Bagian 03 – Permintaan Maaf yang Tulus

1101 Words
Bagian 03 – Permintaan Maaf yang Tulus Aku mengikuti arah telunjuk Aster dan melihat pria yang kucari tengah tertidur pulas di ranjangnya. Pft, melihat tidur pulasnya membuatku ingin mengurungkan niatku untuk meminta maaf. Aku segera turun dari ranjang dan menghampiri Ethan yang masih tetap berada di ranjangnya. "Hei, kau mau kemana?" cegat Aster sebelum aku dapat melangkah pergi. Ugh, sebenarnya aku malu untuk mengatakannya. "Aku mau minta maaf." ucapku lirih sambil menunduk. Tanpa menunggu balasan dari Aster, aku langsung berjalan ke ranjang Ethan yang jaraknya hanya satu ranjang dari ranjangku. Ketika aku sampai di sampingnya aku lalu melihat wajahnya. Hm, benar-benar tampan. Ah! Apa? Otakku sudah konslet ya? Baru saja aku ingin pergi dan meninggalkan kewajibanku untuk minta maaf, tiba-tiba aku mendengar suara mengaduh. Ketika aku berbalik, aku melihat Ethan sudah sadarkan diri. Oh, bagaimana ini? Baiklah, tenangkan dirimu dan tetap cool. "Kau? Mau apa kau?" aku menyipit sebal mendengar suaranya yang menyebalkan. s****n orang itu. "A-anu, aku minta maaf." ujarku lalu membungkuk cepat dan melenggang pergi dari sana. "Err, tunggu dulu." aku berbalik kembali dan menemukan Ethan yang tengah duduk di ranjang dan menggaruk tengkuknya. "Apa?" tanyaku sambil menaikan salah satu alisku. "Aku juga mau minta maaf atas kejadian tadi." mataku membulat seketika. Seorang Ethan meminta maaf? Wah, aku hampir jungkir balik karenanya. Tanpa sadar, senyumku mengembang. Aku melihat pipinya memerah ketika meminta maaf tadi. "Apa yang kau lihat?" ucapnya sambil menggembungkan pipinya kesal, ahaha dia manis sekali. "Tidak apa-apa, hanya saja ...," aku ikut-ikutan menggantungkan kalimatku. "Hanya saja apa?" dia menyipit penasaran, aku menatap kebawah kearah sepatu yang tengah kupakai dan mengetuk-ngetukannya perlahan. "Hanya saja kau tampan." Ujarku lirih, aku tak tahu kenapa aku berkata demikian. Oh Nyx, kau benar-benar sakit. "Apa? Nampan?" aku menatapnya kesal, kurasa dia yang sakit. * "Tangkap ini!" "Hei, kemarilah! Sha*wn Mendes sedang live!" "HEYY, BOLPENKU! KEMBALIKAAN!" Sebenarnya tadi tak seperti ini, hanya saja Mr. Hurt mendadak ada rapat dan pergi meninggalkan kelas. Yah, jadilah pasar minggu dadakan. "Hai Nyx." aku menoleh. Seorang pria sebaya denganku berdiri sambil meletakkan tangannya di dalam saku celananya. "Err, hai juga." jawabku, dia mengulurkan tangan dan memberikan senyuman lima jari miliknya. "Gionuer Azuvent Jinave. Panggil saja Gion." aku membalas ulurannya dan tersenyum simpul. "Nyxabella Augreen. Nyx." Dua puluh detik berlalu, namun tangannya tetap berada di genggamanku dan membuatku sedikit tidak nyaman. "Anu ... bisa lepaskan?" Gion lalu melepaskan tangannya dan menggaruk rambut coklatnya malu. Aku juga menunduk salah tingkah. Kendalikan dirimu Nyx, kenapa kau lemah sekali dengan pria berparas tampan sih. "Wah, wah, kenapa pangeran Gion ada disini? Bukannya kau adalah kakak kelas?" aku mengerjap, ternyata Gion adalah kakak kelas. Lalu mengapa dia ada di sini? Tiba-tiba Ethan datang dan merangkul Gion dari samping, aku mengernyit melihat kedekatan mereka berdua. "Kau kenal Gion?" tanyaku. "Tentu saja, dia salah satu temanku." tunggu, sejak kapan nada bicara Ethan menjadi sesantai ini padaku? Wah, ini sangat menakjubkan. "Apa?" tanya Ethan karena sedari tadi terus kuperhatikan. "Ah, tidak apa-apa kok." ujarku sekenanya lalu mengalihkan pandanganku ke arah lain, sementara Gion dan Ethan berbincang kecil. Mungkin Gion ke sini ingin menemui Ethan. "Cek, cek. Halo, semuanya harap mendengarkan." Muncul suara dari speaker yang dipasang di kelas, membuat semua murid berhenti sejenak dari aktivitasnya dan mulai mendengarkan. "Karena besok adalah perayaan Tujuh Bintang, maka sekolah kita akan mengadakan festival tahunan. Bagi murid baru yang belum mengerti tentang festival ini harap bertanya pada kakak kelas untuk penjelasan lebih lanjut. Terima kasih." Mendengar pengumuman itu aku mengernyit, ternyata ada festival merayakan Tujuh Bintang di sekolah ini. Bagi kalian yang belum tahu Tujuh Bintang itu apa, biar kuberitahu. Tujuh Bintang adalah ungkapan bagi Tujuh Archangel yang turun dari surga dan menyelamatkan Esmerde dari p*********n kerajaan musuh. Sebagai rasa terimakasih, rakyat menjadikan hari itu sebagai hari Tujuh Bintang dan mengadakan festival besar-besaran di alun-alun kota. Aku baru tahu kalau sekolah ini juga merayakannya. "Gion, kau ini kakak kelas kan? Katakan pada kami apa festival yang dimaksud speaker tadi." titah Ethan sambil menatap Gion. "Oh, itu hanya festival biasa. Besok kita diharuskan bangun pukul 04.00 pagi dan berbaris di hutan Stanwood. Disana kita harus mencari hewan mythologi yang dilehernya melingkar kalung berbandul bintang. Ada tujuh hewan berbeda jenis yang diberi kalung bintang. Dan orang yang menemukannya harus memakainya dilehernya dan kembali ke basecamp. Setelah itu orang-orang yang berhasil menemukan Kalung Bintang harus memilih 4 orang untuk dibuat kelompok dan memainkan sebuah games yang peraturannya adalah merebut atau direbut. Kelompok yang menang akan diberi kehormatan besar dan diberi hadiah. Di malam puncak akan diadakan pesta masquarade dan perayaan kembang api. Pasti menyenangkan kalau kalian ikut." tutur Gion panjang lebar. "Mmm, aku akan ikut." ucapku tiba-tiba karena sepertinya itu akan menarik dan seru. "Aku juga." Ethan menimpali. "Kalau Nyx ikut aku juga akan ikut." Aster yang sedari tadi diam lalu angkat bicara. "Wah, kalian bersemangat sekali rupanya." puji Gion senang, lesung pipinya tercetak jelas di wajahnya. Tiba-tiba suara bel istirahat menukas pembicaraan kami. Para murid mulai berhamburan keluar dan menuju tempat istirahat mereka. Aku langsung menarik lengan Aster dan menyeretnya keluar. Ah, Aku lapar sekali. * "Kau mau pesan apa Nyx?" tanya Aster padaku setelah kami duduk di salah satu bangku kantin akademi yang terbilang sangat luas ini. "Sama denganmu saja." timpalku enteng, seleranya hampir sama denganku. "Baiklah, kami mau pesan dua es coklat dan dua kebab besar dengan ekstra mayo. Mmm, ditambah dua kentang goreng ukuran sedang ya." Aster berucap sambil melihat menu yang diberikan oleh pelayan kantin. Setelah beberapa lama, akhirnya pesanan kami datang. Aku langsung menyantapnya tanpa ampun dan menelannya bulat-bulat. "Kau ini lapar atau doyan?" ledek Aster, dia menatapku yang tengah fokus menelan semua makanan di mulutku. Kini aku sangat mirip dengan tupai yang menyimpan kacang di kedua pipinya. "Dhua-dhuanyha, uhuk!" tanganku bergerak mencari minuman dan langsung menenggaknya habis. "Huahh, selamat." aku menghela nafas lega, takut jika makanan itu justru masuk ke tenggorokan bukannya kerongkonganku. Membayangkannya saja pun sudah mengerikan. Aster hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Aku kembali melanjutkan makanku dengan lahap. BRAK! Aku terkejut bukan main ketika sebuah tangan menggebrak meja yang kutempati dan Aster sehingga membuat makananku tumpah sia-sia. "Makananku ...," ratapku lirih, kebabku yang tersisa separuh jatuh tepat di depan kakiku. Aku menggeram kesal. "HEI!!" aku mendongak secara refleks dan melihat nyonya Wicellia Jovian yang terhormat sedang menatapku marah. Haish, mengapa cabe bundar itu lagi, sih? "Ada apa?" ucapku berusaha setenang mungkin. Aku harus mengendalikan kemarahanku. Hei, siapa yang tidak marah bila makanannya terbuang sia-sia? Apalagi kalau mahal. "Katakan padaku, kau, kau menyukai Ethan kan?" Aish, pertanyaan tak bermutu. "Tidak." aku menjawab dengan malas. "Jangan bohong! Aku melihatmu berduaan dengan Ethan di kelas tadi!" "Berduaan? Yang ada itu berempatan. Aku, Ethan, Gion, dan Aster. Matamu sudah rabun ya?" ujarku sinis. Wicellia nampak kesal karena jawaban yang aku berikan dan mengepalkan tangannya. Dia lalu pergi dari hadapanku sambil menghentakkan kakinya kesal. Awas saja kau, batin Wicellia kesal. Aku pun segera menyelesaikan makanku dan berdiri. "Kau mau kemana?" tanya Aster saat melihatku mulai berjalan meninggalkan kantin dengan suasana hati yang buruk. "Ke taman, aku ingin sendiri."              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD