Akhtar terus mengikuti Afifa dari belakang yang menaiki ojek online hingga berhenti disebuah Cafe.
Cafe ini adalah Cafe tempat Afifa sering nongkrong bersama David.
Afifa membayar ongkor ojeknya lalu masuk ke dalam Cafe. Disana David sudah menunggu Afifa sejak tadi.
Akhtar terus mengikuti Afifa sampai Afifa berhenti disebuah kursi yang pasti itu adalah kursi yang akan ditempati David dan Afifa.
Ia melihat David yang memanggil Afifa dengan kata-kata Sayang. Hatinya teriris untuk melihat itu semua. Bahkan terlihat Afifa sangatlah bahagia dan bisa tersenyum bersama David. Namun dengannya selalu tidak pernah tersenyum.
"Sayang, kamu tahu nggak? Kemarin malam itu seru banget. Kapan-kapan kita kesana lagi ya? " ucap David.
Afifa mengangguk. "Oke. Nanti malam kita kesana"
Akhtar terkejut ketika mendengar mereka akan pergi ke club lagi. Ini yidak boleh dibiarkan. Ia harus mencegah Afifa pergi dengan David.
"Yaudah aku tunggu kamu disana nanti jam tujuh malam. Kita ketemu disana ya? " tanya David.
"Iya sayang tenang aja" jawab Afifa sambil menggenggam tangan David. David pun membalasnya dan menciumnya.
Akhtar meneteskan air matanya. Hatinya bagaikan dihantam batu yang sangat besar dan keras. Lalu ia tersenyum miris dengan nasibnya.
"Ya Allah. Apakah ini rasanya mencintai namun tak terbalas? "
Saat ini Akhtar telah kembali dari Cafe. Padahal Afifa masih di Cafe tadi. Sekarang ia sedang berkutat di dapur untuk memasak Nasi Goreng seperti yang telah diperintahkan oleh Afifa.
Aroma wangi nasi goreng mulai tercium. Tandanya nasi goreng itu sudah matang. Akhirnya Akhtar memindahkan nasi goreng itu kedalam piring lalu meletakkannya diatas meja makan.
Lalu ia teringat kejadian tadi. Rasa kecewanya masih ada. Rasa sakit itu juga masih ada. Namun ia berusaha untuk kuat dan tidak boleh menyerah untuk mendapatkan cinta dari Afifa. Ia harus memperjuangkan apa yang sudah menjadi haknya. Ia harus mencegah Afifa pergi bersama David nanti malam. Apapun itu caranya.
Suara derit pintu terdengar di telinga Akhtar. Lalu muncul Afifa yang tersenyum tanpa rasa bersalah sedikit pun atas kejadian tadi. Tapi ia harus berusaha tenang. Ia harus berusaha tetap tenang.
Afifa berjalan menuju dapur ketika ia mencium aroma wangi. Itu pasti nasi goreng yang dibuat Pak Akhtar. Batinnya.
Ternyata dugaannya benar. Ia langusng menyambar nasi goreng itu dengan lahap. Bahkan tidak memperdulikan Akhtar yang ada disamping Afifa.
Akhtar tersenyum melihat Afifa melahap makanan yang ia buat. Setidaknya dengan makanan ini ia bisa mengambil hati Afifa agar mendapat cintanya Afifa.
"Kamu suka dek? " tanya Akhtar.
Afifa mengangguk dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"Enak banget Pak. Persis banget rasanya sama yang dimasak mama saya" jawab Afifa.
Akhtar tertawa melihat Afifa bagaikan anak kecil yang tidak pernah makan nasi goreng. Nasi nya pada belepotan di pinggir mulut Afifa. Lalu ia berjalan untuk mengambil tisu lalu mengelap nasi itu.
Afifa menatap Akhtar yang mengelap mulutnya dengan sangat lembut. Tangan Akhtar ini bagaikan tangan mamanya yang selalu mengelap mulutnya saat ia memakan nasi goreng yang selalu belepotan.
Untuk sekejap tatapan mereka saling bertemu dan saling terkunci. Lalu Akhtar melihat mata Afifa berkaca-kaca. Akhtar langsung panik melihat Afifa akan menangis.
"Dek. Kamu kenap nangis" perlahan-lahan suara isak tangisan mulai terdengar dari mulut Afifa.
Ia langsung sedikit membungkukkan badannya lalu memeluk Afifa untuk menenangkan Afifa yang menangis.
Dalam pelukan Akhtar tangis Afifa pecah. Kemeja yang dipakai Akhtar pun basah karena air mata Afifa. Namun Akhtar tidak peduli. Ia susah janji untuk selalu menjadi sandaran saat Afifa sedang membutuhkan sandaran.
"Sssstttt... Dek kenapa kamu nangis? Udah jangan nangis. Mas nggak suka lihat kamu nangis" ujar Akhtar dengan lembut sambil mengelus punggung Afifa dengan lembut.
Tangis Afifa mulai reda. Sungguh, Afifa merasakan kasih sayang yang sama saat Akhtar melakukan dengan ibunya. Ia menjadi rindu dengan mamanya.
Akhtar meepaskan pelukannya. Lalu menangkup kedua pipi Afifa yang basah oleh air mata. Kedua ibu jari Akhtar leluasa berkeliaran untuk menghapus sisa-sisa air mata itu.
Akhtar membiarkan Afifa untuk tenang dahulu. Sampai Afifa pun sudah tenang.
"Udah ya jangan nangis lagi" ucap Akhtar.
Afifa menatap mata Akhtar yang penuh keikhlasan untuk memperlakukannya dan mengurusnya seperti ini. Seperti mamanya yang selalu ikhlas merawatnya dari kecil sampai besar.
Tapi kenapa ia tidak bisa membalas cintanya Akhtar. Padahal Akhtar adalah suaminya. Tapi mengapa ia tidak bisa mencintainya?
Akhtar tersenyum. "Adek kenapa nangis? Adek ingatkan, Mas akan jadi tempat curhat kamu. Mas akan jadi sandaran untuk kamu ketika adek menangis. Adek cerita, kenapa adek nangis? Insyaallah Mas akan menuruti mau adek" ucap Akhtar dengan tersenyum.
Afifa melihat mata Akhtar yang penuh keikhlasan untuk membantunya. Ia juga melihat kemejanya yang basah karena air mata. Tapi Akhtar sama sekali tidak merasa risih dengan itu.
"Bapak nggak keberatan buat nuruti kemauan Afifa? " tanya Afifa dengan suara yang serak habis menangis.
Akhtar tersenyum dan mengangguk.
"Insyaallah selama itu bisa membuat kamu bahagia" jawab Akhtar.
"Afifa rindu sama mama Afifa. Setiap melihat bapak mengurus Afifa, Afifa seperti melihat mama Afifa. Afifa pengen ketemu sama mama" ucap Afifa dengan lirih.
Akhtar tersenyum melihat Afifa yang mau jujur dengannya. Dan setidaknya dengan cara ini Afifa tidak pergi ke club malam bersama David.
"Adek mau ketemu sama mama Layla? " tanya Akhtar dengan dijawab anggukan oleh Afifa.
"Yaudah nanti malam kita ketemu mama Layla ya? Adek nggak ada acarakan nanti malam? "
Afifa merasa bingung. Ia sudah berjanji untuk bertemu dengan David. Tapi ia juga ingin untuk bertemu dengan mamanya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangannya.
"Dek. Kalau adek ada acara, mending adek batalin aja. Karena momen bersama keluarga itu sangat jarang untuk dilakukan setiap orang. Bahkan Mas aja udah pernah ngalamin itu. Jadi, Mas mohon sekali ini aja kamu batalin acara kamu sama teman kamu ya? Sekalian kita nginep disana sampai besok" ucap Akhtar mencoba untuk membujuk Afifa agar tidak bertemu dengan David.
Sejenak Afifa berfikir. Lalu ia menganggukkan permintaan Akhtar.
Alhamdulillah part ini selesai juga.
Maaf lama up nya.
See U