Arnold Roger Levin

1399 Words
Arnold Roger Levin laki-laki berusia 33 tahun dengan kehidupan yang sudah sangat mapan dan juga sukses. Dengan ketampanan yang sudah tak bisa diragukan lagi dengan mudah Arnold bisa mendapatkan wanita manapun yang ia inginkan. Tapi kenyataannya sampai umurnya 32 tahun ia belum juga memutuskan untuk melepas masa lajangnya. Arnold memang tidak begitu terburu-buru untuk menikah karena ia masih fokus dengan kariernya. Sebenarnya ia hanya ingin menunjukan kepada orang-orang bahwa ia mampu sebagai pemimpin di perusahaan Levin dan berhak juga untuk memimpin perusahan itu. Sudah dari lulus kuliah Arnold sudah mendedikasikan dirinya untuk perusahaan dan membuat perusahan ini jauh lebih berkembang karena usahanya. Tapi tetap saja orang-orang selalu memandang sebelah mata karena dirinya memang bukan keturunan asli keluarga Levin. Saat itu sang ibu menikah lagi dengan seorang Abraham Levin dan tentu saja saat itu sang ibu memang sudah memiliki anak yaitu dirinya. Sedangkan Abraham Levin juga sudah memiliki anak juga yang saat itu berusia 10 tahun. Dan selama ini juga hubungan dirinya dan sang adik tiri tak pernah baik bahkan sang adik tiri tak pernah menganggap bahkan menghormati sang ibu. Karena adik tirinya marah ketika sang ibu menggantikan sosok mamanya yang sudah meninggal. Adik tirinya beranggapan jika sang ibu yang membuat hubungannya dengan sang papa menjadi buruk karena memang sang ibu adalah wanita yang dicintai oleh papa tirinya hingga dirinya menikah dengan wanita lain. Karena waktu itu masalah status sosial yang berbeda sehingga membuat sang papa tiri tak bisa menikahi sang ibu. Padahal sang ibu terus berusaha untuk mendekatkan diri dari anak sang suami tapi selalu mendapatkan penolakan. Sang ibu juga menyayangi anak dari sang suami dan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan Arnold sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Arnold memang selalu tepat waktu dalam soal pekerjaan. Bahkan bisa dibilang ia workaholic. Arnold pun berjalan turun untuk menyantap sarapannya. Karena sudah menjadi kebiasaan di rumah ini untuk sarapan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Karena sang ibu memang selalu menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Dan benar saja di meja makan sudah terhidang banyak makanan yang seperti biasa sang ibu masak untuk keluarganya. "Pagi Ma," sapa Arnold ketika melihat sang ibu. "Pagi sayang," sapa sang mama ketika melihat sang putra sudah ada di meja makan. Gina Levin wanita berumur 55 tahun itu masih terlihat cantik walaupun usianya sudah kepala 5. Gina sedang menyiapkan sarapan untuk anak dan juga suaminya. Karena sudah menjadi rutinitasnya untuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya. "Sayang ini kopi kamu," kata Gina sambil meletakkan cangkir kopi untuk putranya. "Makasih ma." Arnold pun langsung meminum kopi buatan sang mama sambil membaca beberapa dokumen yang dikirim oleh sekretarisnya. "Pagi," sapa abraham Levin kepala keluarga di rumah ini. "Pagi pa," jawab Arnold ketika mendengar sapaan dari sang papa. "Pagi sayang ini kopi buat kamu," kata Gina sang istri  yang meletakkan kopi untuk sang suami. "Makasih sayang," kata Abraham tersenyum kearah sang istri. Gina pun kembali ke dapur untuk mempercepat memasak agar keluarganya bisa sarapan. "Sayang dimana Pevita? Kenapa dia tidak ikut sarapan bersama-sama?" tanya Abraham kepada sang istri. "Pevita udah berangkat ke kampus. Katanya ada kelas pagi jadi ia harus berangkat lebih awal." Gina menjawab menjawab pertanyaan sang suami. Pevita Georgina Levin putri keluarga Levin yang lahir dari pernikahan Abraham Levin dan juga Gina. Saat ini Pevita berusia 21 tahun dan sedang kuliah di jurusan kedokteran. Jadi terkadang Pevita tak ikut dalam acara keluarga karena sedang sibuk dengan kuliah kedokterannya. Sementara itu di meja makan Abraham Levin tampak menikmati kopi istrinya. Ia selalu suka kopi buatan istrinya. Kopi buatan sang istri inilah yang membuat Abraham Levin jatuh cinta kepada Gina sang istri. "Gimana keadaan kantor? Apa ada masalah akhir-akhir ini?" tanya Abraham pada putranya. "Semuanya berjalan baik-baik saja. Papa bisa membaca laporan yang dikirim ke email papa. Ada beberapa project baru yang berhasil kita dapat untuk kita kerjakan. Kita membuka beberapa kilang minyak dan batu bara. Jadi kita bisa melebarkan market kita pa. Jadi papa tidak perlu khawatir," kata Arnold menjelaskan. Abraham sebenarnya sangat bangga dan takjub dengan segala pencapaian yang arnold tunjukan kepadanya karena sejak perusahan di urus oleh Arnold perusahaan jauh lebih berkembang. Tapi Abraham kurang suka dengan hal itu. Walaupun ia sudah menganggap Arnold seperti putranya sendiri tapi tetap saja ia menginginkan putra kandungnya yang memimpin perusahaan yang sudah dirintis dari nol. Tapi hubungannya dengan putra kandungannya Adrian tidak berjalan dengan baik. Adrian memilih untuk pergi dari rumah dan melakukan pekerjaan yang dia suka. Sudah berulang kali Abraham mencoba membujuk putranya yang bernama Adrian France Levin tapi selalu gagal. Karena sang putra memiliki rasa kebencian kepada dirinya karena menikah lagi setelah ibu kandung Adrian meninggal. "Kamu selalu bisa di andalkan Arnold. Lakukan yang terbaik untuk kemajuan perusahaan," puji Abraham pada Arnold. "Terima kasih pa," jawab Arnold yang terlihat senang. Tak berapa lama Gina sudah selesai menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan mereka pun bersiap untuk sarapan bersama. Arnold sudah berada di ruang kerjanya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang sudah menunggu untuk dikerjakan. Ketika berada di kantor Arnold benar-benar sangat serius karena ia benar-benar ingin diakui oleh sang papa. Ia ingin sang papa tahu jika ia mampu untuk mengurus perusahaan ini. Jadi tak perlu menunggu adik tirinya lagi untuk mengurus perusahaan. "Maaf tuan Arnold mengganggu ini beberapa dokumen yang anda butuhkan untuk project terbaru perusahaan kita," kata Arman sekretaris sekaligus asisten pribadi Arnold. Tanpa banyak bicara Arnold langsung langsung membaca dokumen yang diberikan oleh Arman. "Maaf tuan Arnold tapi saya mendapat informasi dari sekretaris tuan Abraham jika Minggu depan akan diadakan meeting untuk menentukan siapa pemimpin yang baru. Dan dari informasi yang saya dengar jika tuan Adrian kemungkinan besar akan memimpin perusahaan ini. Karena memang dari dulu tuan Abraham selalu menginginkan tuan Adrian untuk memimpin perusahan ini," kata Arman menjelaskan. Awalnya ekspresi Arnold biasa saja tapi lama-lama ia tak suka ketika papanya ingin menyerahkan perusahan kepada adik tirinya. Padahal selama ini dirinya yang mengurus perusahaan. Arnold pun mencoba tenang ia tak ingin terpengaruh dengan hal itu. Dan ia akan mencari jalan lain agar ia bisa menjadi pemimpin di perusahaan ini. "Lakukan pekerjaan kamu Arman. Saya mau project terbaru ini harus berjalan dengan lancar dan tidak terjadi masalah apapun," perintah Arnold dengan tegas. "Baik tuan," jawab Arman patuh. Sepeninggal Arman Arnold pun memilih untuk menghentikan pekerjaannya sejenak dan memilih untuk melihat pemandangan luar dari kaca di ruangnya. Ia tampak marah ketika lagi-lagi sang papa masih tak percaya untuk memberikan perusahaan ini kepadanya. Padahal sang papa tahu jika dirinyalah yang pantas untuk menjadi pemimpin di perusahaan ini. Karena selama ia bekerja disini, dialah yang membuat perusahan jauh lebih berkembang daripada sebelumnya. Tapi kenapa harus adik tirinya itu yang selalu menjadi nomer satu di hati sang papa. "Shittt....." Arnold hanya bisa mengumpat marah karena emosinya benar-benar tak terkendali. Tapi ia harus tetap menjaga wibawanya sebagai seorang yang penting di perusahaan. Ia akan buktikan kepada papanya jika dialah orang yang layak untuk memimpin di perusahaan ini. Arnold pun kembali melanjutkan pekerjaannya karena nanti malam ia kan bertemu dengan seorang wanita yang dikenalkan oleh salah satu sahabatnya. Sebenarnya Arnold tak terlalu memikirkan tentang percintaan atau bahkan pernikahan karena ia benar-benar ingin fokus dengan pekerjaannya saja. Tapi sahabatnya Yoga Darwin ingin memperkenalkan seorang wanita yang ternyata adalah sahabat dari istrinya Elina. Awalnya Arnold menolak tapi untuk menghormati niat baik sang sahabat Arnold pun menerima ajakan itu. Dan nanti malam mereka akan bertemu di sebuah restoran yang tak jauh dari kantornya. Malam pun semakin larut Arnold sudah berada di sebuah restoran yang sudah di janjikan sebagai tempat bertemu dengan wanita yang ingin dikenalkan oleh sahabatanya itu. Ia sudah berada di restoran ini hampir setengah jam lamanya tapi wanita itu tak kunjung tiba. Arnold sangat benci dengan orang-orang yang tak tepat waktu. Ia pun berniat untuk meninggalkan restoran itu sampai sebuah suara membuatnya membalikkan badannya. "Maaf apa anda Arnold Roger Levin?" tanya seseorang tepat di belakang Arnold. Arnold pun berbalik dan ketika berbalik ia langsung terpesona melihat siapa wanita yang ternyata akan dikenalkan kepadanya. Wanita dihadapannya ini benar-benar sangat cantik dan yang pasti menarik. Karena untuk pertama kalinya Arnold merasakan rasa asing pada dirinya ketika bertemu dengan seorang wanita. Dan itu membuat Arnold penasaran untuk mengenal siapa wanita itu. "Iya saya Arnold Roger Levin. Dan anda?" tanya Arnold balik. "Sebelumnya saya minta maaf terlambat datang kesini karena tiba-tiba saja ada pekerjaan yang harus di kerjakan. Dan perkenalan nama saya Renata Dewangga," kata Renata memperkenalkan diri. Wah Arnold terpesona melihat Renata? Apakah Renata akan menjadi rebutan antara Adrian dan juga Arnold?? See you next chapter... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD