tidak bisa membalas perasaan terpendam Dyenn. Sesampainya di apartemen, Dyenn pun masuk ke dalam. Dia memastikan Letty baik-baik saja. Meski dalam benak lelaki itu antara pro dan kontra tentang menyembunyikan hasil pemeriksaan dokter dan rujukan untuk pergi ke klinik spesialis kandungan, tetap saja hal itu menjadi rumit. Dyenn takut Letty akan bunuh diri kembali saat frustasi dengan keadaan. Namun dia juga tidak yakin kalau melamar Letty adalah jalan terbaik karena takut ditolak. “Kamu memikirkan apa, Dyenn?” tanya Letty yang curiga seolah ada pemikiran berat yang Dyenn sedang pikul. “Ah? Tak apa. Bukan apa-apa. Oh iya, ini obat untukmu. Minum yang rutin,” kata Dyenn menyodorkan kantong kertas warna cokelat berisi beberapa vitamin dan obat penambah darah. “Hmm? Aku kekurangan darah merah, ya? Ini juga Cuma vitamin. Ahh ... aku ini terlalu stress maybe. Lelaki itu juga kenapa tiba-tiba muncul di kedai. Aku merasa dia membuntuti aku.” Letty pun duduk di kursi dan menatap Dyenn. Dyenn mencoba menjawab sebaik mungkin agar Letty tidak memikirkan kejadian itu lagi. “Mungkin itu sebuah kebetulan. Namun karena orang itu sudah tahu di mana kamu bekerja, aku sarankan untuk pindah agar kamu nyaman. Aku tidak keberatan kalau mencari tempat yang lebih baik dari sini. Tenang saja, aku akan menemanimu.” Letty tersenyum menatap Dyenn yang seperti biasa selalu menolongnya. Hal itu jelas membuat Letty merasa tidak enak. Apa mungkin dia terus menerus menyusahkan seperti itu? “Aku merepotkan terus. Aku tak enak, Dyenn. Kamu juga memiliki hak untuk kehidupanmu sendiri. Dan aku-“ “Kamu kehidupanku, sekarang. Sudah bertahun-tahun kita terpisah dan takdir sekarang mempertemukan kita. Untuk apa kamu merasa seperti itu. Kamu tahu, janjiku dahulu akan aku tepati.” Dyenn memotong perkataan Letty karena tahu perempuan itu akan menyalahkan dirinya sendiri. Padahal saat ini tidak ada yang perlu disalahkan justru yang harus disalahkan adalah lelaki yang membuntuti Letty sampai di sini. Dyenn heran kenapa lelaki berengsek itu bisa menemukan Letty yang bekerja di Kedai Ramen MiiMii. Apakah hal itu suatu kebetulan semata? Hari itu, Dyenn mencari tempat tinggal untuk Letty di kota lain. Dia juga membantu perempuan itu segera pindahan. Membiarkan apartemen yang sudah disewa selama setahun itu kosong saja. Letty juga berpamitan kepada Nyonya Ji-Ah. Meski semua terasa mendadak, Dyenn sudah memberikan informasi tentang hal ini agar dirahasiakan. Hari berganti malam, Dyenn mengendarai mobilnya jauh dari kota tersebut untuk mengantarkan Letty pindah. Dia sudah mendapatkan tempat untuk tinggal Letty dan juga meminta Letty agar tidak bekerja terlebih dahulu. Dyenn juga memikirkan soal Letty yang hamil. Tentu saja perempuan yang hamil muda tidak boleh terlalu kecapekan. Dyenn masih memikirkan bagaimana caranya untuk melamar Letty sebelum perempuan itu tahu tentang janin di dalam kandungannya. Bagaimana cara melamar dan diterima oleh Letty agar bisa menutupi kondisi kehamilannya yang disebabkan oleh lelaki tidak bertanggung jawab itu. Dyenn hanya memikirkan perasaan Letty. “Apa pun yang akan terjadi, aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku akan melindungi kamu dan janin yang ada di kandunganmu. Letty ... aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian,” batin Dyenn sambil menyetir mobil dengan perjalanan tiga jam ke tempat tujuan. “Dyenn ....” “Ya?” “Kalau kamu bertemu dengan lelaki itu tadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Letty membuat Dyenn terkejut. Entah apa yang akan dilakukan lelaki itu kepada orang yang sudah melukai hati Letty. “Entah ... kalau membunuh bukan suatu kriminal, mungkin hal itu yang akan aku tempuh. Ha ha ha ha ....” “Dyenn ... aku serius bertanya ....” Letty menatap dengan kesal ke arah Dyenn. “Letty, menurut kamu, apakah aku bisa melepaskan orang yang sudah melukai hatimu?” “Kalau begitu ... lebih baik kamu jangan bertemu dengan lelaki itu dan jangan sampai tahu siapa dia,” tegas Letty membuat Dyenn bingung. “Kenapa?” “Aku tidak mau kamu berurusan dengan hukum hanya karena masalahku ini. Dyenn ... aku tidak mau kamu berbuat nekat, oke?” Malam itu, Letty paham kalau sangat berbahaya untuk Dyenn jika mengetahui siapa lelaki yang merusak kehidupannya. Memang Letty sangat takut melihat lelaki itu datang ke kedai, tetapi saat ini Letty justru sangat takut kalau Dyenn mengetahui siapa lelaki itu. Bisa jadi Dyenn akan nekat dan membuat permasalahan lain. Tadi Mr. Kim mencari ke sekitar kedai dan tidak menemukan keberadaan Letty. Dia pun harus kembali ke kantor karena beberapa klien mengeluh soal Dyenn yang tiba-tiba saja pergi setelah selesai rapat secara mendadak dan tanpa ada pemberitahuan lagi. Baru kali ini asisten pribadinya melakukan hal seperti itu berarti memang ada keadaan yang sangat mendesak dan mendadak. Mr. Kim bisa memaklumi hal itu karena Dyenn tidak seperti orang-orang lain yang hanya memanfaatkan kepercayaan untuk hal tidak berguna. “Tuan Kim, apa yang bisa kami lakukan?” tanya bodyguard yang berada di samping Mr. Kim. “Bantu cari perempuan bernama Letty itu. Kalau dia bekerja di Kedai Ramen MiiMii, pasti tempat tinggalnya tidak jauh dari sana. Aku ingin bertemu dan berbicara hal penting dengannya.” “Baik, Tuan. Segera kami laksanakan.” Mr. Kim berharap kali ini perempuan itu tidak akan melarikan diri lagi. Semakin menghindar justru Mr. Kim merasa semakin mencurigakan tentang kejadian yang terjadi. Apakah perempuan itu suruhan rival bisnisnya? Atau ada hal lain yang tersembunyi? Mr. Kim sampai di kantor, sedangkan bodyguardnya mencari informasi tentang Letty. Mr. Kim sudah mencoba menghubungi Dyenn, tetapi tidak ada respons. Berati lelaki itu benar-benar dalam hal mendadak yang sangat penting. Mr. Kim tidak tahu sama sekali kalau Dyenn kenal Letty. Dyenn pun belum tahu kalau Mr. Kim mencari Letty. Andai Dyenn tahu, mungkinkah dia bisa menahan amarah pada bosnya? Apa pun alasannya, Dyenn apakah bisa menerima?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD