Rahasia

760 Words
Bagai dihantam ombak. Aku sungguh terkejut mendengar fakta yang tak pernah kubayangkan. Atheisme? Aku sungguh tak menyangka bisa bertemu dengan seorang penganut atheisme dalam hidupku. Tidakkah dia berpikir tentang siapa yang menciptakan bumi dan seisinya, berbagai jenis mahluk dengan kegunaannya? Siapa yang bisa menciptakan segala hal dengan begitu sempurna kecuali Tuhan? Tak akan ada yang mampu? Tidakkah dia takut, suatu saat akan mati dan bertemu Tuhan? Membayangkannya saja membuat Rayyan bergidik ngeri. "Atheisme?" Ucapku terkejut. "Hmmm..." Pria itu hanya bergumam sebagai jawaban. Rayyan menggelengkan kepalanya saat menatap wajah Mr Felix yang sama sekali tidak merasa berdosa. Tak ada raut wajah ketakutan akan kemarahan Tuhan. Rayyan pun berpikir, hati pria di hadapannya memang sudah mati. Namun ada satu hal yang masih membuat hatinya merasa mengganjal. Yaitu tentang agama Aurel. Jika Mr Felix seorang atheisme, bagaimana mungkin Aurel muslim sejak lahir? Apakah ibunda Aurel beragama muslim? Tapi jika seperti itu, kemana ibu kandung Aurel? Semua rahasia keluarga ini membuatku penasaran. "Lalu Aurel, bagaimana bisa menjadi seorang muslim sejak lahir?" Ucapku hati-hati. "For what did you come on me? (Untuk apa kau menemuiku?)" Dia tak menjawab pertanyaan ku, tapi malah bertanya untuk apa aku datang padanya. Sungguh pria ini krisis sopan santun. Pantas saja putrinya begitu tertekan. "Mencari sebuah informasi penting." Ucap ku jujur. Saat ini aku memang sedang mencari informasi penting tentang masa lalu Aurel. Segala hal yang berhubungan dengan skizofrenia yang dialaminya. Tapi justru fakta lain yang kuterima. "For what?" Ucap Mr. Felix sambil menyesap sampanye di tangan kanan nya. Masih dalam posisi duduk dengan begitu tenang. "Untuk mengembalikan kondisi psikologis Nona Aurel. Saya harus mengetahui histori kehidupannya. Hal ini sangat penting sebagai acuan untuk saya mengambil sikap yang tepat." Ucapku berusaha merangkai kalimat dengan tepat. "Duduk lah. Mau minum?" Ucapnya. Aku pun duduk di sofa yang sama dengan Mr. Felix. Pria itu menunjukkan sebuah botol berwarna hitam. botol berlogo elegan yang aku yakini minuman keras kualitas terbaik di dunia. "Maaf saya tidak minum-minuman beralkohol. Karena minuman itu haram bagi agama saya." Ucap ku menolak dengan tegas. "I know... hanya basa basi saja..." Jawab pria tua itu enteng. Sungguh berbincang dengannya sama saja menyulut api dalam d**a. Membuatku ingin sekali menjahit mulut tajam nya. "Udah tau kok nawarin? Lagi ngetes emangnya?" Gumamku kesal. "Tidak sopan. Inikah calon menantu yang baik? Baru saja kau meminta putri saya. Dan sekarang berlaku tidak sopan. Ckckck ... kids jaman now.." Ucapnya tertawa. Apakah semua ucapan ku dianggap lelucon baginya. Sungguh di sini aku menjadi psikiater dadakan. Bukan badut dadakan. "Maaf. Bisakah kita bicara langsung ke intinya saja. Saya datang kemari untuk mencari informasi, bukan bercanda bersama anda. Saya rasa anda bukan teman bercanda yang asik." Aku berucap cukup kasar, aku memang tak suka bercanda dengan nya. Aku berusaha agar dia kesal dan segera bercerita lalu aku segera pergi dari sini. Pria itu terdiam menatap wajahku. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Aku tidak peduli. Yang aku butuhkan saat ini adalah informasi tentang Aurel bukan pendapatnya tentang diriku. Sungguh aku tak peduli tentang asumsinya terhadap diriku. Tak lama kemudian dia tersenyum miring. Dan dengan gerakan lamban menekan tombol kecil di cincin nya. Aku memperhatikan apa saja yang dilakukan pria itu dengan seksama. Rupanya Ruby cincin itu terbuka dan ada sebuah jarum di sana. Jarum apa itu? Aku penasaran. Hidupnya sungguh penuh dengan misteri. Mungkinkah dia akan mengungkapkan sebuah rahasia besar. Hingga semua itu disimpan dengan kunci yang aku bahkan tak menyangka bahwa cincin itu menyimpan sebuah jarum. Jika diperhatikan ujung jarum itu tak seperti jarum pada umumnya. Jika jarum pada umumnya berbentuk runcing, jarum itu sama sekali tidak runcing. Justru ada ukiran khusus dengan beberapa undakan tegak. Seperti sebuah kunci berukuran minimalis bagiku. Tapi apa benar itu sebuah kunci rahasia? Aku benar-benar penasaran. Mr.Felix mengarahkan jarum tersebut ke arah laci. Dalam sekejap laci di meja kerjanya terbuka. Rupanya benar, itu kunci rahasia. Aku hanya bisa ternganga dibuatnya. Sungguh aku tak pernah melihat kunci semacam ini. Aku baru sadar kini hidup di dunia yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dia mengambil sebuah album foto dann meletakkan album tersebut di atas meja. "Bukalah. Saya malas cerita." Ucapnya sambil membakar cerutu emas di tangannya. Aku pun segera mengambil album tersebut lalu membukanya. Rangkaian rahasia itu tersimpan dalam kumpulan foto masa lalu. Rahasia yang tertutup rapat. Bahkan mungkin Aurel sendiri tak pernah tahu apa di dalamnya. Lembar demi lebar kubuka. Kuperhatikan dengan seksama apa yang tergambar di sana. Merangkai neuron otak untuk memproses berbagai kemungkinan yang ada. Aku harus bisa mencerna semua ini. Karena Mr Felix tak mungkin membuang energinya hanya untuk bercerita perihal masa lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD