Chapter 1

1988 Words
I'm Single and I'm Happy Hari yang cerah dengan bersanding sang mega cyrus membuatku semangat melakukan rutinitas harianku. Yap, mandi pagi lalu dandan, sarapan, manasin si Vario merah yang selalu setia menemani kemanapun aku pergi. Jangan tanya gandengan, gandengan setiaku ya cuma Vario yang ngintilin aku kemana aja. Kalau gandengan hidup masih ngumpet mungkin. Soalnya hilalnya aja belum kelihatan. Lah mau kelihatan gimana, si surya aja masih asik nongkrong di ufuk timur. "Oke ... sip. Baju rapi, kerudung rapi, make up tipis, tas gendong lengkap dengan laptop. Fix ... siap berangkat," ucapku. "Mama, Lily berangkat dulu assalamu'alaikum" "Eh ... bentar Nduk. Sini Mama tak ngomong dulu," ujar mamaku yang cantiknya gak pernah luntur di makan waktu. " Apaan sih Ma? Serius amat." "Mama nanti mau bantu-bantu Bu Nur. Kamu tahu kan anaknya Sinta mau nikahan. " " Terussssss .... " " Hehehehe. Mama cuma mau nanya, kamu kapan kasih Mama mantu?" ucap Mama sambil kedip-kedipin mata sok cantik. Untung beneran cantik. "Doain aja ya Ma, semoga nanti nemu di perempatan depan sana," ujarku. "Masya Allah. Pengamen dong? Gak-gak pokoknya calon mantu Mama harus berkualitas," sewot Mama. "Hahaha ... lagian Mama enggak siang enggak malem jodoh mulu yang diomongin. Dengerin Lily ya mamaku sayang, nanti kalo sudah waktunya pasti deh Lily nemu jodoh. Mama doain aja ya?" "Habisnya Mama sedih. Adik kamu yang baru SMA aja udah punya pacar, kamu yang kakaknya kok belum?" ujar Mama dengan mata berkaca-kaca. Itulah Mama, mesti ujung-ujungnya aku dibanding-bandingkan sama Lala, adikku yang masih kelas 11 SMA. Dia memilih sekolah di Purwokerto dan ngekost, pulang ke rumah saat hari sabtu dan minggu saja atau saat liburan. Aku dan Lala memang memiliki jarak usia yang lumayan jauh, 8 tahun. Ini karena dulu pas hamil yang kedua, Mama sempat keguguran. Alhamdulilah, Allah masih memberi kesempatan Mama buat hamil lagi hingga lahirlah adikku, Lala. Si gadis cantik nan manis yang manjanya minta ampun. Ya mau bagaimana lagi, namanya juga bontot ya pasti manja. "Mama lebay ih. Lala kan baru punya pacar bukan calon suami. Emang Lala mau nikah besok?" ujarku ikutan sewot. "Ya enggak lah. Lala masih 17 tahun. Masa mau nikah. Hehehe. Yang harusnya nikah ya kamu, kan kamu yang umurnya udah cocok buat nikah". "Plis ya Ma. Hari ini agenda Lily banyak banget di sekolah. Jadi Lily pengin fokus dan butuh mood yang baik. Lily pamit dulu ya Mama. Assalamu'alaikum. " "Wa’alaikumsalam. Hati-hati Nduk, jangan ngebut!" teriak Mama. Setelah itu aku bergegas keluar rumah dan menyalakan si merah. Melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan raya antar kecamatan yang sekaligus digunakan sebagai jalur antar provinsi. Perjalanan sekolah tempatku mengajar dengan rumah membutuhkan waktu perjalanan antara 30-45 menit tergantung kecepatan kendaran yang digunakan. Seharusnya butuh waktu 20 menitan saja, cuma ya mau bagaimana lagi, akunya gak bisa naik motor dengan kecepatan melebihi 60 km/jam. Wkwkwk. Sesampainya di sekolah, aku segera memarkirkan kendaraanku di parkiran khusus guru dan karyawan. Aku menyapa beberapa rekan kerja dan siswa yang kebetulan berpapasan. Tidak lupa pula absen dengan setor wajah pada alat yang memang sudah disiapkan di lobi. Tertera 06.45, alhamdulillah masih ada sedikit waktu buat duduk-duduk dulu sambil menyiapkan bahan ajar hari ini. Pukul 07.00 bel berbunyi, aku mulai memasuki kelas jam pertamaku yaitu kelas 10 IPA 1. "Duduk siap. Berdoa mulai. Selesai. Kepada Ibu guru beri salam .... " "Assalamu'alaikum Wr. Wb. " "Wa'alaikumsalam Wr. Wb," ucapku. "Baiklah anak-anak. Bagimana kabar kalian?" tanyaku. "Baik Bu guru, sehat selalu, luar biasa," jawab mereka. "Anak-anak, hari ini saya mau menyampaikan materi baru yaitu 'Ikatan Kimia'. Sebelumnya saya mau tanya adakah yang tahu rantai?" "Tahu Bu guru," jawab mereka serempak. "Nah, seperti yang kalian tahu, rantai itu saling berikatan dan berhubungan. Walau berhubungan, rantai pun dapat putus atau pun diikat lagi." Dan selanjutnya aku menyampaikan materi hingga jam pelajaran berakhir. Aktivitasku berlanjut ke kelas lain hingga selesai pukul 16.00 WIB. Sekarang saatnya aku pulang. "Ly, mau langsung pulang?" tanya Resa si bumil rese guru Biologi. "Iya Res, cape aku. Pengin segera rebahan cantik di kasur kamar nih," jawabku. "Ckckck. Ngapain sih pulang gasik? Kayak ada yang nungguin aja," sinis Resa. "Ada kok yang nungguin di rumah" "Hah, siapa? " "Noh, si bantal ma guling," ucapku sambil menahan tawa. "Apa? Dasar jones ... jomblo ngenes." "Bukan, i'm single and i'm very happy hahaha. Udah ya Aku pulang dulu. Dah Resa ...." Sesampainya di rumah. Aku langsung mandi, ganti baju lalu rebahan sambil menunggu maghrib datang. Yap, itulah rutinitasku setiap minggu. Apa aku bosan? Tentu tidak, karena segala hal yang kita lalui dengan hati yang riang gembira akan membuat hal-hal membosankan menjadi menyenangkan, tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Seperti kataku tadi saat dengan Resa. I'm single and i'm very happy. Korosi Hati Minggu pagi ini rumahku lagi ramai banget. Maklum personelnya nambah satu, siapa lagi kalau bukan si bontot manja yang cerewetnya ngalahin emak-emak lagi nawar harga cabe. Hahaha. "Mba ...." "Hem ...." "Mba ...." "Hem ...." "Ish ... Mbak Lily nih kok cuma hem ... hem doang. Mau jadi Nisa sabyan apa gimana nih." Si bontot mulai beraksi. "Lah, emangnya Mbak mesti jawab apa? Kamu aja cuma manggil 'Mbak'. Kalau kamu nanya ya Mbak jawab dong," jawabku. "Hehehe. Iya juga sih ya Mbak. Mbak ... bagi wifi dong? Pintanya sambil memasang wajah sok polos bak Cinderella yang minta ikut pesta dansa. "Nih. Dasar gak modal. Emang mau ngapain?" tanyaku penasaran. "Mau streaming nonton konser BTS hehehe," jawab Lala sambil cengengesan. Nah, ngomongin adik aku. Dia paling demen sama oppa Korea. Dari Suju, TVXQ, Shine, BTS dan lain-lainnya. Mau Le Min Ho, Le Jong Suk, Le Dong Wook, sampai Le_Le lainnya. Dari Kim So Hyun oppa sampai Ji Chang Wook pokoknya dia paham semua. Aku? Sebatas tahu aja. Hahahaha. Tapi suka juga sih. Habis tak bisa kupungkiri para oppa Korea emang tampan luar biasa. Pokoknya muka sama kelakuan mereka di drama itu seolah visualisasi sosok cowok idaman sejuta wanita. Padahal di realita nyata, emangnya kamu mau pacaran sama cowok dingin bin judes kaya oppa di drakor? Jawabnya gak lah. Bisa mati muda punya cowok apalagi suami macam itu. Tapi entahlah, kalau di drakor itu, karakter oppa dingin bin cool kok gemesin ya. Berhubung akunya jomblo, hari minggu ya cuma di rumah saja. Kalau Lala, katanya cowoknya lagi ikutan kegiatan pramuka di sekolah. Maklumlah cowoknya kan pradana. Aku aja bingung si Zidan kok mau pacaran sama cewek model Lala. Lala bukan termasuk cewek aktif di sekolahnya, dia gak suka ikut kegiatan ekskul kecuali wajib kayak pramuka. Makanya, begitu kelas 11, dia bahagia banget karena pramuka cuma wajib di kelas 10. Tapi walau begitu alhamdulillah Lala termasuk berprestasi di kelasnya dari segi akademik. Jadi gak malu-maluin Papa yang emang pekerjaannya sebagai Kepala SD di salah satu sekolah di kecamatanku. Aku memang mau jadi guru gara-gara terinspirasi dari Papa. Kalau Mama dulu pernah sekolah keguruan lebih tepatnya ambil PGTK. Sempet ngajar juga cuma memilih fokus jadi ibu rumah tangga setelah hamil aku. Salut pokoknya sama Mama deh. Rela mentingin keluarga daripada karir. Kalau aku belum tentu seberani Mama. Tok! Tok! Tok! "Assalamu'alaikum." Terdengar sapaan dari luar. "Wa'alaikumsalam," jawabku. Aku membuka pintu rumah untuk melihat siapa tamu yang datang. Aishhhh. Males banget. Tahu gini enggak usah di buka aja nih pintu. Karena yang datang adalah tetangga kepo bin rese, Tante Maya, mamanya Fida temen sepermainanku dari kecil hingga SMA. Sekarang Fida udah nikah dan ikut suaminya yang kerja di Jakarta. "Eh, Tante Maya." Walau aslinya sebel tetep sopan santun yang utama. "Mau cari Mama ya? Masuk Tante." "Makasih Ly, iya Tante mau cari Mama kamu," ujar Tante Maya dan langsung masuk ke dalam rumah. "Lily panggil Mama dulu ya Tante." Akupun menuju belakang rumah untuk memanggil Mama. Setiap minggu Mama pasti lagi berkebun di belakang rumah. "Ma, ada Tante Maya di ruang tamu." "Sepagi ini? Tumben. Kira-kira ngapain ya Ly?" tanya Mama. "Enggak tahu Ma, katanya ada perlu sama Mama," jawabku. "Oh, ya udah gih bikinin minum!" perintah Mama. "Siap Bos!" ucapku sambil memberi hormat. Mama hanya tertawa melihat tingkahku. Ingat ya teman, walau seperti apapun posisi dan jabatan kita di dunia kerja. Di rumah, kita tetaplah seorang anak dengan tingkah manja atau absurdnya. Termasuk aku. Hihihi. Setelah selesai membuatkan minuman buat Tante Maya, akupun membawanya ke ruang tamu. Mama dan Tante Maya terlihat mengobrol seru. "Minumnya Tante." Aku mempersilakan tante Minum. "Makasih ya Ly. Eh ly, gimana udah punya calon belum?" tanya Tante Maya. "Alhamdulilah udah Tante," jawabku. "Hah? Beneran kamu? Kok gak diperkenalkan ke Mama?" omel mamaku. "Sabar ya Ma, jodohnya Lily udah ada tapi masih di simpen sama Allah. Ntar mau di keluarin pas udah saatnya," jawabku sekenanya. "Hahaha, Ly kamu tuh suka banget bercandanya. Nih ya, jodoh tuh harus dicari jangan ditunggu. Lihat tuh Fida, rajin pergi kemana-mana. Ikut pengajian, arisan, reuni, nongkrong tuh kan akhirnya ketemu sama Daniel sang manajer restoran," ucap Tante Maya dengan bangga. Inilah yang enggak aku suka dari Tante Maya sama putrinya, Fida. Walau aku dan Fida berteman dekat dan hubungan kita baik-baik saja. Fida itu tipe cewek yang selalu menilai seseorang dari jabatan dan harta. Persis kayak mamanya. Masih kuingat waktu jaman SMA dulu, mantan pacar Fida mesti harus punya dua syarat yang pertama motornya harus gede yang kedua dompetnya mesti tebel. Fida enggak akan peduli tuh cowok mau ganteng apa jelek selama isi dompet sama motornya menunjang hobinya yang suka jalan-jalan dia mah gak masalah. Kalau kalian mau tanya kenapa aku mau temenan sama Fida? Jawabnya karena rumah kita bersebelahan jadi nggak mungkin dong akunya cuek kayak bebek ke Fida. Bisa perang dunia pertetanggaan kalau aku enggak bisa jaga hubungan harmonis sama Fida. Walau seringnya aku makan hati selama ini. "Hehehe. Ya nanti, saran Tante, Lily coba deh," ujarku menutup obrolan soal jodoh. "Apa kamu masih nungguin Ricky ya Ly?" tanya Tante Maya. OMG. Kenapa nama cowok itu harus kudengar lagi sih? Korosi hati lagi kan jadinya. Sekuat-kuatnya besi menahan hantaman tetapi lama-kelamaan akan terkorosi juga walau hanya melalui usapan angin maupun sentuhan air hujan. Lah, gimana dengan hati yang sudah jelas lebih rapuh dari besi? Apa iya hatiku harus tak las dulu sama aluminium atau emas? Oh Ya Allah, bantulah hampa agar bisa membuang rasa ini. Indikator Cinta "Baiklah anak-anak. Sekarang Ibu mau main tanya jawab sama kalian," ucapku. "Apa yang kalian tahu tentang larutan asam?" Salah seorang siswa mengangkat telunjuknya. "Iya Rahma, silakan kamu kemukakan jawabanmu!" pintaku. "Asam adalah larutan yang memiliki rasa asam, pH7, menghasilkan ion OH- (ion hidroksida) dan membirukan kertas lakmus merah. Contohnya adalah natrium hidroksida, kalium hidroksida, kalau pada kehidupan sehari-hari seperti sabun mandi, sampo, pasta gigi hehehe. Begitu Bu Guru." Begitulah si Indah, si pintar bin jenius yang kalau jawab selalu benar dan melebihi pertanyaan yang diminta untuk dijawab. Suka sekali aku dengan murid seperti Indah. Enggak enaknya kalau belum bisa jawab pertanyaan yang ia tanyakan, kita bakalan dihantui terus sampai dijawab. Dan jangan tanya lagi, bukan Indah namanya kalau pertanyaannya hanya satu. Pastinya pertanyaan lanjutan sudah ia siapkan buat ditanyakan. Kalau kalian pikir aku akan menyerah oh kalian salah. Sebagai pengajar kita memang dituntut untuk tahu semua hal, tapi kalau kamu gak tahu, maka salah satu jurus jitu menghadapi siswa yang selalu ingin tahu adalah berilah jawaban yang membuat siswa belajar lagi dengan cara ia mencari tahu sendiri. Hahahaha. Pinter kan aku. Maka, sebagai guru usahakan kita bukan hanya memberi tapi kalau bisa mengarahkan juga. Duh pinter ngeles akunya. "Bagus Mbak Indah." Aku memberi acungan jempol. "Bu Guru, saya mau tanya?" tanya siswa tengil bernama Gema. "Iya Mas Gema. Apa yang mau kamu tanyakan?" Gema adalah salah satu siswa kelas 11 IPA yang anaknya masya Allah. Luar biasa, luar biasa untuk sabar menghadapinya. Dia tuh aslinya pinter, hanya rese, gak bisa diem, senengnya caper sama guru apalagi sama guru perempuan yang masih single kayak aku. "Kalau asam sama basa punya indikator namanya kertas lakmus merah-biru kan ya Bu, buat nyari tahu tuh larutan asam atau basa." Jelas Gema sambil cengengesan. Tuh kan, aku mesti waspada kalau ini anak udah kayak gini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD