SEPULUH

1449 Words
Mereka bertiga pulang dari tempat lesnya Elena. Anak itu tidur dipangkuan Kinar ketika diperjalanan tadi. Tidak salah lagi jika anaknya memang terlalu dekat dengan Kinar sampai Argi sendiri sulit untuk lepas dari perempuan itu. Saat dia melihat anaknya tidur dipangkuan perempuan itu dengan begitu nyaman. Argi merasakan hatinya begitu tenang, Kinar juga yang sudah merawat Elena dengan baik. Bahkan didikannya juga begitu baik dalam mengajarkan banyak hal kepada Elena. Ketika mereka tiba di rumah, Argi terkejut melihat mobil yang ada di dalam halamannya terparkir di sana. "Ini pasti perbuatannya, Mama," kata Argi dengan kesal kepada Kinar. Ya, siapa lagi yang punya perbuatan jika bukan mamanya yang kali ini sudah membuatnya sangat kesal dengan apa yang suudah dilakukan oleh perempuan itu. Apa belum cukup bagi mamanya menyiksa dia yang dulu pernah mengabaikan sang istri hanya karena pernikahan yang terpaksa itu. Sekalipun Argi masih pergi ke pemakaman sang istri dan itu juga sudah diketahui oleh Kinar. Tapi tidak dengan Elena, yang di mana Argi belum siap menjelaskan mengenai kepergian sang mama ke surga seperti yang diceritakan oleh Kinar kepada anak itu. "Bapak jangan marah dulu sama Nyonya. Siapa tahu itu perempuan memang datang dengan sendirinya tanpa disuruh sama Nyonya," kata Kinar mencoba menetralkan emosi Argi. Karena dia tahu bahwa Argi paling benci dijodohkan dengan perempuan mana pun. Dia tidak mau jika kebahagiaan anaknya lagi dikorbankan. Sama seperti yang dirasakan oleh Elena, ketika mama Elena pergi untuk selamanya. Itu yang tidak akan pernah bisa dikembalikan oleh Argi. Mereka turun dari mobil dan Kinar menggendong Elena begitu anak itu terbangun, Argi meminta Kinar membawa Elena ke kamar. "Bentar, aku mau ngomong sama dia!" kata Argi yang tidak salah lagi jika yang datang itu adalah Alisya beserta mamanya Argi. "Kinar, sini sebentar sayang! Saya mau bicara sama kamu," Tatapan Argi ngeri begitu melihat mamanya memanggil Kinar yang pasti akan mengatakan bahwa Kinar itu adalah pengasuhnya Elena kepada Alisya. "Ma, biarin Kinar ke kamar kenapa sih? Itu Elena juga baru bangun lho," "Oh, ya udah. Bawa Elena ke kamar aja, Kinar!" Argi menghela napas panjangnya begitu mamanya percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan olehnya barusan. Memang Elena baru bangun setelah mereka tiba di rumah tadi. Anak itu langsung bangun dari tidurnya dan justru tetap berada digendongan Kinar. "Ki, masuk kamar!" perintah Argi kemudian Kinar langsung pergi dari ruang tamu dan membiarkan ketiga orang itu berada di sana. Sedangkan Argi merasa sangat dongkol dengan mamanya yang masih terus memaksa dia menikah dengan Alisya yang sudah jelas jika dia tidak menyayangi perempuan itu sama sekali. Seperti dia menaruh perasaan lebih kepada Kinar. "Sya, harus kamu tahu ya. Malam itu yang dibawa oleh Argi adalah pengasuhnya, Elena," "Ma," Argi geram dengan mamanya yang merusak semua rencananya. Sudah dipastikan jika sudah sampai tahap perjodohan seperti ini. dia tidak akan pernah direstui dengan Kinar. Apa pun alasannya. Tapi Argi tidak akan pernah berhenti untuk memperjuangkan Kinar yang sudah dia janjikan untuk menikah. Karena memang benar bahwa tujuannya memang untuk menikahi Kinar. Apa pun yang dikatakan oleh sang, Mama. Sama sekali dia tidak peduli lagi dengan apa yang dikatakan oleh perempuan itu. Argi kesal, pasti sangat kesal dengan tingkah mamanya yang ingin dituruti. Tapi, jika dia tidak menuruti, perempuan paruh baya itu adalah mamanya sendiri. Mamanya tidak peduli dengan tatapan yang diberikan oleh Argi yang bertanda bahwa dia sebenarnya sedang marah. "Kenapa kamu, Argi? Memang benar kan kalau Kinar itu pengasuh Elena yang sudah empat tahun berada di sini. Elena itu paling dekat sama pengasuhnya. Kalau sudah sama Kinar, dia nggak bakalan mau sama yang lainnya. Termasuk papanya sendiri, Alisya," jelas mama Argi yang sontak membuat Argi semakin kesal dengan mamanya. "Oh, jadi yang tadi itu bukan pacarnya Argi? Mereka nggak tinggal bareng dong?" tanya Alisya dengan begitu bahagianya. Argi melihat bahwa perempuan itu begitu ceria mendengar pernyataan dari mamanya Argi. Tapi, dia dan Kinar tidak akan bisa dipisahkan sampai kapan pun. Apa lagi ketika dia sudah melakukan hubungan itu yang pasti Kinar adalah orang yang sangat dirugikan. Menjaga perasaan Kinar adalah hal yang jauh lebih baik. Tidak apa dia membuat Alisya sakit hati, dibandingkan melihat Kinar menangis karena perbuatannya sendiri. Argi sungguh tidak akan pernah tega kalau seandainya dia membuat Kinar menangis. "Argi, kenapa kamu kesal banget sih? Mama kan niatnya baik biar Elena ada yang antarin sekolah nantinya," "Terserah Mama aja deh. Mama mau kayak gimana juga terserah," "Kamu terima perjodohan ini?" tanya mama Argi. Saat dia bersandar di sofa. Kemudian tidak sengaja matanya menatap ke lantai dua di mana Kinar berdiri di sana. 'Ya Tuhan, bagaimana kalau Kinar dengar?' tanya Argi pada dirinya sendiri saat melihat Kinar ada di lantai atas sambil menggelengkan kepala dan pergi begitu saja. Itu artinya Kinar memohon kepada Argi agar dia tidak menerima perjodohan itu. kali ini Argi tersenyum. "Kamu kenapa senyum? Itu artinya kamu terima," kata mama Argi yang memutuskan secara sepihak. Tentu saja Argi akan menolak dengan sangat mengenai perjodohan itu. "Ma, Mama jangan mulai kumat lagi deh. Mama tahu sendiri kan," "Tante, Argi nggak mau nerima perjodohan ya?" "Alisya, aku begini bukan karena aku nolak. Aku juga bilang kalau aku nggak nerima, karena Elena. Kalau aku terima, kamu bisa nggak rawat dia?" "Aku bisa berhenti dari dunia model, Argi. Aku bisa rawat dia," Argi ingin melihat bagaimana Alisya dan mamanya yang berusaha begitu keras untuk meluluhkan hati Argi. Maka, dia akan membiarkan Alisya datang ke rumahnya untuk merawat Elena. Dia akan meminta kepada Kinar agar mengawasi Alisya selama berada di rumah. "Oke, tapi kamu harus buktikan dulu. Kamu rawat Elena. Jangan dibentak, karena Kinar nggak pernah bentak dia. Jangan paksa dia lakukan apa pun kalau dia nggak mau. Karena Elena nggak suka dipaksa, dan satu hal lagi. jangan ngeluh kalau Elena bandel! Kalau kamu lolos, Mama nggak perlu tanyakan lagi jawabanku," "Satu hari aja, kan?" Argi menggeleng. "Lima bulan, Ma. Kalau dia lolos, maka nggak perlu tanya lagi. aku bakalan bilang ke Mama kalau aku bisa jadi anak yang penurut untuk, Mama," tantang Argi. Keduanya tersenyum begitu riang mendengar pernyataan Argi. Mereka pikir Elena bisa semudah itu dekat dengan orang lain. Bahkan mama Argi pun kesulitan untuk menjaga anak itu karena akan merusak apa pun yang ada di rumah ini jika dipaksa melakukan sesuatu. Entah itu memecahkan guci pajangan. Ataupun Elena melempar televisi dengan guci kecil. Namun tetap saja televisi itu bisa pecah karena perbuatan Elena. Maka dari itu, Argi akan menantang seberapa sabarnya Alisya mengalahkan sabarnya Kinar yang selama ini sering menjadi korbannya Elena. Tapi untuk sekarang ini, anak itu sudah tunduk kepada Kinar. Bahkan ketika Argi mengatakan dia akan menikahi Kinar. Anaknya bahagia mendengar pernyataan itu. Tapi sekarang ini, Argi yakin bahwa kurang dari seminggu. Maka Alisya akan mundur dengan sendirinya. "Ya udah, Ma. Mama jalan-jalan aja sana sama Alisya, nanti aku transferin ke Mama. Aku mau istirahat. Tadi nggak kerja karena nemenin Elena les renang. Aku capek banget, Ma. Mama sama Alisya belanja dengan puas di sana. Anggap saja itu hadiah dari aku," Raut wajah Alisya begitu bahagia mendengar Argi yang mengatakan bahwa akan membelikan uang sebanyak mungkin agar bisa belanja dengan puas nantinya. "Oh, oke. Kamu istirahat yang baik ya! Mama pergi dulu," Alisya juga berpamitan kepadanya. Begitu keduanya keluar, dia pergi ke kamar untuk menjelaskan semuanya kepada Kinar agar tidak ada salah paham lagi mengenai apa yang akan dilakukannya nanti. Terdengar suara mobil itu juga sudah pergi. Pasti pintu bawah juga sudah ditutup oleh asistennya. Saat Argi masuk ke kamarnya Kinar, dia melihat perempuan itu sedang berbaring di atas ranjang. Argi mengunci pintu kemudian mendekati Kinar yang sedang istirahat di sana. "Mengenai tadi, kamu jangan ambil ke hati ya! Kamu tahu sendiri kan Mama kayak apa," "Hmm, ya," Argi berbaring di samping Kinar dan kemudian mencium tangan Kinar. "Aku cuman mau sama kamu aja kok, nggak ada yang lain lagi, Kinar," "Gi, ayo tidur. Aku capek banget," kata Kinar dengan mata yang terlihat sangat mengantuk. "Kamu ngajakin aku tidur?" "Argi, jangan bawel. Aku ngantuk banget," "Peluk ya?" pinta Argi yang kemudian Kinar mendekat dan Argi mendekap tubuh Kinar untuk bisa tidur siang karena tadi sangat melelahkan. "Hmm, Elena mana?" "Ada di tempat tidur bawah kita, Argi. Dia memang sering aku tidurin di sana. Kan nggak tinggi-tinggi banget. Kamu sendiri yang beli tempat tidur yang punya tempat tidur untuk anak kecil, kalau jatuh juga Elena nggak sakit-sakit banget. Tadinya aku mau turun juga, nemenin, tapi karena kamu datang aku nggak jadi," "Nggak apa-apa, biarin aja dibawah. Tau sendiri tidurnya kayak apa. Jadi nggak salah kalau dibeliin tempat tidurnya yang langsung di lantai," "Kasihan dong," "Nggak, Kinar. Itu memang untuk anak. Aku memang sengaja beliin itu untuk kamu karena takutnya kamu lengah. Kan kamu juga biasa tidurin dia di kasur bawah," "Hmm, dia pernah jatuh dari sini kan. Aku takut dimarahin kamu dulu," "Ayo tidur, nanti kita jalan-jalan." "Tentang yang tadi gimana?" "Kinar, ayo buat adiknya Elena kalau gitu. Kita pindah ke kamar lain, kamu bawel banget," Kinar menarik selimut kemudian menutup kepalanya ketika berada di pelukan Argi. Pria itu tertawa dan memeluk tubuh Kinar kemudian mencium keningnya. "Tetap seperti ini ya. Jadi keluarga suatu saat nanti." 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD