4. I Found You

1885 Words
    Sean yang kelelahan telah mengecek beberapa tempat di gedung fakultas teknik itupun terduduk di bangku yang ada di sana, dia benar-benar lelah dan kakinya sudah tidak kuat bahkan untuk sekedar berdiri saja pun tidak bisa. Ia menyeka keringatnya lalu berusaha menyapu pandangannya, nihil. Sean tidak menemukan orang yang ia kenal di sana, tentu saja karena Sean memang tidak punya kenalan anak teknik, teman Sean tidak sebanyak Halim. Akhirnya ia menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya, kreseknya ia taruh di samping kepalanya memikirkan Cakra yang sedang berada di mana saat ini.     “oh? Sean ya?”     Sean mengangkat wajahnya melihat wajah seseorang yang ia kenal, dia adalah Mark, mereka sempat kenal saat jaman ospek dulu karena Mark kerap kali mengunjungi anak grup Halim. Karena terkadang Halim menitipkan anak grup Halim pada Mark jika ada keperluan yang mengaharuskan Halim meninggalkan anak-anaknya. Sean tersenyum, “siang kak Mark” sapa Sean, Mark membalas senyuman Sean, “siang juga, kamu ngapain di sini? Nyasar?” tanya Mark. Sean menggeleng, “nggak kok..” Sean berpikir haruskah ia bertanya pada Mark kalau dia tangah mencari seseorang?.     Mark mengangguk lalu melirik jam tangannya, “duh, Se. Kakak buru-buru nih, maaf ya gak bisa lama-lama” tukas Mark namun akhirnya Sean menarik lengan baju Mark dan berhasil membuat Mark menoleh padanya dengan tatapan bingung, “kenapa, Se?” tanyanya, Sean melepaskan tanganny lalu berdiri agar dia tidak mendongak pada Mark yang tengah berdiri, “kak Mark tahu kak Cakra?” tanya Sean membuat kening Mark berkerut dan dua detik kemudian menatap Sean dengan tatapan menggoda, “emmm Cakra siapa, nih? Pacarnya anak teknik ya?” goda Mark yang direspon Sean dengan gelengan, “enggak ih,cuman ada perlu aja. Kak Mark tahu gak?” Mark terdiam sejenak lalu menggeleng, “enggak” tukas Mark. Sean menghela nafasnya, “ah ya sudah kak, makasih ya. Maaf tadi kak Mark buru-buru, kan?” Mark menepuk dahinya, “ya ampun iya! Maaf ya Se, aku duluan, dadah!” ujarnya sambil berlari meninggalkan Sean. Sementara itu, Sean kembali duduk di bangkunya.     Selang tiga menit akhirnya ia bangkit lagi untuk mengecek tempat yang mungkin saja di datangi oleh Cakra, meskipun Sean tidak tahu harus berjalan kemana dan bertanya pada siapa. Sean sedikit terganggu dengan pandangan beberapa orang di sana yang melihatnya terus-terusan entah apa maksudnya menatap Sean selekat itu, oh ya mungkin mereka heran kenapa ada perempuan asing berada di gedung fakultas mereka. Sean mengurungkan niatnya untuk pergi lebih jauh dari sana dan memilih untuk memutar balik.     Sean berniat untuk memundurkan langkhanya, namun matanya melihat perawakan Cakra di depan sana berbelok ke sisi kelas. Awalnya Sean merasa tidak yakin itu adalah Cakra karena mungkin ia baru saja berhalusinasi, namun pikirannya ia tepis dan berlari menuju tempat Cakra menghilang di belokan tadi. Sean tidak peduli walaupun itu halusinasi tapi jika itu betulan Cakra maka usahanya tidak sia-sia. Sean melesat mengejar jejak Cakra, ia melihat bahu Cakra yang berjalan cepat jauh di depannya. Ia memerhatikan bahu Cakra yang kembali berbelok menuruni tangga, beruntung tangga tersebut berada di luar jadi Sean masih bisa menangkap sosok orang yang menurutnya itu Cakra sampai Sean beberapa kali menabrak orang dan membungkuk meminta maaf karena ulahnya.     “ya tuhan semoga itu Cakra” gumam Sean sambil terus mengejar jejak Cakra. Sean mengejar Cakra ke kekatin, ia sedikit ragu untuk membuntutinya tapi meskipun begitu, Sean tetap masuk ke kantin. Dugaannya bahwa akan banyak orang yang menatapnya benar, saat ia baru saja menginjakan diri di sana, atensi mereka berpindah pada Sean. Dengan segenap keberanian yang ia punya, akhirnya ia menyapu pandangannya pada setiap juru kantin. Matanya tetap belum menemukan Cakra di sana, namun ia tetap kembali memerhatikan setiap stand makanan dan bangku di sana.      Gotcha! Dia menemukan seseorang yang ia buntuti, ia kembali ragu untuk melangkahkan kakinya ke sana, namun orang-orang di sana sudah me-notice keberadaan Sean dan bahkan ada yang terang-terangan menyapa atau menatap jail pada Sean, “hai, nyasar ya?” tanya seseorang dari belakang membuat Sean refleks membalikan badannya, Sean sama sekali tidak mengenal siapa orang itu namun terlihat ramah jadi Sean hanya membalasnya dengan ucapan maaf dan pergi dari sana menuju keberadaan sosok Cakra di kursi pojok. Sean yakin itu adalah Cakra. Meskipun posisinya memunggunginya, Sean yakin bahwa itu Cakra jadi Sean lebih berani untuk mendekat ke sana.     Tetapi semakin ia dekati semakin ragu untuk menyapanya, Sean takut kalau dia bukanlah Cakra. Namun karena terlanjur berada di sana akhirnya Sean menyentuh bahu orang yang ia yakini itu adalah Cakra. Tubuh Sean menegang saat orang itu berbalik karena merasa seseorang menyentuh bahunya lembut. Tepat, perkiraan Sean tepat, itu adalah Cakra.     Cakra yang melihat keberadaan gadis di tengah kantin itu kebingungan, namun sedetik kemudian ia ingat siapa gadis ini. Cakra beralih menatap sekitar, beberapa orang memerhatikan Cakra dan Sean lalu Cakra melirik Sean yang terlihat sedikit memucat. Dengan kepekaan super tinggi akhirnya Cakra berdiri dan mendekatkna tubuhnya pada Sean, “ikut aku dulu” ucapnya setengah berbisik membuat Sean memundurkan wajahnya karena waja mereka lumayan dekat, “oh, kenapa?” tanya Sean pelan, “ikutin aku aja. Jangan protes” Sean semakin bingung dengan ucapan Cakra yang aneh, kemudian Cakra merangkul bahu sempit Sean dan berjalan menjauh dari kantin yang tentu saja beberapa orang tertarik dengan adegan Cakra tersebut. Diantaranya ada yang menggoda Cakra yang mengucapkan selamat entah selamat apa yang mereka maksud.     Keadaan Sean sendiri malah linglung, ia hanya mengikuti langkah kaki Cakra yang membawanya keluar kantin, “maaf ya, banyak teman kelas aku jadi pada ngeliatin, kamu pasti gak nyaman jadi aku ajak keluar” jelas Cakra setelah keluar dari area kantin dan berjalan keluar dari gedung fakultas. Respon Sean hanya mengangguk dan didetik selanjutnya ia menghentikan langkahnya yang mengharuskan Cakra melakukan hal yang sama lalu dengan cepat melepaskan rangkulan Cakra, “ya ampun! Maaf, aku gak sengaja. Aduh, aku gak akan ditendangkan?” ucap Cakra heboh dengan tangan yang menyatu di depan d**a memohon maaf dar Sean, “enggak, aku juga minta maaf bikin kak Cakra kaget, gak maksud kasar” balas Sean yang malah mendapat gelengan kepala dari Cakra, “No, aku emang pantes dikasarin udah rangkul kamu seenaknya” Sean yang bingung dengan Cakra akhirnya menenangkan dirinya sejenak lalu memanggilnya dengan tenang.     “kak Cakra, kan?” tanya Sean kemudian Cakra mengangguk, “kok tahu, sih?” jawab Cakra bertanya balik, “aku Sean, temannya kak Halim. Mungkin kak Cakra ingat, aku yang kerja di cafe” jelas Sean. Tentu saja Cakra mengingatnya, “oh, Sean. Aku ingat, enakan ngobrol sambil duduk, di sana” ucap Cakra menunjuk kursi dan mengajak Sean untuk duduk. Setelah menemukan posisi enak untuk ngobrol akhirnya Sean memulai kembali pembicaraan, “kak Cakra hilang ini ya?” tanya Sean mengangkat kresek, Cakra terkejut bukan main. Matanya membulat melihat kantong kreseknya, tangannya meraih kresek tersebut dan mengecek isinya, “aku simpan kresek itu, semoga gak ada yang hilang”.     Cakra mengecek seluruh benda yang ada di sana dan kembali membereskannya, matanya berkaca-kaca menatap Sean, “kok bisa sama kamu?” pertanyaan yang sudah Sean perkirakan itu terucap dari bibir Cakra, “waktu itu aku lihat di perpustakaan, aku kira itu sampah tapi pas aku cek isinya bukan sampah tapi alat-alat tulis sama yah yang gitu jadi aku simpan aja siapa tahu memang barangnya masih di butuhin sama orangnya. Lalu aku cek lagi dan nemu kertas design, di sana ada tulisan nama kak Cakra, sebelumnya kak Halim bilang kalau tugs kak Cakra hilang jadi aku langsung ingat kak Cakra dan nyusul ke sini. Beruntung aku ketemu kak Cakra” jelas Sean panjang lebar menceritakan dari awal.     Cakra meraih tangan Sean, “makasih. Belum terlambat, kok. Aku gak tahu kalau bukan di tangan kamu mungkin tugas kakak gak akan aman. Beruntung ini ada di kamu. Makasih banyak udah nyusul ke sini kakak bersyukur banget ternyata masih rejekinya kakak” balas Cakra, Sean tersenyum melhat wajah Cakra hidup kembali, “iya, kak sama-sama, senang kalau belum terlambat ngembaliinnya” mendengar itu Cakra mengangguk cepat, “belum kok, kamu tepat waktu. Pasti capek ya? Kamu keringetan gitu, mau minum? Kakak teraktir ya?” Sean menggeleng, “enggak, kak. Gak apa-apa, kok. Kak Cakra pasti mau ngerjain tugasnya biar cepat selesai” tolak Sean meskipun sejujurnya ia kehausan. Cakra yang keras kepala tetap bersikeras mengajak Sean, “ayo, tugas mah gampang. Sebagai ucapan terima kasih dari kakak, kamu gak boleh nolak pokoknya. Yuk!” tukas Cakra bangkit dari sana dan dibuntuti Sean dengan perasaan campur aduk, “loh jangan di belakang. Sini di samping aku jalannya, kayak ajudan aja” ucap Cakra membuat Sean mendengus geli, ajudan katanya.                                                                                             + + +         Cakra dan Sean berakhir di sebuah cafe jauh dari kampus, dengan alibi salah satu cafe favotitnya Cakra padahal Cakra ingin berduaan dengan Sean, Cakra menggunakan kesempatannya ini karena siapa tahu mereka tidak akan bertemu. Namun meski begitu, Cakra akan tetap mengunjungi Sean setelah ini, apapun alasannya Cakra semakin tertarik pada Sean. Mereka duduk di bangku dekat dengan sebuah kaca dengan pemandangan taman yang terdapat beberapa anak kecil tengah bermain lalu atensi Sean beralih pada suasana cafe yang tentram dengan warna rosequartz and serenity ini. Matanya dimanjakan dengan warna kalem, pajangan simple dan lagu tenang menambah kesan nyaman pada Sean.     “suka gak?” tanya Cakra, Sean mengangguk, “suka banget, enak, adem pokoknya enak banget deh” jawaban Sean membuat Cakra tersenyum bangga, “syukur deh, kamu mau pesan apa?” tanya Cakra meraih buku menu, “apa ya? Greentea latte aja, kak” jawab Sean, “minum aja? Makanannya?” pertanyaan tersebut membuat Sean melihat buku menu lagi dan langsung mengurungkan niatnya untuk memilih makanan karena menurutnya harganya sangat mahal, bisa dipakai beli baso tiga mangkok. Sean melirik Cakra yang menungunya menyebutkna pesanannya, “hehe, gak usah deh. Minum aja” namun mendengar hal itu wajah Cakra malah terlihat aneh, “kok gitu? Aku yang traktir, pesan aja pokoknya sampai kamu kenyang” jawaban Cakra membuat perasaan Sean tidak enak, “gak usah kak, mahal”, Cakra menghela nafasnya, “gak apa-apa pesan aja”, “ya udah, samain aja pesanannya” setelah itu Cakra mengangguk dan memesankan pesanan mereka.     Setelah memesan, suasana diantara mereka sedikit canggung yang akhirnya malah saling bertukar pandang dan tersenyum malu. Cakra sendiri kebingungan harus membicarakan apa, dia juga merasakan udaranya sedikit lebih hangat dari sebelumnya. “kamu ada kuliah jam berapa, Se?” tanya Cakra memulai pembicaraan, “kosong. Gak ada jadwal, kak” jawab Sean sambil memainkan jemarinya dibawah meja, mendengar hal itu membuat Cakra berpikir, “loh? Kamu sengaja ke kampus buat ngembaliin bahan tugas kakak doang?” tanya Cakra dengan sedikit meninggi diakhir kalimat. Sean mengangguk, “iya, soalnya kalau lama-lama aku simpan nunggu jadwal yang sama takutnya kakak gak keburu ngerjain tugasnya” pikiran Cakra jadi blank, tugasnya memang penting tapi kalau seperti ini malah membuat Cakra agak merasa bersalah.     “Sean, maaf ya. Gara-gara kakak mungkin kamu jadi kepikiran, aku jadi ngerasa bersalah bikin kamu kerepotan. Habis ini kamu kalau ada kebutuhan boleh minta bantuan sama kakak. Oke?” ucapan Cakra membuat Sean yang kini ikutan merasa tidak enak, “loh, kok gitu? Aku ikhlas, kok. Aku gak minta imbalan apapun” jawab Sean, “tapi kakak ngerepotin kamu loh, nyariin sampai ke kantin. Pokoknya kalau butuh bantuan tinggal bilang aja ya?” mendengarnya membuat Sean terdiam lumayan lama, “aku gak pernah berpikir buat dikasih imbalan sama siapapun, kak”. Cakra menggeleng, “kakak bakal senang kalau permintaan kakak kamu terima. Gak susah kok”, lagi-lagi Sean terdiam, “ya sudah aku terima. Gak ngerepotin, kan?” Cakra tersenyum, “enggak. Kakak bakal senang malah, berarti kakak berguna” jawaban tersebut membuat Sean tersenyum. Setelah percakapan tersebut, menu yang dipesan tadi sudah tersaji di atas meja mereka, “kalau mau nambah juga bilang aja. Anything for you” ujar Cakra. Perasaan Sean kian meledak namun ia hanya memamerkan senyuman kalem pada Cakra, “iya kak, makasih”. Cakra membalas senyuman Sean, “jadi, nomer w******p kamu berapa, Sean?”.                                                                                Never Ending Story
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD