BAB01

1307 Words
  "Aku mau bunuh diri aja!" teriak Anastasia. Isak tangisnya pecah , di depan Mama tiri dan Adik tirinya yang sedang memberikan ultimatum terhadap dirinya yang mengurung diri di dalam kamar. Tiba-tiba saja, wanita itu datang bersama anak yang di sebutnya anak kandung.   ‘Aku gak tau,  Aku seperti bukan diriku sendiri. Di saat ini hatiku benar-benar sangat hancur.’   "Silahkan! Silahkan kalau kau mau bunuh diri! Biar kau bisa bersatu dengan Mama mu itu. Lebih cepat lebih baik! Apa kau masih tidak punya malu?! Gara-gara  keegoisanmu, semuanya berantakan. Jangan kau pikir, karena semua hasil jerih payah Papamu, untuk pesta pernikahanmu yang sudah batal itu, kau seakan tidak merasa bersalah?! Dulu Kau bilang, calon suami mu si Gerald itu anak baik-baik, sekarang nyatanya apaaaa! Semuanya malu di buat olehmu. Undangan, gaun pernikahan, resto bahkan ketringan juga sudah di persiapkan. Kau pikir itu tidak pakai uang?! Bahkan hasil jerih payahmu sendiri, pun tidak sebanding dengan yang di keluarkan oleh suamiku!"   Ucapan-ucapan yang keluar dari  mulut  pedas sang Mama tiri, selalu berhasil menyakiti hati Anastasia. Bahkan hampir setiap harinya, ucapan yang menusuk hatinya itu terdengar  di dalam kamarnya, setelah satu bulan belakangan ini. Sebenarnya  hari ini adalah hari di mana harusnya Anastasia menggelar pesta pernikahannya.  Hari bahagia yang sudah di nantikan banyak wanita, khususnya buat mereka yang memang sudah di lamar oleh kekasihnya. Pesta itu sempat ada dalam bayang-bayang pikiran wanita bernama Anastasia Halim yang di panggil Anas oleh keluarganya. Bahkan, imajinasinya  ikut bermain, membawa dirinya masuk ke dalam pesta yang megah di kelilingi banyak cinta dari tamu, keluarga dan sahabatnya. Bayangan itu sekarang sirna, bayangan semu yang pernah memenuhi pikirannya, pun hilang bagaikan di telan bumi.   Sebenarnya  hanya bayangan sederhana seorang wanita yang siap melepas masa lajangnya; mengenakan gaun pengantin berwarna putih, mahkota yang di pasangkan di atas kepala dengan balutan permata yang memancarkan sinarnya, sepatu heels yang di hiasi manik permata putih seperti batu berlian. Semuanya bernuansa putih, sudah di  persiapkan Anastasia, sebelum satu bulan lagi pernikahan itu berlangsung, pun jiga sirna.Dan kini, mama tiri Anastasia sedang menuntut akan itu.   Anastasia adalah anak dari pernikahan pertama papanya.  Setelah Mamanya tiada karena serangan jantung yang tiba-tiba menyerang, Anastasia sekarang di besarkan dengan kehidupan yang kejam dari Mama tiri yang gak punya hati. Sedangkan Papanya, sebenarnya sangatlah adil. Dia teramat menyayangi Anastasia, meskipun Anastasia sempat kecewa terhadap dirinya, karena menikah lagi dengan wanita yang menyukai uang papanya, pura-pura baik terhadapnya saat hanya di depan papanya. Sungguh seperti cerita di negeri dongeng hidup Anastasia.   "Ma... nikahkah saja lagi dia dengan pria  lain, biar cepat keluar gitu dari sini!" Ini suara adik tiri Anas bernama Savira, sebelas dua belas sama Mama tirinya. Kenapa seperti itu? Karena Savira sudah di tanamkan kebencian sejak kecil oleh Mama tirinya. Apa lagi, kehidupan Anas dan Savira itu di beda-bedakan oleh Mama Windy.   "Harusnya sih dia memang sudah menikah! Tapi Kau lihat Savira, semua nya gagal hanya alasan konyol dari Gerald, yang mengatakan Anas itu galak dan ketus terhadap dirinya. Pernikahan yang sudah 90% rampung, pun hancur seketika itu juga. Apa itu tidak lucu? Hah, wanita macam apa kau ini sebenarnya?!"   ‘Aku terisak sedih, bagaimana mungkin Aku di tuduh tidak merasa bersalah akan hal yang tidak pernah terbayangkan olehku. Aku pribadi, merasa sangat bersalah terhadap papaku. Karena pernikahan ku yang batal, berimbas ke papa yang sebenarnya sangat malu, tapi di sembunyikannya dariku. Karena pada saat itu, undangan sudah tersebar, ke seluruh keluarga, rekan bisnis dan usaha papa. Begitu pula denganku, seluruh sahabatku, teman kantorku, bahkan dengan mantan dari Gerald, bernama Siska yang sebenarnya adalah teman semasa kuliahku, ikut menertawai kandasnya pesta pernikahanku.’ Jangan bilang Anasatsia merebut kekasih Siska. Siska sudah lebih dulu memutuskan jalinan kasihnya bersama Gerald. Tepat setahun sudah, kemudian Gerald memintanya menjadi pacarnya. Itu di karenakan Siska berselingkuh dengan mantan pacarnya terdahulu. Dia memilih mantannya dan melepaskan Gerald. Sedangkan Anas? Anas memutuskan menerima Gerald, ya karena dia menilai Gerald adalah pria yang sangat baik, tidak memiliki celah apapun untuk menolaknya.   “Ma, Anas sudah pernah ceritakan soal kebenaranya, hanya saja Mama tidak bisa menerimanya.” decak Anas dalam isak tangisnya.   “Aku tidak perduli! Gara-gara kau, mukaku ini seperti di lempar kain kotor. Orang-orang memandangku rendah! semuanya di  karenakan ulahmu. Harusnya  kau itu mencari tau dulu sebelum menerima lamaran dari Gerald.”   “Dia kan murahan Ma!” saut Savira. Sedikit bercerita tentang jalinan asmara Anastasia dan mantan calon suaminya bernama Gerald. Enam bulan hubungan mereka berjalan, setelah di wisudah, Gerald mengajaknya untuk menikah. Wanita mana yang tidak bahagia, di ajak ke jenjang yang lebih serius oleh pasangannya. Di mana hati keduanya sudah mantap, dari segi umur juga mereka sudah cocok untuk membina rumah tangga. Anastasia adalah salah satu dari wanita itu, dengan bermodalkan cinta, dan juga latar belakang Gerald adalah anak dari seorang pengusaha. Kenapa tidak? Anastasia  pun meminta Gerald untuk melamarnya langsung ke keluarganya.   Bukan karena Anastasia sudah siap dan matang 100% untuk menikah, di karenakan dia berpikir, kalau saja Anastasia bisa terlepas dari sesaknya hidup satu atap dengan orang yang berwajah dua seperti mama tiri dan adik tirinya, kenapa tidak? Itu salah satu alasan terkuat, untuknya memilih menerima ajakan Gerald.   ‘Gerald—pun menyanggupi keinginanku. Dua hari kemudian, dia datang bersama keluarganya untuk melamarku. Itu salah satu keseriusannya, yang membuatku yakin, tidak salah dengan pilihanku.’   Begitu pula dengan Papa Anas, tidak sedikitpun berpikir panjang atau juga berlama-lama menimbang permintaan keluarga Gerald, untuk mempersunting putri kesayangannya. Di karenakan, kedua keluarga itu sama-sama saling mengenal.   ‘Di sini, Mama Windy dan Savira sangat bahagia, karena tau, aku akan menikah dan meninggalkan rumah di mana Aku di besarkan. Rumah yang memberikanku kenangan indah bersama Mama kandungku, hanya sampai aku berumur 7 tahun. Kenangan buruk, saat Mama sudah tiada hingga umurku sekarang menginjak 25 Tahun. Aku sadar, mereka berpikir dan merasa , aku adalah pengganggu di tengah-tengah keluarga kecil mereka. Papa, Mama Windy dan Savira. Mungkin terasa lebih sempurna, jika tidak ada aku di tengah-tengah mereka. “Ma, Suatu saat nanti, Gerald akan menjelaskannya ke kalian. Agar kalian menerima semua kejadian yang juga membuat Anas terluka Ma.” Anastasia meminta sedikit saja rasa ibah mereka untuk  dirinya yang sedang terluka.   “Jangan kebanyakan mimpi dech lo! orangnya juga sudah kabur, bagaimana pula dia akan menjelaskannya. Karena itu gue kasi tau ya, jadi cewek jangan murahan! jadinya gini nih, pacaran baru 6 bulan aja sudah senang di ajak nikah!” sindir Savira dengan santainya.   Anastasia  hanya membungkam, tubuhnya bergetar hebat dengan isak tangis yang masih menyelimuti dirinya. Kedua pelupuk  matanya, terus di genangi air mata kesedihannya. Siapa yang mau terluka? siapa juga yang mau gagal akan sesutau yang sudah di nantinya. Mungkin hanya semestalah yang mengerti perasaannya sekarang.   “Kau mulai menutup mulutmu! Jangan kau pikir, kau terus-terusan berdiam, Aku akan memaafkan semua yang kau lakukan untuk keluarga ini?! Jangan harap Anas, lebih baik, kau cepat-cepat keluar dari rumah ini dan tidak menampakkan dirimu di depanku lagi!” teriaknya ke Anas, dengan amarah yang meledak-ledak. ‘ingin sekali rasanya Aku mengadu ke papa. Hanya saja aku sangat sayang sama Papa. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan yang baru dia nikmati setelah kesedihan melandanya. Walaupun sebenarnya Aku sangat kecewa. Sedangkan Aku, memilih menyembunyikan kesedihanku. Hanya aku, Mama yang berada di surga serta sang pemilik kehidupan yang tau, getirnya hidupku.’   “Ayo Savira! Keluar dari sini! rasanya Mama ingin sekali membunuhnya.” ajak Mama Windy sambil berlalu menuju pintu keluar. Savira menjulurkan lidahnya, dengan angkuhnya dia berjalan mengikuti sang Mama. Anastasia terduduk di atas lantai kamarnya dengan berkucuran air mata. Kembali dia mengingat jalan ceritanya yang kandas. Detik-detik di mana keluarganya dan Gerald, bersepakat menyelenggarakan pesta pernikahan yang  megah. Bahkan, Papa Anastasia sendiri, meminta agar dirinya juga ikut menanggung biaya pernikahan mereka. Dikarenakan anak pertamanya akan menikah, jadi impian sang Papa, pesta sang putri haruslah megah. Begitu pula dengan Gerald, yang merupakan anak tunggal dari keluarganya. ‘Dan kalian tahu, semuanya itu sirna, karena sebuah perselingkuhan. Perselingkuhan Gerald dengan mantan pacarnya. Bukan Siska, tapi mantan terdahulunya, lebih tepatnya Cinta Pertamanya.’     —Aku bertahan dari kegagalanku, karena Aku yakin, Tuhan mempersiapkan pria yang jauh lebih sepadan, untuk mendampingiku melewati badai hidup sebuah Rumah Tangga.— Anastasia Halim.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD