Bagian 02 – Pertarungan yang Seimbang

1351 Words
Bagian 02 – Pertarungan yang Seimbang Sialan. Ternyata si Setan, eh. Ethan maksudku. Mau apa lagi dia kesini? Mau mengajakku bertanding sumo, huh? "Hei, aku memanggilmu. Malam." aku melengos, lalu menoleh ke arah wajah sok dinginnya itu. Benar-benar sok, membuatku sangat ingin meninjunya saat ini juga. "Iya, petir?" ledekku balik, dan dia tersinggung. Kedua alisnya ditautkan kesal setelah mendengar ejekanku. Lihat, dia juga tidak suka diejek seperti itu bukan. "Beginikah caramu berbicara, malam?" dia bersedekap dan menatapku tajam. Kini kami berdua menjadi pusat tontonan anak-anak di kantin. "Oh tentu saja tidak tuan petir. Si 'malam' ini tentu punya nama, dan namanya adalah Nyx, bukan malam." ucapku sakartik, boleh juga nyalinya. "Dan pria yang kau panggil 'petir' ini juga punya nama, tidakkah kau mengetahuinya?" dia semakin kesal, kini kami saling beradu tatapan seolah ada arus listrik yang keluar. "Oh benarkah? Tetapi, meski aku tahu-pun aku juga tak akan pernah memanggil namamu." teman-teman Ethan yang berdiri di belakangnya cekikikan mendengar ucapanku. Rasakan itu tuan petir bodoh. Ethan menggeram, tangannya mengepal. Dia nampak tengah menahan emosinya yang sudah tak terbendung lagi. Tunggu-tunggu, kurasa dia mau meledak sebentar lagi. "Baiklah! Nyx, aku menantangmu untuk berduel denganku di arena, sekarang." Ethan berucap kesal, aku kaget mendengarnya. Aku memikirkannya sebentar, lalu segera menarik senyum simpul ke arahnya. "Hmph, tantangan yang menarik. Aku terima tantanganmu." ucapku tenang dan mengundang banyak tuaian kasar. Huft, biarkan saja anjing menggonggong. Ethan juga tersenyum puas saat mendengar persetujuanku. Aku merasa ada yang tidak beres. "Baiklah, sekarang kita ke arena." Dalam sekali kerjapan mata, aku sudah berpindah dari kantin ke tengah arena. Di sisi lain aku melihat Ethan berdiri di sana. Semua murid juga sudah berkumpul untuk melihat pertandingan dadakan ini. Lumayan tontonan gratis. Aku resah, kupikir dia hanya bercanda. Ternyata aku salah, Ethan tak akan bermain-main dengan ucapannya. Aku melirik ke sampingku. Ada sebuah pedang yang tertancap di sana. Tetapi, kenapa bisa ada pedang di sana? Ah, entahlah. Aku sudah cukup pusing. Sebenarnya aku bisa menggunakan pedang namun masalahnya tak terlalu mahir. Aku lalu mengambil pedang perak itu dan menatapnya nanar. Pedang ukuran sedang itu kurasa bisa membelah kayu ukuran tanggung dan juga bisa membelah tubuhku tanpa ragu. Aku mengacungkan pedang itu ke depan dengan kedua tanganku. Lalu aku bersiap dengan kuda-kuda. Kulihat Ethan nampak santai saja sambil membawa pedangnya yang cukup besar. Oh baiklah, kurasa aku akan menyapa sesuatu yang bernama kekalahan. Tapi dia tak tahu kalau aku benci kekalahan. "PRIITTT." suara peluit sudah menggema di arena, Ethan nampak biasa saja dan tak ingin menyerang, dia seolah menungguku maju. Entah kenapa tanganku terasa gatal karena ingin menyerangnya. "Baiklah, bila kau tak ingin maju, biar aku yang maju." gumamku. Aku langsung mengambil langkah cepat dan berlari ke arah Ethan, kuhunuskan pedangku ke arah jantungnya. Namun, ketika aku sudah sangat dekat dengan dirinya, aku mendapati gerakanku terhenti dengan sendirinya. Degup. degup. Tepat di depan Ethan, aku berhenti secara tiba-tiba. Detak jantungku pun terasa lambat dan mengeras dengan sendirinya. Aku menatap Ethan yang menyunggingkan seringaian aneh di wajahnya. "Lihat, gadis angkuh itu terkena sihir pembeku raga oleh Ethan. Nampaknya Ethan sudah benar-benar marah." "Iya, kau benar." Mendengar ucapan para gadis itu aku langsung menatap Ethan dengan pelototan tajam. Ethan menatapku bengis setelah seringaian mengerikan miliknya, sepertinya dia sangat marah padaku. Jadi, aku yang salah?! Apa salahku sebenarnya?! Bukan mauku untuk memiliki kekuatan yang bertolak belakang dengan kekuatannya. Entah kenapa, namun api hitam mulai ke luar dari tubuhku secara tiba-tiba. Api itu melenyapkan sihir Ethan dan membuatnya menjadi kepulan asap tak berguna. Dan nampaknya Ethan pun terkejut dengan munculnya api hitam ini. Setelah bebas, aku langsung salto ke belakang dan mendarat dengan sempurna. Ku genggam pedangku erat dan mulai melancarkan serangan. Aku berkali-kali mengayunkan pedangku ke arah Ethan namun dia masih bisa menangkisnya. Ethan tak bisa menggunakan sihirnya karena dia jelas waspada dengan api milikku. Ugh, aku bersyukur telah dianugerahi kekuatan ini. Disaat tengah berduel ketat, api milikku tiba-tiba mengalir dengan sendirinya menuju ke pedangku. Api itu menyatu dengan pedangku dan mengubah warna pedang yang tadinya perak kini menjadi hitam pekat. Aku juga merasakan kekuatan aneh yang tersemat di dalam pedang itu. Ketika aku mengayunkan pedangku kembali ke pedang Ethan, pedangnya langsung retak dan patah.  Aku tak percaya ini, Ethan pun menganga melihatnya. Pedang yang ukurannya empat kali lebih besar dari pedangku bisa dikalahkan dengan satu ayunan. Ethan geram, ia lalu mengangkat tangannya dan menggumamkan kata-kata. "Wahai Zeus yang agung. Pinjamilah aku pedang suci." begitulah ucapannya. Aku masih bingung, apa? Apa yang dia katakan tadi? Aku langsung kelabakan melihat pedang suci tiba-tiba muncul di tangan Ethan. Dia itu benar-benar berniat untuk membunuhku ya?             “Wah lihat! Itu Excalibur!”             “Ethan benar-benar sangat tampan,”             “Aku bahkan mau satu botol keringatnya untuk kubawa pulang!”             “Dia masa depanku!”             “Apa?! Dia jelas-jelas calon pacarku!” Ugh, bisikan setan di mana-mana selalu membuat pikiran kacau. Jelas-jelas kami sedang bertarung, namun kumpulan gadis itu justru meneriaki ketampanan Ethan. "Hei malam, kau melihat apa?" ucapannya langsung membawaku kembali ke dunia nyata. Aku tiba-tiba berpikir, bila Ethan bisa melakukan itu pada dewa Zeus. Aku juga bisa melakukannya pada dewi Nyx. Akupun mengangkat tanganku. Aku menirukan ucapan Ethan namun dirubah sedikit. "Wahai Nyx yang agung. Pinjamilah aku s*****a terkuatmu." ucapku tak terduga. Aku pun juga tak tahu kenapa kata-kata itu yang meluncur keluar, tapi tak apa lah. Wuuush. Dari langit-langit terlihat sebuah pusaran hitam yang berputar bak portal. Dari dalam portal itu muncul sebuah busur lengkap dengan anak panahnya. Busur berwarna hitam pekat itu jatuh di depanku dan tertancap di sana. “I-ini kan ..” aku menggantungkan ucapanku karena saking terkejutnya. "Ini busur kematian." lanjutku tegang. Salah satu s*****a pamungkas milik dewi Nyx kini berada tepat di depan mataku. Aku mencubit pipiku sendiri untuk memastikan ini kenyataan atau aku sedang bermimpi. "Oh, busur kematian rupanya." ujar Ethan sakartik. Huh, aku sangat geram terhadap sikap angkuhnya. Tanpa tanggung-tanggung kuambil busur itu dan mengambil ancang-ancang. Aku menargetkan panahku tepat di jantung Ethan. Jangan berpikir aku ini kejam, hm. Ethan juga menyiagakan pedang suci-nya di depan d**a. Tentu saja untuk melindungi organ vitalnya. Aku mengambil satu anak panah berwarna sama pekatnya dengan busur itu dan menaruhnya di busur. Kutarik tali busur hati-hati, menfokuskan ke arah target yang ku tuju.             Set! Anak panah itu melesat dengan kecepatan tinggi dan menuju tepat ke arah Ethan. Ethan dengan sigap menagkis panah itu ketika panah itu hampir mengenai jantungnya. Aku menyeringai. "Kau terlambat." ucapku puas dan membuat Ethan mengernyit. * Ternyata, ketika Ethan fokus dengan panah yang menuju ke arahnya, Nyx sudah melepaskan satu anak panahnya lagi dan menarget punggung Ethan yang tengah lalai dari penglihatannya. Jleb! Panah itu menancap di bahu belakangnya. Panah itu memang beracun, namun hanya racun mati rasa. Tubuh Ethan menegang seketika, dia lalu terjatuh dengan tubuh terlentang. Nyx tiba-tiba ikut jatuh setelah busur miliknya menghilang menjadi butiran partikel hitam di udara. Jadilah semua orang disana bingung, kedua peserta sama-sama pingsan. Tim medis bermunculan dari segala arah. Ethan dan Nyx lalu ditandu ke ruang UKS. Karena pertandingan sudah selesai, semua murid pun bubar. Tak ada yang peduli kondisi kedua murid itu. Yah, kecuali para penggemar Ethan dan juga Aster yang khawatir akan keadaan Nyx. * "Engh .." kesadaranku mulai kembali, kepalaku saat ini rasanya seperti tertusuk ribuan jarum. Ketika kelopak mataku mulai bergerak membuka, mataku kembali menyipit. Menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang masuk ke mataku. Pemandangan yang pertama kali kulihat adalah gambaran Aster yang tengah menatapku khawatir. Air mata mengalir deras membanjiri pipi bulat miliknya. "Aster, kenapa aku di sini? Apa yang terjadi?" tanyaku sambil berusaha untuk duduk. Bukannya menjawab Aster justru memelukku dengan erat. Membuat tubuh pegalku ini terasa semakin menjengkelkan. "Hei, badanku." ujarku sambil meringis sakit. "Oh? Maaf Nyx, aku sangat, sangat, sangat khawatir kepadamu." ucap Aster sambil terus menangis. "Memang aku kenapa?" tanyaku bingung. Yah, aku tak ingat apapun. Setidaknya aku tak usah kembali mengingatnya setelah melihat bagaimana Aster menangis. Karena aku tahu, pasti itu kejadian yang buruk. Plak. Tiba-tiba Aster menampar lenganku. Mukanya merah padam. Aku membelalak terkejut, kenapa dia menampar lenganku? "Kau ini! Sudah kubilang untuk tidak menerima tantangan Ethan! Namun kau menerimanya dan kau," jeda 1 detik "dan kau jadi seperti ini." teriaknya namun di akhir kalimat jadi melembut. Apa? Tantangan? Ethan? Oh iya, aku akhirnya ingat akan hal itu. Tanpa menunggu lama aku langsung celingak-celinguk kesana dan kemari. Aster mengikuti edar pandangku secara spontan. "Kau mencari siapa?" tanyanya bingung "Aku? A-anu, Ethan." ujarku malu. Dia memang yang menantangku tapi kurasa aku harus minta maaf padanya karena membidiknya dengan panah. "Dia di sana." aku menoleh ke arah telunjuk Aster diacungkan dan menemukannya di sana, sedang terbaring di atas ranjang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD