Bagian 10 – Penyatuan Kekuatan

1472 Words
Bagian 10 – Penyatuan Kekuatan             Tang! Pedang lawan terjatuh, dan dengan satu lesatan, kini mata pedang Nyx sudah tersiaga di ambang lehernya. Pria yang diperkirakan sudah berkepala 3 itu menggertak takut, sebelum kepalanya menggelinding bebas dari tempatnya. Nyx sudah menghabisi sekitar tiga orang sementara Ethan yang berada tidak jauh darinya tengah berhadapan dengan yang lainnya. Aneh, ini aneh. Nyx melihat arwah yang keluar dari raga orang itu, bukannya partikel cahaya. Dia mengernyit, kenapa orang itu benar-benar mati? Ini kan hanya dunia virtual, dan orang yang kalah dalam dunia virtual akan kembali ke dunia nyata. "Terima kasih, nona kecil." ujar arwah itu sebelum ia berbalik dan menghilang. "T-tunggu dulu, apa itu? Apa yang sebenarnya terjadi?" Nyx membelalak, dia benar-benar membunuhnya! Nyx pergi dari tempat itu secara segera, Grave yang tengah menggigit kaki salah satu dari mereka segera mengikuti Nyx. Nyx menghampiri Ethan yang baru saja selesai menghabisi beberapa orang. "E-ethan," panggil Nyx dengan nada takut. "Aku tahu apa maksudmu." Ethan berucap tiba-tiba, membuat Nyx mengernyit bingung. "Kau pasti ingin bertanya, mengapa orang-orang ini tidak berubah menjadi partikel cahaya, kan?" Nyx mengangguk mendengar ucapan Ethan, Ethan mencabut pedang yang menancap di jantung seorang mayat, dan menaruhnya di punggung. "Mereka-mereka yang mati, disebut 'Yang Terperangkap'." Ethan mendengus, saat melihat ada beberapa orang lagi di sana, di arah jam 2 dengan jarak sekitar 200 meter. "Apa maksudmu dengan kalimat 'Yang Terperangkap'?" Ethan mencebik kesal, "Nanti saja kuberitahu, lihatlah, mereka datang lagi." Nyx mengela nafas, ia harus terbiasa dengan sifat Ethan ini, me-nye-bal-kan. Nyx lalu melempar pedangnya bak tongkat mayoret di udara, dan mengubahnya menjadi sebuah busur. "Lagi-lagi busur kematian, huh?" Ethan mencibir, Nyx menyunggingkan senyuman liciknya. "Tutup mulutmu, atau akan kubuat kau tak bisa bicara dalam 3 jam ke depan." ujar Nyx, Ethan memalingkan wajahnya kasar. s**l, dia mengerjaiku, batin Ethan. "Baiklah, mari kita urus kawanan zombie itu." Nyx menarik tali busur, dan secara ajaib muncul tiga anak panah di sana. Dia melepaskan pegangannya, dan membiarkan ketiga anak panah itu melesat. Anak panah yang awalnya berjumlah tiga, mengganda di setiap detiknya, dan menghantam kawanan orang-orang itu dengan hujaman panah. Beberapa orang tersisa, mereka lalu berlari sambil mengacungkan s*****a mereka. Ethan menggenggam pedangnya erat, dan mengubahnya menjadi tombak bermata dua. "Kau siap, Nyx?" tanya Ethan.                                          "Selalu," jawabku dengan penuh percaya diri. * Kini, terlihat lima orang mengerubungi gadis berambut sewarna awan tersebut. Mereka bertampang sangar, dan rata-rata berjenis kelamin laki-laki. Nyx yang terkepung memposisikan dirinya dalam kuda-kuda rendah, sembari berputar kecil bila ada serangan yang hendak datang. Busurnya ia pegang erat, dan Nyx sudah menyiapkan sebuah anak panah di sana. Dengan hati-hati, Nyx mengalirkan energinya ke dalam anak panah itu, dan membuatnya bertambah pekat. Salah satu dari mereka maju dan mengayun tombak-nya, Nyx menghindar dan berputar, lalu dengan satu tarikan, ia melepaskan anak panah itu ke leher pria kurus itu. Pria itu tumbang, dan arwahnya keluar. Melihat itu, mereka yang lain ikut menyerang Nyx bersamaan. Mereka menghantam Nyx secara brutal, Nyx hanya bisa menhindar dan menyerang mereka dengan busur kosong. Sial, pemanah bukan petarung jarak dekat, bodoh! Nyx melempar busurnya ke atas, dan mengubahnya kembali menjadi pedangnya. Ia menyabitkan pedangnya ke perut orang-orang yang ia anggap sebagai 'zombie'. Tiba-tiba dari kilatan pedang miliknya ia menangkap sesuatu, lebih tepatnya seseorang yang akan menyerangnya dari arah belakang. Nyx mengubah pegangan pedangnya, ia memposisikan pedang dengan ujung pedang di bawah belakang. Nyx menusuk orang di belakangnya tanpa melihat siapa yang ia tusuk, ketika Nyx berbalik dan mencabut pedangnya, ia kaget bukan main saat melihat orang yang telah ia tusuk. Orang itu masih kaku dengan posisinya, orang itu memegang belati yang hendak ia tusukkan ke punggung Nyx. Perlahan, tubuhnya menghilang, dan berubah menjadi partikel cahaya. Ya, orang itu bukanlah 'Yang Terperangkap'. "Wicellia?" monolog Nyx setelah Wicellia menghilang, dia benar-benar tak menyangka perbuatan rendah gadis itu. Wicellia bisa saja melukainya bila Nyx tak merasakan akan keberadaan seseorang tadi. "Argh!" Nyx menoleh refleks, dan melihat Ethan yang terpental. Ethan menabrak pohon dan tersungkur, pria itu beberapa kali batuk darah. "Ethan!" Nyx berlari menghampiri Ethan, dan beberapa kali menepuk pipinya. "H-hei, kau mendengarku?" kekhawatiran sudah menyelimuti emosi Nyx saat ini. "Tentu saja bodoh, aku masih punya telinga." jawabannya benar-benar membuat Nyx bingung, entah ia harus senang atau marah. Nyx berdiri, dan berbalik melihat rival Ethan. Dia seorang pria, berjubah dan memiliki aura hitam yang kuat. Di sekelilingnya, terlihat begitu banyak bayangan yang mengelilingi tubuhnya. Nyx bingung, pria itu terlihat familiar baginya. "Siapa kau?" pertanyaan yang lebih terdengar seperti menuntut itu membuat sang pria tergelak. "Benar-benar, sepertinya Ellusa tak menanamkan memori akan diriku padamu." pria itu mengatakan hal aneh, dan membuat Nyx mengernyit. "Siapa Ellusa?" tanya Nyx kembali. "Untuk apa aku memberitahumu, cari tahu saja sendiri. Kau datang untuk membunuhku kan? Mari kita lihat, seberapa jauh kau bisa mengimbangi rival beratku, Ellusa." ujarnya kembali, mungkin pria itu tak tahu, namun otak Nyx agak sedikit lambat untuk mencerna sesuatu selain di bidang akademik. Nyx memutar bola matanya jengah, lalu berlari sambil menghunus pedangnya. Pria itu membuat dinding bayangan, dan membuat Nyx terpental. Ia terpental di sebelah Ethan. "Ternyata masih lemah," gumam pria itu. Nyx mengepalkan tangannya marah, ia belum kalah! Nyx berdiri dan mengambil pedangnya kembali, lalu berlari lagi ke arah pria itu. Lagi-lagi, ia terpental saat berusaha menembus dinding bayangan itu. Nyx terpental dan menabrak pohon yang sama dan terjatuh kembali di samping Ethan. Nyx yang terjatuh dalam posisi tengkurap, terbatuk dan mengeluarkan darah. Ethan yang telentang menoleh, dan melihat gadis itu menyipit saat menatapnya. "Apa yang kau lihat, huh? Aku masih belum kalah." Nyx mencoba berdiri kembali, dengan tumpuan pedangnya. Lalu tiba-tiba pandangannya menangkap sebuah siluet, Grave dengan beraninya terbang ke dinding itu dan menabraknya. Namun dengan k**i, salah satu bayangan itu menangkap Grave dan melemparnya ke batuan besar. Grave menabrak batu itu keras dan jatuh tak sadarkan diri. "Grave ..." ujar Nyx lirih, entah kenapa sesuatu kini tengah membuncah di jiwanya. Ia merasa ingin memuntahkan emosinya, namun tenaganya terlalu lemah. "K-keterlaluan .." lirih Nyx sambil mengeratkan pegangannya pada pedang miliknya. Pria itu menoleh saat muncul aura hitam yang mengelilingi raga Nyx. "Sudah mulai muncul, baguslah." gumam pria itu. Pria itu melihat, ada aura yang muncul dari tubuh gadis itu. Aura itu bak pusaran angin kuat yang menerbangkan seluruh helai rambut Nyx, bahkan mengubah ujung rambutnya menjadi kehitaman. Mata Nyx yang berwarna langit itu kini menggelap, diiringi dengan munculnya tanda hitam memanjang yang memenuhi wajah putihnya. "KETERLALUAN!" Nyx mencabut pedang itu cepat dan melesat kilat, dengan satu tusukan, dinding bayangan itu pecah bak kaca dan berserakan. Nyx yang masih lepas kendali itu menghunus pedang ke pria itu dan menusuk jantungnya. Sungguh tak terduga, tak ada perlawanan dari pria berjubah itu. Pria itu menerima tusukan yang tiba-tiba menghunus jantungnya. Pria itu lalu terjatuh ke jurang, dan menghilang di balik kabut tebal bersama seluruh bayangannya. Perlahan, ketika cuaca mulai kembali terang, mata Nyx mulai kembali terang seperti sediakala. Tanda di wajahnya mulai memudar dan menghilang, ujung rambutnya pun kembali berwarna putih seperti sebelumnya. Nyx kembali mendapat kesadarannya. "Ethan, Grave!" Nyx menghilangkan pedangnya, dan menyerapnya menjadi sebuah energi. Lalu dengan cepat ia berlari terseok ke arah Grave yang tersungkur. "Grave ..." Nyx mengangkat tubuh mungil naga itu dalam pelukannya, dan mendekapnya erat saat melihat mata yang biasanya terlihat ceria, sekarang tertutup rapat. Nyx berjalan ke arah Ethan yang masih terbaring lemas, dan duduk di sebelahnya. "Kau hebat, malam." pujinya, Nyx tertawa kecil. "Lagi-lagi kau memanggilku dengan sebutan menyebalkan itu, petir." Ethan mencibir dalam sakitnya, membuat Nyx kembali tergelak. Tiba-tiba, cahaya dengan intensitas redup muncul dari lehernya. Ketika cahaya itu menghilang, kalung yang ia temukan itu sekarang penuh dengan kunci. Tunggu ia telah menang? "Ethan ...," panggil Nyx lagi, Ethan menoleh lemah. "Ya, kau menang Nyx. Sepertinya pria tadi yang mengalahkan semua kelompok yang datang kemari." Nyx semakin menganga, secepat itu? "Lalu ... apa?" Ethan membuat raut jengah atas pertanyaan Nyx yang sangat tak bermutu. "Pergilah ke gerbang kompas, lihatlah di depanmu." Nyx menoleh, dan memandang lurus dari sini. Wah, dia melihat sebuah gerbang emas dari sini. Itukah gerbang kompas? Nyx meletakkan Grave di sisi Ethan, dan berdiri. Dia berjalan ke arah gerbang raksasa itu, dengan irama yang terdengar di setiap langkahnya. Dengan rabaan halus, Nyx mencari lubang kunci dari gerbang ini. Ah, dia menemukannya! Nyx melepas kalung itu dan melorot semua kunci yang tergantung di sana. Dia memasukkan kunci itu berdasarkan bentuk dari kunci itu sendiri dan mencocokkannya dengan lubang kunci yang terdapat di sana. Do. Re. Mi. Fa. So. La. Si. "Do," ujar Nyx datar menyambung tangga nada itu. Setelah semua kunci terpasang, Nyx mundur beberapa langkah saat gerbang itu mulai terbuka. Cahaya terang langsung memasuki indra penglihatan Nyx seketika itu juga. Dengan telapak tangan, ia menutup kedua bola mata-nya yang terpejam rapat. Cahaya itu terlihat meredup, dan membuat Nyx memberanikan diri untuk membuka matanya. Dia tersenyum kecil saat melihat dirinya kembali, kembali ke dunia nyata. Ya, aku pulang. Nyx sempat mengedarkan pandangan ke penjuru aula Akademi sebelum tubuhnya ambruk dan ia kehilangan kesadaran. Di sisi lain, dibalik sebuah batu besar yang tertutup oleh tebalnya kabut, pria berjubah itu berdiri. Dia menyingkap tudungnya, dan memperlihatkan rambut gelapnya. Pria itu lalu mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, sebuah liontin. Liontin berbandul hati yang berwarna indigo itu ia genggam dengan erat, bibirnya meringis kecil. Sesaat kemudian, muncul senyuman di sana. "Seperti yang kau bilang Ellusa, dia benar-benar mirip denganmu."                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD