Seperti yang direncanakan kemarin oleh Fareezi dan Afnan, mereka sekarang berkumpul di rumah Afifa. Acaranya tidak terlalu mewah karena keadaan Akhtar yang kurang sehat dan keluarga Afifa yang harus pergi keluar kota.
Reaksi Afifa ketika akan di jodohkan oleh Akhtar-mantannya, sangat membuatnya marah. Bagaimana tidak? Dulu ia pernah di khianati oleh Akhtar dan mungkin jika ia menikah dengan Akhtar, Akhtar juga akan melakukan hal yang sama. Afifa pun juga tidak mencintai Akhtar. Malah ia sangat membenci Akhtar. Ia berharap pernikahan ini dapat batal. Lagian ia hanya cinta dengan satu orang, yaitu David, tidak ada yang lain.
Namun tidak dengan Akhtar. Ia malah merasa senang jika ia di jodohkan oleh Afifa. Rasa cintanya tidak pernah berubah untuk Afifa. Dari dulu hingga sekarang, rasa cinta itu masih tetap ada di hatinya dan masih sama. Ia tahu mungkin ketika ia menikah dengan Afifa, ia akan sangat di benci oleh Afifa. Namun ia tidak peduli. Akhtar sudah berjanji saat shalat di hadapan Allah untuk merubah sifat Afifa dan akan melindungi keluarga Afifa dari niatan David yang ingin membunuh keluarganya dan keluarga Afifa.
Untuk David, David belum mengetahui jika Afifa akan di jodohkan oleh Afifa.
Dan Dani, ia sempat untuk menyuruh Akhtar menolak perjodohan ini. Karena ia yakin, setelah menikah Akhtar akan disakiti oleh Afifa, Akhtar juga akan di khianati oleh Afifa karena Afifa masih berpacaran dengan David. Namun, Akhtar tetap bersikukuh dengan keputusannya. Bagaimana pun ia tidak mau sahabatnya menderita karena Afifa. Apalagi dengan keadaan Akhtar yang harus melakukan donor ginjal.
Saat ini Akhtar dan Dani sedang berada di kamar Afnan. Tadi Akhtar sempat merasa pusing setelah sampai di rumah Afifa dan Afnan menyuruhnya untuk istirahat sebentar di kamarnya agar pusingnya mendingan. Akhtar sedang bersiap-siap. Ia hanya memakai jubah bewarna biru dongker dan Dani memakai pakaian yang sama dengan Akhtar.
Dani menatap Akhtar yang sedang bercermin dengan kagum. Walaupun dia sedang sakit, tapi wajah Akhtar tetap memancarkan ketampanan. Ia salut dengan sahabatnya. Ia masih bisa tersenyum di tengah-tengah rasa sakit yang bisa menghampirinya setiap waktu. Ia berharap, semoga Akhtar dapat bahagia dengan kekasih impian Akhtar, Afifa.
"Tar udah siap?" tanya Dani.
Akhtar menatap Dani. Lalu mengangguk.
"Bismillahirahmanirhim. Aku siap" ucap Akhtar dengan mantap.
Lalu mereka berdua keluar dari kamar Afnan dan berjalan menuju ruang tamu, dimana tempat semua keluarga Akhtar dan Afifa berkumpul.
Semua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu. Afnan dan Layla sangat asyik berbincang dengan Fareezi dan Zahra. Mereka meluapkan rasa rindu mereka yang sudah lama terpendam.
Namun tidak dengan Afifa. Ia hanya mendengarkan dan mengabaikan dengan bermain ponsel untuk membalas pesan dari David.
"Afifa. Kamu main hp aja. Itu ada Akhtar" tegur Layla pada anaknya. Afifa pun terpaksa menyudahi bermain ponselnya.
Afifa memasukkan ponselnya ke dalam tasnya dan tanpa sengaja tatapannya menuju ke arah tangga. Ia melihat Akhtar yang sedang turun dari tangga dan disampingnya ada Dani. Akhtar terlihat sangat tampan sekali, walau Akhtar sedang sakit. Namun ia tidak tahu jika Akhtar sedang sakit ginjal.
Akhtar menuruni tangga dengan sangat pelan. Karena tiba-tiba pinggangnya terasa sakit. Ia mencoba menahan rasa sakitnya namun tidak bisa tertahan lagi. Ia memegang pinggangnya yang terasa sakit. Tinggal tiga anak tangga, hampir saja Akhtar ambruk. Dani langsung menahan tubuh Akhtar agar tidak jatuh.
Hal itu diketahui oleh kedua orang tua Akhtar dan orang tua Afifa. Mereka langsung menghampiri Akhtar untuk mencoba menolong. Kecuali Afifa. Ia memilih duduk dan meminum minuman yang sudah di buatkan oleh Bi Inem.
"Akhtar! Kamu nggak papa nak?" tanya Zahra.
Akhtar menggelengkan kepalanya.
"Enggak ma. Akhtar nggak papa" jawab Akhtar bohong. Padahal rasa sakit di pinggangnya sudah sangat parah dibanding sebelumnya.
"Kamu yakin? Apa kamu nggak istirahat dulu? Nanti lamaran kamu bisa di tunda dulu" ucap Fareezi.
Akhtar tetap pada pendiriannya. Ia tetap akan bersikukuh untuk melamar Afifa walau dengan keadaan seperti ini. Karena ia harus menepati janjinya kepada Allah swt.
"Yaudah. Dani kamu bantu Akhtar buat duduk di kursi ya!" pinta Fareezi.
Dani mengangguk dan langsung membantu Akhtar berjalan menuju kursi panjang yang sudah diduduki oleh Fareezi dan Zahra.
Sekarang Akhtar sedang duduk di tengah-tengah Fareezi dan Zahra. Afifa duduk di tengah-tengah Afnan dan Layla. Sedangkan Dani, ia memilih berdiri di belakang kursi yang diduduki keluarga Akhtar.
Fareezi berdeham untuk memulai pembicaraan. "Baik. Kita mulai acaranya. Langsung saja. Jadi kami sekeluarga sepakat untuk menjodohkan anak kami, Akhtar dengan anak dari sahabat kami Afnan dan Layla yang bernam Afifa"
Setelah mengucapkan kalimat itu, Fareezi menatap Akhtar agar melamar Afifa.
Saat ini perasaan Akhtar bercampur aduk. Antara bahagia, senang, sedih, dan rasa sakit yang ia tahan sejak tadi. Namun ia harus kuat agar ia dapat merubah sifat Afifa.
"Bismillahirahmanirhim. Saya sekeluarga datang ke rumah om dan tante selain ingin bersilaturahim, saya juga ingin melamar putri Om yang bernama Afifa" ucap Akhtar.
Afnan dan Layla saling menatap. Mereka mengangguk.
"Kalau saya sebagai ayah dari Afifa, menyetujui niat nak Akhtar melamar anak kami. Dan Kakaknya yang sekarang sedang berkuliah pun juga menyetujuinya. Tapi tetap kita kembalikan kepada anak kami Afifa"
"Afifa! Apa kamu menerima lamaran nak Akhtar? Seperti yang sudah ayah bicarakan kemarin" ucap Afnan.
Afifa menatap ayahnya dan mamanya secara bergantian. Ia tidak mencintai Akhtar bahkan hanya ada rasa benci di hatinya untuk Akhtar. Ingin rasanya ia menolak lamaran dari Akhtar, tapi melihat mata ayah dan mamanya yang sangat memohon membuat Afifa tidak tega. Walaupu ia sekarang berpacaran, tapi ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya. Lalu dengan terpaksa Afifa mengangguk dan menerima lamaran dari Akhtar.
Semua keluarga mengucapkan Hamdalah. "Alhamdulillah"
Afnan dan Fareezi saling berpelukan. Zahra dan Layla juga melakukan hal yang sama. Mereka nampak bahagia. Namun tidak dengan Afifa dan Akhtar.
Afifa merasa bersalah terhadap David. Bagaimana jika David tahu ia akan menikah dengan Akhtar? Pasti David akan marah. Itu yang ada di pikirannya saat ini.
Sedangkan Akhtar, ia sangat bahagia akhirnya keinginannya melamar Afifa tercapai dan sebentar lagi mereka akan menikah. Namun pinggangnya terasa sangat sakit sekali. Akhtar mencoba menahan rasa sakit ini tapi rasa sakitnya sudah sangat bergejolak di pinggangnya.
Dani yang melihat Akhtar kesakitan langsung menghampiri Akhtar untuk menenangkan Akhtar.
"Tar. Kamu nggak papa kan? Kalau masih sakit, mending kamu pulang aja!"
Akhtar tak memperdulikan pertanyaan Dani. Ia malah mencoba menahan raa sakitnya walupun itu mustahil.
Melihat Akhtar yang tidak merespon ucapannya, ia langsung membantu Akhtar untuk berdiri dan berjalan. Baru beberapa langka mereka berjalan, Akhtar jatuh pingsan di lantai.
Semua orang yang ada di ruang tamu itu panik dan menghampiri Akhtar yang tergeletak lemah di lantai.
"Akhtar! Bangun nak! Dani ini Akhtar kenapa? Wajahnya pucet banget" tanya Zahra sambil menepuk pipi Akhtar.
"Nggak tahu tante" bohong Dani.
"Yaudah kalau gitu bawa aja Akhtar ke kamar aku aja Far!" ucap Afnan.
Lalu Fareezi dan Dani membawa Akhtar ke kamar Afnan dan Layla memanggilkan dokter untuk memeriksa Akhtar.
Semua keluarga menunggu dokter yang memeriksa Akhtar keluar dari kamar Afnan. Dokter menyuruh semua orang untuk keluar dari kamar Afnan agar dokter bisa fokus dengan pemeriksaannya.
Di dalam kamar Afnan, Akhtar susah siuman dan menanyakan keadaannya sendiri pada Dokter.
"Dok bagaimana keadaan saya?" tanya Akhtar dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Kondisi ginjal bapak sudah mulai agak parah. Bapak harus dirawat secara intensif untuk mengawasi kondisi ginjal bapak dan bapak harus segera melakukan donor ginjal. Jika tidak nyawa bapak yang menjadi taruhannya" jelas Dokter.
"Dok apakah harus dirawat dok? Sebenarnya kalau untuk dirawat, saya agak keberatan"
"Ya kalau bapak tidak mau dirawat, bapak harus ruting meminum obatnya dan harus menjaga kesehatannya agar tidak kambuh lagi rasa sakitnya. Perbanyak istirahat dan jangan terlalu kecapekan"
"Baim dok. Saya akan melakukan saran Dokter. Tapi saya mohon untuk jangan kasih tahu keluarga saya tentang penyakit saya!! Karena ada sedikit problem yang membuat saya harus menyembunyikan penyakit saya ini!"
Dokter itu mengangguk setuju. Lalu dokter keluar dari kamar dan memberitahu keadaan Akhtar sesuai dengan perintah Akhtar.
"Alhamdulillah, kamu nggak papa nak. Mama khawatir sama kamu. Kita semua juga khawatir sama kamu" ucap Zahra yang duduk di samping Akhtar.
"Iya ma. Makasih udah khawatirin aku"
"Far, aku ada kabar baik buat kamu" ucap Afnan setelah ia mengangkat telefon dari rekan kerjanya.
"Ada apa?" tanya Fareezi penasaran.
"Jadi besok aku nggak jadi ke luar kota. Klien aku lagi di luar negeri. Gimana kalau akad nikahnya lusa?"
Fareezi mengangguk setuju. "Oke. Lebih cepat lebih baik. Tapi, Akhtar?"
Akhtar tersenyum. "Akhtar nggak papa kok pa. Dokter tadi juga bilang kalau Akhtar nggak papa"
Akhirnya semua keluarga setuju akad nikahnya dilaksanakan lusa. Namun dalam hati Afifa ia mwngumpat kesal. Rasanya ingin sekali ia membatalkan rencana mereka.
"Selamat pak. Bapak sudah berhasil menjebak saya"
Alhamdulillah part ini selesai juga.
Makasih buat yang udah mau baca cerita ini.
Maafkan jika ada typo bertebaran.
Maaf juga kalau ceritanya makin gak jelas.
See U