Bagian 2

1663 Words
Tak kan ada pertemuan tanpa adanya suatu alasan. Karena segala hal yang terjadi di dunia ini, sudah ada dalam sekenario sang maha Kuasa. Allah Azza Wajjala. Penantian Halal litaps Pov si Pria di angkutan umum Seorang pria terlihat sedang sibuk di meja kerjanya guna mempersiapkan berkas yang ia butuhkan, untuk mengajar sebagai dosen di salah satu Universitas di kota Bandung itu. Saat sedang meneliti semua berkasnya, ia tersadar. Ada berkas yang tertinggal di rumah. Tadinya ia akan menelepon seseorang yang berada di rumah untuk membawakan berkas yang tertinggal itu. Tapi ia baru sadar, ia hanya tinggal sendiri sekarang. Di rumah yang baru ia tinggali sejak kemarin. Ia adalah dosen baru, pindahan dari salah satu Universitas di Yogyakarta. Saat hendak ke rumahnya menggunakan mobil pribadinya. Ia melihat jalanan lumayan padat, jadi ia putuskan ke rumah menggunakan ojeg yang ada di sekitar kampus. --- Setelah sampai di rumahnya, Ia membayar tukang ojeg lalu bergegas masuk ke rumahnya. Untungnya tadi ia pergi menggunakan ojeg. Kalau menggunakan mobil, mungkin kini ia belum sampai di rumahnya. Setelah menemukan berkas yang tertinggal, ia segera kembali ke kampus. Saat sudah di luar rumahnya. Ia baru sadar, kenapa dia tidak menyuruh tukang ojeg tadi menunggu? Mobilnya kan masih ada di kampus. Dan lagi, di sekitar tempat tinggalnya tidak ada tukang ojeg. Handphone nya pun ia tinggal di meja kerjanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk naik angkutan umum. Yang melintas tak jauh dari tempat tinggalnya. --- Saat berada di dalam angkutan umum, ia sempat curiga dengan gerak gerik penumpang pria yang duduk di sebelahnya. Tapi ia tak ambil pusing dan kembali fokus melihat jalanan yang sudah tak sepadat tadi, saat ia kembali ke rumah. Lalu, penumpang pria yang mencurigakan itu turun tak lama setelah si pria naik ke dalam angkutan umum. Penumpang yang mencurigakan itu turun dengan tergesa gesa dan menabrak pria itu. "Aduh mas maaf mas maaf," Ujar penumpang pria yang mencurigakan itu. "Iya mas, lain kali hati hati," Balas si pria. --- Tiba lah ia di depan Universitas tempatnya mengajar. "Berhenti di depan ya bang!" Ucapnya, pada sopir angkutan umum "Iya mas, itu juga di depan ada penumpang kayaknya," Balas si sopir sambil memperlambat laju kendaraannya. Saat hendak turun, ia berpapasan dengan wanita berjilbab yang sepertinya hendak naik ke angkutan umum itu. Wanita itu pun mempersilakan dia untuk turun lebih dulu, barulah wanita itu naik setelahnya. Saat hendak masuk ke dalam kampus, ia hampir lupa untuk membayar ongkos. Sampai si sopir pun berteriak padanya. "Ongkosnya mas!" Ucap supir angkutan umum itu, padanya. Ia pun merogoh saku baju serta saku celananya. Tapi tak menemukan seperak pun uang di dalamnya. Dan hal itu membuat si sopir geram karena lama menunggu. Ia pun teringat penumpang pria yang ia curigai tadi. Apakah ia baru saja di copet oleh pria tadi?. Bukannya ber suudzon, tapi rasanya memang seperti itu. "Maaf bang, kayaknya saya kecopetan deh tadi. Saya ambil uang saya di dalam dulu ya bang. Saya pasti ke sini lagi kok bang!" Ucap si pria menjelaskan. "Halaaahhh... kalo gak punya duit gak usah naik angkutan umum mas! Naik mobil pribadi aja makanya. Gak usah berlagak kecopetan gitu. Ganteng ganteng tukang tipu!" Ucap si supir kesal. "Benar bang, saya kecopetan di angkutan umum ini tadi, saya tidak bohong bang. Saya janji. Saya hanya sebentar ke dalam kampus itu. Dan akan bayar ongkos saya segera!" Tawar si pria "Gak ada! Kasian penumpang saya lama nunggu kamu balik lagi ke sini. Iya kalo baik lagi. Kalo enggak?! Yang ada rugi saya mas!" Ujar si supir. Tak menerima tawaran pria tadi. "Tapi bang-" "Biar saya bayar aja bang ongkosnya mas ini. Berapa bang?" Ujar gadis yang baru saja menaiki angkutan umum tadi. Si pria tentu saja terkejut. Tadinya ia hendak menolak, dan mengatakan "Tidak usah mbak. Lebih baik saya ambil uang saya dulu di dalam kampus. Saya tidak mau berhutang pada orang yang tidak saya kenal sebelumnya. Bagaimana cara saya mengembalikannya nanti?" Tolaknya Tapi nampaknya, wanita itu sudah tak sabar menunggu. Dan penumpang yang lain pun sepertinya sudah mulai pegal berlama lama di dalam angkutan umum itu. Dan akhirnya, wanita itu pun berkata "Tenang aja kali mas, saya juga mahasiswi di sini. Nanti mas bisa balikin ke saya kalo ketemu saya di sini. Kalo nungguin mas masuk dulu ke kampus, terus balik lagi kasian sama penumpang di sini nunggu lama. Saya juga gak mau nunggu lama. Jadi mas terima tawaran saya aja ya?!" tawar wanita itu. Dan akhirnya di setujui oleh si pria. "Baiklah, kalau boleh tau siapa nama kamu? Supaya nanti saya mudah mencari kamu. Untuk membayar hutang saya," Tanya si pria "Lydia. Nama saya Lydia. Udah ya mas. Pak supir jalan yuk. entar keburu maghrib!" ucap wanita itu pada supir sambil mengalihkan pandangannya dari si pria pada si supir. Dan angkutan umum itu pun melaju meninggalkan pria yang masih berdiri di tempat. Sambil terus mengingat nama gadis yang tadi membayari ongkosnya. "Lydia...." gumam si pria sambil melenggang masuk ke dalam kampus ~~~ Setelah selesai mengurusi berkas berkas keperluannya untuk mengajar di Universitas ini. Akhirnya ia pulang menuju rumah yang baru ia tempati kemarin. Di perjalanan, ia berpikir untuk menyewa asisten rumah tangga. Supaya ada yang mengurus rumah saat ia sedang mengajar di kampus. Karena di kota kelahirannya, ia masih tinggal bersama kedua orangtua nya. Dan sudah pasti, semua urusan rumah sudah di atasi oleh mamanya. Selaku isteri sekaligus ibu rumah tangga. Sebenarnya, salah satu alasan ia pindah mengajar di kota ini adalah karena sang mama selalu mendesaknya untuk menikah. Ia sadar, memang usia nya sudah tak lagi muda. Tapi, ia selalu berpendapat 'toh jodoh di tangan Allah' nanti juga bakal ketemu kalau sudah waktunya. Pikirnya. Dan, alasan lain ia mengajar di kota ini adalah karena wanita yang ia cintai telah memilih pria lain sebagai pendamping hidupnya. Lebih tepatnya bukan memilih, tapi di pilihkan oleh kedua orangtua nya. Yang tidak setuju dengan hubungan keduamya. Orang tua si gadis pikir, anaknya tidak akan bahagia bila bersamanya. Karena ia hanyalah seorang dosen. Sementara pria pilihan mereka adalah anak dari seorang konglomerat di sana. Ia sempat putus asa karena kejadian itu. Ia sempat berpikir bahwa Allah tidak adil padanya. Mengapa, saat ia sudah mulai ingin membuka hati pada sosok wanita. Allah malah jauhkan dia darinya?. Tapi ia sadar, bahwa yang terbaik di matanya. Belum tentu baik di mata Allah. Allah lebih tau mana yang terbaik bagi hamba-Nya. Ah, sudahlah ia tak mau mengingat kejadian itu lagi. Kini ia sedang berusaha melupakan kejadian itu. Tiba tiba ia teringat wanita yang tadi membayari ongkosnya. "Lydia... nama yang bagus. Sama seperti sifatnya yang dermawan... Astaghfirullah, nyebut Ris." Ia pun mengucap istighfar karena telah memikirkan perempuan yang belum menjadi muhrimnya. Eh, tunggu! 'Belum?' Entahlah... "Kenapa aku kepikiran dia ya?" Gumamnya "Ah, mungkin karena aku ada hutang sama dia," Elaknya ~~~ Setelah sampai di kampusnya. Lydia segera memasuki kelas, karena ada kelas pagi ini. Ia sedikit tergesa karena lima menit lagi kelasnya akan di mulai. Lydia adalah mahasiswi jurusan pendidikan. Ia sedikit terlambat hari ini, karena semalam ia tidak bisa tidur. Dan baru bisa tidur sehabis sholat subuh. Karena semalaman ia terus menangis, dan akhirnya membuat matanya terlihat sembab pagi ini. Untungnya di rumah sedang tidak ada siapa siapa. Kakaknya sedang liburan bersama teman sepekerjaannya. Ibu, ayah, dan adiknya sedang menginap di rumah saudaranya yang sedang sakit. Ia beruntung, karena jika keluarganya tahu kalau matanya sembab seperti sekarang. Pasti Lydia sudah di introgasi, terutama oleh ayah dan kakaknya. --- Saat hendak membuka pintu ruang kelasnya. Ia berpapasan dengan seorang pria yang kemarin ia bayari ongkosnya saat menaiki angkutan umum. Dan kelihatannya pria itu pun hendak memasuki ruangan yang sama. Mereka sama sama ingin membuka pintu. "Eh, kamu yang kemarin bayarin ongkos saya kan? Mumpung ketemu di sini. Ini saya mau bayar hutang saya kemarin," Ucap si pria sambil menyodorkan uang pecahan lima puluh ribuan. "Ehmm, nanti aja lagi deh mas. Uangnya kebesaran, saya gak ada kembalian. Ini juga kelasnya udah mau di mulai. Nanti deh mas bayarnya kalo udah selesai mata kuliahnya," Ucap Lydia sambil melenggang masuk. Tapi ia berbalik dan melihat pria itu masih berada di luar kelas. "Mas nya gak masuk? Ini udah mau mulai lho... dosennya gak suka kalo ada mahasiswa nya yang telat. Oh iya, mas baru ya di sini? Kemaren-kemaren, kayaknya saya gak pernah lihat mas di sini deh?" Tanya Lydia "Enggak kok. Saya bukan mahasiswa baru. Yaudah kamu sana masuk, katanya kelasnya udah mau mulai," Ucap si pria "Ya udah. Saya duluan ya mas," Ucap Lydia --- Saat Lydia sudah mendudukkan diri di bangku. Indah, hendak menanyakan pada Lydia mengapa ia datang saat kelas baru akan di mulai. Biasanya Lydia selalu datang awal. Tapi urung saat pintu terbuka, dan menampakkan sosok pria yang tadi berpapasan dengan Lydia di depan pintu masuk kelas. Tapi ada yang aneh menurut Lydia. Kenapa pria itu duduk di bangku dosen? Apa jangan jangan.... "Selamat pagi semua. Sebelumnya, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan, nama saya Faris Hasan Sa'id. Kalian bisa panggil saya Pak Faris. Saya di sini sebagai dosen pengganti mata kuliah yang sebelumnya di bawakan oleh pak Haris. Beliau memberi amanat pada saya supaya menggantikan beliau selama kurun waktu yamg belum di tentukan. Peraturan di kelas saya tidak jauh berbeda dengan peraturan yang di buat oleh pak Haris sebelumnya. Semua mahasiswa harus datang sebelum saya datang, dan saya akan masuk kelas 5-10 menit sebelum kelas di mulai. Siswa harus fokus saat mata kuliah berlangsung dan setiap tugas apapun yang saya berikan harus di kumpulkan tepat waktu. Kurang dari waktu yang di tentukan akan saya beri tambahan nilai. Tapi lebih dari jangka waktu yang saya tentukan, tunggu tugas selanjutnya dari saya," Jelas pria yang ternyata dosen Lydia itu panjang lebar "Baik, mungkin demikian peraturan yang harus kalian patuhi jika masih ingin mengikuti mata kuliah saya. Dan...." pria itu kemudian mencatat sesuatu di papan tulis. "Ini alamat e-mail dan nomor telepon saya. Kalian bisa gunakan ini untuk mengumpulkan tugas!" jelas pria itu lagi. Mata kuliah pun di mulai. Saat mata kuliah berlangsung, Lydia nampak kurang fokus. Dia masih kepikiran tentang sikapnya pada pria yang ternyata dosennya tadi. Bagaimana jika dia di hukum karena perlakuannya yang kelihatannya kurang sopan pada dosennya itu?. Kira kira itu lah yang ada di pikirannya. Tak terasa, mata kuliah pun selesai.... "Lydia, kamu ikut ke ruangan saya sekarang!" Titah dosen baru itu, setelah beranjak dari duduknya. "I-iya pak," ucap Lydia gugup 'Ya Allah... semoga aja dia cuman mau bayar utang ongkos yang kemarin' gumam Lydia dalam hati Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD