Bagian 05 – Tim Nomor 7

1217 Words
Bagian 05 – Tim Nomor 7 Ternyata Ethan yang menemukan Nyx dan Grave. Dengan penuh kecanggungan Nyx, Ethan, dan juga Grave lalu memutuskan untuk berjalan menuju titik awal. Setelah Nyx menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, mereka berdua kembali diam satu sama lain. "Er, jadi, naga ini namanya Grave?" tanya Ethan, untuk membuka pembicaraan. "Yap, kau benar." setelah kata sakral itu diucapkan, seketika di antara mereka kembali tercipta keheningan. "Mama." Grave berguling-guling di depan kaki Nyx. Membuat Nyx berulang kali melengos kesal. Ethan meliriknya dan hampir tertawa sebelum Nyx menatapnya tajam. "Grave, sudah berapa kali kubilang, aku bukan ibumu." ucap Nyx kesal, dia tak tahu harus berkata apa lagi dengan naga cilik ini. "Mama." dengan penuh rasa kesal, Nyx menghentakkan kakinya keras ke tanah dan memilih untuk berjalan lebih cepat. Ethan yang tersadar lalu ikut mengikuti irama langkah Nyx. Grave masih terus berlari-lari kecil mengikuti mereka berdua. Nyx, Ethan, dan juga Grave, akhirnya sampai ke titik awal. Mereka bertiga melihat bahwa mereka yang terakhir datang, hal itu terbukti dari adanya enam orang yang berkalung sama dengan Nyx. * Ketika aku sampai ke lapangan awal aku melihat sudah ada enam orang di sana, dan juga Gion tentunya. Mereka sedari tadi terus menatapku, em, kurasa bukan aku yang menjadi pusat perhatian mereka. Namun, naga kecil yang amat sangat menjengkelkan ini yang menjadi perhatian mereka. "Heh, benarkah itu seekor naga?" "Bukannya tak boleh membawa hewan mistis ya? Kenapa gadis itu membawanya?" "WAH, LUCUNYAA." bahkan ada yang berkomentar seperti itu. Entah ada angin ribut atau badai, Gion berjalan ke arahku. Dia lalu berjongkok di depan Grave yang masih sibuk mengejar ekornya sendiri, haduh, dasar Grave. Dengan lembut, Gion mengelus punggung Grave dan mengamati sayap Grave yang dibalut oleh sweaterku. "Siapa nama naga kecil ini?" tanya Gion mendongak ke arahku, dia tertarik dengan Grave rupanya. Aku mulai memikirkan nama yang pas dengan Grave. "Grave, Gravety Childragon." ujarku ngasal. "Grave, kau yang menemukannya?" Gion menatapku lagi, aku mengangguk menjawabnya. "Kau benar, ia terluka tadi." Gion meraba sayap Grave yang terbungkus oleh robekan sweaterku dan membuka ikatannya. Aku hendak mencegahnya namun Ethan segera menangkap tanganku. "Biarkan, dia tahu apa yang harus dia lakukan." ucap Ethan sambil tetap mencegahku. Awalnya aku mengernyit, lalu menoleh ke arah Gion kembali. Luka yang ada di sayap Grave lalu disentuh oleh telapak tangan Gion. Gion menggumamkan sesuatu dan muncul cahaya hijau dari telapak tangannya dan menyembuhkan luka Grave. Grave nampak biasa saja ketika lukanya dipegang. Aku mengernyit melihat tingkah Gion. "Gion keturunan dari dewi Hygeia, dewi kesehatan. Jadi wajar bila dia bisa melakukan pengobatan." ujar Ethan menjelaskan. "Nah, sudah sembuh Grave." Gion berdiri dan mengangkat Grave. Grave lalu terbang ke angkasa dan memutari pepohonan. Aku bersyukur dia pergi. Namun tebakanku salah. Grave kembali dan bertengger di bahuku. Aku bergidik ngeri melihatnya. "Haha, mungkin Grave menyukaimu." ucap Gion sambil terkekeh kecil. Menyukaiku? Oh tidak, kini hidupku tak akan setenang biasanya. * Tadi Gion memberi arahan tentang permainan berikutnya. Aku dan keenam orang yang berhasil harus mengumpulkan empat orang dan membentuk sebuah kelompok. Karena aku diurutan terakhir, maka aku adalah ketua dari tim tujuh. Setelah dibubarkan, aku langsung berlari ke kerumunan murid dan menarik Aster keluar dari kerumunan. "Satu." ucapku lalu aku mengedarkan pandangan. Hmm, siapa lagi yang harus kuajak? "Dua." aku terkesiap. Aku berbalik dan melihat Ethan berdiri disana. "Apa?" tanyanya datar, dia lalu berdiri di sebelah Aster. "Kau bergabung dengan timku? Padahal banyak tim lain yang menginginkanmu di tim mereka." ujarku sambil melihat ketua kelompok lain yang iri melihat Ethan berpihak padaku. "Memang kenapa? Lagipula tim ini tak terlalu buruk kok." timpalnya ringan. Aku menyipit sebal, s****n. Aku memutar bola mataku kesal dan kembali mencari anggota lainnya. Aku melihat Ethan berjalan ke arah gerombolan murid dan membawa dua orang laki-laki ke arah timku. “Tiga dan empat." ucapnya sambil mendorong kedua pria itu ke depan. Aku baru menyadari kalau kedua laki-laki itu ternyata kembar. Hanya salah satunya mengenakan kacamata dan satunya tidak. Juga warna mata mereka berbeda. Si kacamata memiliki iris light blue sedangkan satunya beriris violette. "Hai, aku Sai dan kembaranku ini namanya Dai." si violet berucap sambil merangkul kembarannya yang nampak cuek saja. "Eum, kau yakin Ethan?" tanyaku lirih sambil menatap Ethan. "Kau meragukan kami?! Dalam diriku mengalir darah dewa Poseidon dan saudaraku Dai mengalir darah dewa Aiolos!" sentak Sai marah. Aku terkejut dan mencari alasan untuk menenangkan mereka. "K-kau salah paham Sai, maksudku kalian ini sangat hebat. Tapi apa Ethan yakin memasukkan orang-orang hebat seperti kalian dalam kelompokku. Itu yang kumaksud." "Ooh. Kukira kau meragukan kami, hehe." Sai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, aku tersenyum lega saat dia sudah tidak salah paham lagi. "Jadi, kalian punya kekuatan Air dan Angin?" tanyaku memastikan ingatanku sendiri. "Yap, kau benar." Sai menyengir lebar. "Cepatlah, sebentar lagi game dimulai." Dai angkat bicara dengan datar. Hmm, ini namanya kembar beda dunia. "Err, ayo kita berkumpul disana." Aster yang sedari tadi diam lalu menunjuk ketempat kelompok lain berkumpul. "Ayo." ucap kami semua kecuali Aster tentunya. * "Baiklah. Karena kelompok kalian sudah lengkap, games selanjutnya akan segera dimulai. Bagi para murid yang gagal bisa berkumpul di Aula Akademi dan menonton dari balik layar hologram. Masing-masing kelompok akan dikirim ke sebuah dunia virtual dimana kalian akan ditempatkan di tujuh arah mata angin. Setiap kelompok akan diberi sebuah kunci, dan kalian membutuhkan sedikitnya 3 kunci untuk menang. Ketiga kunci harus diletakkan di pintu Gerbang Kompas yang terletak di tengah-tengah dunia virtual. Kami akan mengirim satu kelompok tambahan untuk menyerang kalian. Dan ingatlah sesuatu, rintangan tersebar dimana-mana. Kalian harus berhati-hati dan anggaplah ini sebagai pelajaran untuk pengendalian kekuatan, pelatihan menyerang dan juga bertahan. Apa kalian mengerti?" Gion masih menjadi pemandu acara, membuat banyak siswi menjerit histeris karena pesonanya. "MENGERTI!!" jawab semuanya serempak. "Waktu kalian maksimal 3 hari di dunia virtual dan waktu kalian dimulai dari-" Aku memejamkan mataku rapat-rapat, entah kenapa pening tiba-tiba melanda kepalaku. Aku juga merasa Aster memegang tanganku dengan sangat erat. "sekarang." "Kemari, kami butuh jantung itu ..." "Mata ... berikan aku mata ...," "D-dimana tanganku .." Aku sontak membuka mataku dan terkejut. "Dimana ini?" Sekelilingku saat ini bukanlah pemandangan hutan yang asri lagi. Namun sebuah kota usang dengan penuh hewan menjijikan seperti siput yang berevolusi seperti manusia namun gagal. Mereka berjalan, ah tidak! Mereka merangkak seperti menyeret-nyeret tubuh mereka yang nampak seperti, ewh. Tak dapat kujelaskan, hancur. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal di leherku. Ketika kulihat, ada sebuah kunci yang ditaruh disebelah bandul bintang di kalung bintang yang kudapatkan. "Lebih baik kita segera pergi dari sini." ucap Ethan. "Dai! Kita di arah mana?" tanyaku sambil berusaha memukul siput menjijikan itu yang mencoba menggapaiku. "Selatan, kita ada di arah selatan! Dan siput-siput menjijikan ini bernama ... Molk." Dai mengutak-atik ponsel hologramnya. Kami semua saling memunggungi satu sama lain. Membentuk sebuah lingkaran. Grave yang ikut dengan kami terbang di atas kami dan menyerang beberapa Molk yang mendekati kami. Aster yang ketakutan tanpa sengaja mengeluarkan cahaya bintang dari tubuhnya dan membuatnya sangat bersinar. Para Molk yang mendekati Aster tiba-tiba ketakutan dan merangkak menjauh. "Itu dia! Cahaya, ya! Para Molk ini rentan dengan cahaya!" teriakku. Aster yang langsung paham lalu mengeluarkan cahaya sebanyak mungkin dan membuat sebuah kubah yang menutupi kami berlima. Namun tiba-tiba muncul Molk dengan bentuk lain. Mereka seperti burung yang di gabungkan dengan kambing. Molk terbang itu tak takut dengan cahaya dan terbang masuk ke dalam kubah. Salah satu dari burung Molk itu menukik ke arahku sambil menajamkan kukunya. Aku tak sadar akan kedatangannya karena sibuk melawan burung lain. "NYX AWAS!!" aku menoleh dan melihat Molk itu terbang cepat menuju ke arahku. Aku segera membuat sebuah pedang dari kekuatan Malamku dan menebas burung itu. "Kerja bagus Nyx." puji Sai. "Baiklah. Kita urus dulu parasit mengganggu ini." Ethan menyeringai dan mengeluarkan pedang petirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD