Afifa berjalan dengan cepat keluar dari lingkungan kampusnya. Ia berniat untuk mencoba mencari lagi gantungan kuncinya di toko buku kemarin. Ia berharap semoga gantungan kuncinya ditemukan disana.
Afifa berhenti dipinggir trotoar depan kampusnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari taksi yang melintas di depan kampusnya. Setelah mencari-carinya, Afifa menemukan satu taksi yang melintas di depan kampusnya, kemudian ia memberhentikan taksi itu.
"Taksi!!" teriak Afifa pada sopir taksi tersebut. Taksi itupun berhenti. Setelah berhenti, Afifa memasuki taksi tersebut.
"Pak. Tolong antar saya ke Jalan Jenderal Basuki Rahmat!!" ucap Afifa pada sopir taksi itu.
Sopir taksi itu mengangguk. "Baik mbak"
"Cepetan pak!" kemudian taksi itu berjalan ke alamat yang diberitahukan oleh Afifa.
Tanpa disadari oleh Afifa, ada sepasang mata yang melihat Afifa pergi dari kampus sebelum jam kuliah selesai. Dia adalah Akhtar.
Karena Akhtar penasaran, Akhtar langsung berlari menuju ke parkiran mobil dan mengambil mobilnya. Setelah sampai di tempat Akhtar memarkirkan mobilnya, tidak menunggu lama lagi Akhtar langsung menaikinya dan menginjak gas keluar dari area kampus.
Sudah 30 menit Akhtar mengikuti taksi yang ditumpangi oleh Afifa yang entah kemana perginya. Akhtar semakin dibuat penasaran, karena taksi Afifa berada di area yang jauh dari kampus. Padahal, jam kuliah akan dimulai setengah jam lagi.
"Kamu mau kemana Afifa??" gumam Akhtar.
Akhtar terus mengikuti taksi Afifa hingga taksi itupun berhenti disebuah toko buku yang Akhtar kunjungi kemarin.
Akhtar mengernyitkan dahinya, "Mau ngapain dia kesini?"
Akhtar memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang sudah disediakan oleh pemilik toko buku.
Afifa menuruni taksi dengan menenteng tas warna hitam yang sudah menjadi tas favoritnya dari dulu. Kemudian, Afifa memasuki toko buku yang kemarin ia kunjungi.
Mengetahui Afifa keluar dari taksi, Akhtar langsung mengikuti langkah Afifa yang membawa langkahnya menuju ke lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, Afifa menghentikan langkahnya. Ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Afifa pun langsung menoleh ke belakang.
Melihat Afifa yang mulai curiga karena diikuti olehnya, Akhtar langsung bersembunyi dibalik tembok di sekitarnya.
Saat Afifa menoleh ke belakang, tidak ada siapapun di belakangnya. Kemudian, ia menoleh ke depan lagi.
Afifa menghendikkan bahunya.
"Mungkin cuman perasaan aku aja"
Kemudian Afifa melanjutkan langkahnya untuk mencari barang berharga miliknya.
Saat Afifa sudah tidak ada, Akhtar keluar dari persembunyiannya dan mengikuti langkah Afifa. Akhtar terus mengikuti Afifa sampai Afifa berhenti disebuah rak buku yang dikunjungi kemarin oleh Akhtar.
"Ini bukannya tempat yang kemarin? Kenapa dia kesini?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Kemudian Akhtar teringat dengan gantungan kunci yang ditemukannya di toko buku ini. Akhtar mengeluarkan gantungan kunci milik Afifa dari saku celananya.
"Apa dia mencari ini?" ucap Akhtar dalam hati.
"Permisi mas, apa mas lihat gantungan kunci jatuh disekitar sini kemarin??" tanya Afifa kepada seorang pegawai.
"Maaf mbak, saya kemarin sakit jadi nggak tau ada barang hilang" detik selanjutnya "Coba mbak tanyain sama pegawai yang ada di sana" ucap pegawai itu sambil menunjuk ke arah seorang pegawai wanita.
Mata Afifa mengikuti arah jari pegawai tadi ke seorang pegawai perempuan.
"Oh itu ya mas. Makasih mas infonya" kemudian Afifa meninggalkan pegawai tadi dan berjalan menuju ke pegawai perempuan.
Akhtar melihat interaksi itu dari kejauhan. Dugaannya benar. Afifa kemari hanya untuk mencari gantungan kunci ini.
"Ya Allah, apakah dia masih mencintai hamba?" ucap Akhtar pada dirinya sendiri.
Setelah mengucapkan itu, Akhtar tersadar dari perkataanya. Akhtar langsung beristighfar didalam hati.
"Astaghfirullah. Ya Allah maafkan hamba. Hamba khilaf" gumam Akhtar.
Lalu Akhtar teringat oleh gantungan kunci Afifa. Ia harus mengembalikan gantungan kunci ini.
Namun saat Akhtar ingin menghampiri Afifa, ia tidak sengaja menabrak seorang wanita paruh baya yang membawa setumpuk buku dan buku itupun terjatuh.
"Eh ibu. Maafkan saya bu. Saya tidak sengaja" ucap Akhtar meminta maaf pada ibu paruh baya itu.
"Gimana sih mas. Kalau jalan itu lihat-lihat dong... Untung buku ini udah saya beli. Kalau belum gimana? Mas mau ganti rugi?" ibu paruh baya itu marah terhadap Akhtar.
Akhtar hanya bisa mendengar dan mengambil buku yang terjatuh itu. Kemudian, Akhtar mengembalikan buku tersebut kepada ibu paruh baya tersebut.
"Iya bu. Sekali lagi saya minta maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi" maaf Akhtar pada ibu paruh baya itu.
"Yaudah kalau gitu!!" ibu paruh baya itu kemudian menginggalkan Akhtar dengan perasaan marah.
Setelah ibu paruh baya itu pergi, Akhtar menoleh ke arah tempat terakhir dimana ia melihat Afifa berbicara pada seorang pegawai wanita. Namun, Afifa sudah tidak ada disan. Akhtar mulai cemas. Akhtar mencari keberadaan Afifa hingga satu toko ia putari. Namun, Afifa sama sekali tidak ada disini. Bahkan, Akhtar mencari Afifa di lantai satu. Tapi, tetap tidak ada tanda - tanda keberadaan Afifa.
"Kemana kamu Afifa?? Kamu kok cepet ngilangnya... " ucap Akhtar dengan nada menyerah. Akhirnya Akhtar memutuskan untuk kembali ke kampusnya dan memilih mengajar mahasiswanya.
Pukul 18.00 di Jalan Raya Poros Akordion.
Akhtar telah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, yaitu salat Magrib. Lalu Akhtar merapikan peralatan salatnya dan meletakkannya di atas nakas samping tempat tidurnya. Setalah itu, Akhtar menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya yang berukuran king size. Akhtar merasa hari ini adalah hari yang paling melelahkan baginya. Akhtar mencoba memejamkan matanya, agar semua lelahnya hilang dari tubuhnya begitu saja. Namun saat ia memejamkan matanya, Akhtar teringat kejadian tadi siang.
Ketika Akhtar kembali ke kampus, ia tidak melihat sama sekali keberadaan Afifa. Malah ia bertemu dengan sahabatnya Afifa, Maya. Maya menceritakan jika Afifa sudah mulai berhijrah. Selain itu, sifat Afifa yang sering pelupa, suka menyendiri, dan suka memendam masalahnya sendiri. Bahkan Maya bercerita jika Afifa pernah pingsan pada saat ia presentasi tugas di depan kelas.
Tak terasa senyuman terukir di wajah Akhtar. Senyuman yang dulunya hilang bagai di telan bumi.
"Afifa... Afifa. Dari dulu sifat kamu nggak pernah berubah. Aku jadi keingetan masa lalu kita. Sebelum aku dan kamu-"
Allaahu Akbar Allaahu Akbar
Akhtar menghentikan ucapannya saat adzan Isya' beekumandang. Dengan cepat, Akhtar langsung menuruni tempat tidurnya dan berjalan menuju tempat wudhu untuk mengambil air wudhu.
Setelah selesai berwudhu, Akhtar langsung melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Sedangkan di rumah Afifa, Afifa sedang menangis dengan sebuah foto yang ada di tangannya dalam kesunyian malam kamarnya. Afifa merasa sakit yang ia alami tidak akan sembuh.
Afifa menatap foto seorang pria yang ada di tangannya meemakai baju bewarna putih dengan celana jeans. Terlihat sangat tampan. Namun tidak bagi Afifa. Afifa membenci dirinya sendiri yang menangis karena seorang pria yang tidak dapat memberinya kepastian.
"Kamu adalah pria yang memberiku segala cinta. Tapi, kamu juga adalah pria yang memberiku luka yang amat-amat sulit aku hilangkan. Setelah bertahun-tahun aku menyimpan rasa sakit ini sendirian, kini mulai tumbuh lagi"
Afifa langsung meremas foto itu dengan perasaan benci dan membuangnya ke sembarang tempat.
"Aku benci kamu. Sangat-sangat membenci kamu. I Hate You!! Dan selamanya akan seperti ini"
Akhirnya part ini selesai juga.
Ada yang penasaran dengan siapa Akhtar sebenarnya di masa lalu Afifa??
Dan kenapa Afifa sangat membenci Akhtar??
Sabar...
Semuanya akan diungkap di pertengahan cerita nanti.
Nikmatin aja ceritanya.
Kalau kalian suka sama karya aku, jangan lupa vote dan comment.
See u