Pagi menjelang siang,
"Aaaaaa"teriak Safa langsung bangun terduduk dari tidurnya, nafasnya terengah-engah.
Teriakan Safa membuat tidur damai Zaki terusik hingga Zaki ikut terkejut dari dalam mimpinya.
"Ada apa sayang?" tanya jungkook khawatir, matanya langsung terbuka saat melihat wajah pucat istrinya.
Safa tetap diam, Zaki yang melihat istrinya ketakutan langsung mendekap tubuh munggil istrinya.
"Hiks Zaki, aku takut hiks" tangisan Safa pecah saat Zaki mendekapnya dengan erat.
"Ada apa sayang? Katakan, apa kau mimpi buruk?" tanya Zaki coba menenangkan istrinya agar tidak menangis dan sesekali mencium pucuk kepala istrinya.
"Hiks aku takutt hikss" Safa tetap menangis karna rasa takut yg ia rasakan tak kunjung usai, tubuhnya pun bergetar. Mimpinya terasa begitu nyata.
Zaki mempererat pelukannya berharap istrinya akan tenang. Zaki terus membisikan bahwa semua baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian Jungkook melonggarkan pelukannya dan langsung menangkup pipi istrinya.
"Ayo kita mandi dulu" ajak Zaki ke Safa karna Zaki tau betul Safa, ketika ia belum siap menceritakan sesuatu ia tak akan memaksa istrinya.
Safa baru menyadari tubuh mereka polos tak ada benang sehelai pun yang mereka kena kan. Rasa takut yang sebelumnya ada pun kini hilang di gantikan rasa malu.
Safa langsung mengambil selimut untuk menutup seluruh tubuh nya, Hal itu membuat Zaki sedikit tertawa. mereka sudah menjadi sepasang suami istri tapi kenapa Safa begitu malu pada suaminya sendiri.
"Kenapa kau tertawa! sudah cepat mandi sana" ketus Safa saat melihat Zaki tertawa tak jelas.
"Apa kau malu hm?" goda Zaki.
"Zaki!"
"Ayo mandi." ajak Zaki lagi.
"Yasudah sana mandi." jawab Safa masih memegang erat selimut di tubuhnya.
"Aku bukan mau mandi sendiri, ayo temani aku, kita mandi bersama." rengek Zaki seperti anak kecil meminta sesuatu kepada ibunya.
"Ah tidak mau sana mandi!" tolak Safa mentah mentah.
"Aku tidak menerima penolakan sayang" balas Zaki dengan wajah mesumnya.
"Zaki! Kau seperti bayi." kesal Safa kepada Zaki yang keras kepala.
"Aku seperti bayi?" tanya Zaki sambil menunjuk dirinya sendiri. "Bahkan orang yang kau sebut bayi ini semalam sudah mulai mencoba membuat bayi.'
Safa mendelik, frontal sekali bibir bapak Zaki yang terhormat ini. Tanpa persetujuan Safa, Zaki langsung menggendong Safa ke kamar mandi.
"ZAKI! TURUNKAN AKU" Safa menaikkan nada suaranya
"Tidak mau" jawab Zaki cepat.
Safa hanya memajukan bibir nya dan berpegangan mengalungi tangan di leher Zaki.
Sesampainya di kamar mandi Zaki langsung menurunkan safa di bath up.
Safa hanya menatap Zaki dengan sinis dan mengalihkan wajahnya ke tempar lain, Zaki mulai mengisi bath up dengan air hangat.
"Kau marah?" tak ada sahutan
"Ku mohon jangan marah" pinta Zaki dengan wajah yang begitu membuat Safa gemas.
Safa yang mendengar suara Zaki yang memohon lalu menoleh ke arah suaminya dan tersenyum.
Zaki bergabung masuk ke dalam bath up di belakang Safa dan memeluk tubuh munggil istrinya
Safa tidak menolak akan perlakuan Zaki munafik jika ia bilang tak suka di perlalukan manja oleh suaminya.
"Sayang, boleh aku meminta hak ku lagi?" bisikan Zaki di telingga Safa.
Safa hanya membalas dengan anggukan saja karna satu minggu ini Safa libur. Karna Zaki CEO di kantornya. Zaki juga yang meminta Jay menghandel semua pekerjaan mereka.
Zaki langsung menjilat daun telinga Safa membuat Safa kegelian dan langsung meloleh ke belakang.
Belum sempat Safa mengatakan sesuatu yang dia rasa, Zaki langsung menyambar bibir mungil Safa, melumatnya dengan lembut dan Safa pun membalas lumatan yang di berikan Zaki.
Semakin lama lumatan tersebut semakin menuntut, Zaki mengigit kecil bibir Safa agar Safa membuka mulutnya dan benar saja gigitan yg Zaki buat dapat membuka mulut Safa. dengan sangat sigap Zaki memasukan lidahnya dan mengabsen seluruh benda yang ada di dalam mulut Safa. Keduanya saling bersalman lidah, menciptakan benang-benang saliva.
Ciuman panas itu berakhir saat Safa memukul mukul lengan Zaki sebagai tanda kehabisan oksigen.
Zaki melepas tautan nya dan Safa langsung memburu oksigen yang rasanya sudah habis di dalam paru paru.
Betapa agersif ciuman Zaki hingga membuat bibir Safa yang munggil memerah dan membengkak, Zaki menyesapnya dengan kuat karna gemas.
Setelah Zaki merasa aturan nafas Safa sudah seperti semua Zaki dengan nafsu langsung menyesap leher jenjang Safa dan membuat tanda kepemilikannya di sana.
Tangannya tak tinggal diam, dari belakang tangan nya meremas kedua benda kenyal milik Safa, memilin bagian tengah nya yang sudah mengeras akibat ulahnya.
Safa mendongakkan kepalanya karna nikmat yang Zaki berikan.
"Shhh ahhh" desahan Safa lolos dari mulutnya,itu membuat milik Zaki menegang lebih sempurna
Tanpa aba aba Zaki mengarahkan miliknya dari belakang dan langsung menghentakkannya.
"Ahhkk Zaki." Safa terkejut saat milik Zaki masuk begitu saja. Milik Safa Masih terasa agak sakit karna mereka baru melakukannya semalam. Safa belum terbiasa.
"Apa masih sakit?" tanya Zaki dengan suara serak.
"Tidak, hanya perih shhh gerakan saja" jawab safa jujur.
Zaki langsung memegang pinggang istrinya dan menggerakan nya dengan tempo sedang. Irama dari suara yang bertabrakan dengan kulit menggema di seluruh ruangan.
"Zaki ahhh" desah Safa mulai menikmati milik Zaki yang menusuk-nusuk di dalam miliknya. Zaki menambah kecepatannya. Safa merasakan sesuatau akan meledak ledak.
"Zaki ahhh faster please." pinta Safa mendongakkan kepalanya.
Zaki lebih mempercepat gerakannya hingga air di dalam bath up tumpah ke lantai. Tubuh Safa mulai bergetar ingin mengeluarkan sesuatu.
"Panggil aku sayang."
"Zaki!"
"Ahhhhh" desah panjang mereka berdua saat mendapat pelepasannya.
Safa mengatur nafasnya yang tak setabil
Zaki mencium pipi istrinya. Nafas mereka begitu terdengar. Benar-benar pagi yang panas.
Setelah percintaan panas di pagi hari. Mereka pun membersihkan diri bersama. namun nakalnya tangan Zaki selalu meraba-raba tubuh istrinya. Tak segan Safa mencubit bisep dan pinggang Zaki dengan kasar, Zaki sangat senang melihat wajah marah Safa. Terlihat sangat mengemaskan di matanya.
Safa sangat spesial untuknya, pasalnya semua wanita yang mendekati Zaki hanya melihat ketampanan Zaki dan hartanya saja.Berbeda dengan Safa, ia adalah gadis jutek tak suka bergaul dengan banyak wanita, Dan saat SMA rata-rata temannya laki-laki.Ya, laki-laki tetapi itu pun karna dia tomboy dan lebih asik berbicara dengan laki-laki. bukan berarti Safa suka menggoda seperti jalang.
Semua teman laki-laki nya pun selalu menggangap Safa seperti adik kecil mereka, di tambah lagi sifat Safa yang bar-bar yang membuat mereka nyaman. Di dalam sifat Safa yang jutek dan tomboy dia adalah wanita yang mudah menangis dan sangat manja.
Selesai mandi Zaki dan Safa bergegas ke kamar untuk mencari pakaian ganti.
"Shh... " tangan Safa menyentuh miliknya sambil meringis.
Safa merasa ngilu saat akan beranjak dari bath up miliknya terasa sakit sehingga ia sulit untuk berjalan, kakinya juga lemas.
Zaki yang sedang melilitkan handuk di pinggangnya langsung menoleh mendengar istrinya meringis kesakitan.
"Masih sakit?" tanya Zaki khawatir.
Tangan Safa masih setia pada bagian sensitif nya "sakit" jawab Safa lirih menatap Zaki "kau kasar sekali tadi."
Safa mengambil pyama putih di dekat tempat handuk memakaikan di tubuh mungil istrinya, Zaki menggendong Safa menuju kamar dengan hati-hati. Ia lepas kendali tadi. Zaki membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang dengan perlahan.
Safa hanya tersenyum melihat suaminya yang sangat perduli padanya 'betapa sempurnanya hidup ku dengan keberadaan mu Zaki aku merasa sangat amat beruntung bisa memilikimu semoga tuhan tak akan pernah memisahkan kita sampai maut menjemput' batin safa membuat wajahnya menjadi panas.
Sedangkan Zaki yang sudah mengambil baju untuk istrinya, heran melihat pipi istrinya yang memerah. Zaki mengernyit tidak tau apa yang sedang di pikirkan istrinya. Zaki memberikan baju yang ia ambil di lemari kepada Safa.
Safa yang diam saja membuat Zaki binggung kenapa istrinya tidak segera memakai baju yang ia ambil. apakah dia tidak suka bajunya? atau dia tidak ingin memakainya? Zaki bingung sendiri jadinya.
"Sayang?" tanya Zaki.
"Hm?" jawab Safa menoleh ke arah suaminya.
"Kenapa bajunya tidak di pakai?" tanya Zaki heran.
"keluarlah aku akan memakainya" jawab Safa sinis. ia menunggu Zaki keluar dari kamar lalu memakai bajunya.
"Kau malu hm?" goda Zaki. "Bahkan aku sudah melihatnya.
"Seperti nya seru jika aku tetap di sini" seru Zaki menggoda istrinya yang mulai terlihat kesal
"Zaki! Mengapa kau menyebalkan sekali!" ketus Safa sebal, Zaki terus saja membuatnya kesal. Bisa cepat tua Safa jika seperti ini terus.
Zaki cekikikan dirinya berhasil menjaili istrinya, dengan geram Safa melempar bantal ke arah Zaki.
Bughhh
Dan tepat sasara.
"Zaki! Cepatlah keluar!" teriak Safa geram. sungguh menyebalkan bagi Safa menghadapi Zaki pagi-pagi begini.
"Iya sayang." jawab Zaki masih setia dengan cekikikan nya lalu berjalan menjauhi Safa. Membalik badanya menghadap tembok.
"Ck, keluar Zaki!" Zaki terkekeh kembali lalu menurut keluar dari kamar.
Safa segera mengenakan bajunya, takut-takut Zaki mengintip dan menjahilinya kembali. Selesai memakai baju Safa langsung memanggil Zaki.
"Zaki." panggil Safa namun taada jawaban
"Zaki!" teriak Safa baru di dengar Zaki.
"Iya sayang, aku di dapur!" respon Zaki teriak dari dapur.
Niat Safa ingin menyusul Zaki, namun saat ia akan berjalan di panggal pahanya terasa ngilu dan sedikit perih untuk berjalan ke arah pintu pun rasanya sakit apalagi ia harus menuruni tangga untuk sampai ke dapur?
Namun ia akan berusaha. sampai kapan ia harus selalu duduk dan berbaring di ranjang. ia harus bisa membiasakan diri.
Di tambah lagi siang nanti ia akan pergi ke rumah ibu mertuanya siapa lagi kalau bukan bunda Zaki yang selalu menyayanginya seperti putri kandungnya sendri. dari awal ia baru bertemu bunda Zaki benar-benar menyayanginya. karna di rumahnya tak ada anak perempuan yang ada hanyalah Zaki dan adiknya yang sama-sama menjengkelkan, bahkan sangking bunda Zaki menyayangi Safa, Safa harus selalu datang ke rumahnya sesekali Safa tak datang ia benar-benar sedih dan khawatir. paling tidak sehari Safa harus menelfon atau mengabari bunda.
Dengan memaksakan diri Safa menyusul Zaki yang sedang memasak di dapur. walaupun sulit untuk berjalan Safa tetap mantap dengan tekatnya.
Sesampai di dapur Safa mendapati Zaki yang sedang menyajikan makanan. Lucu sekali saat Zaki meletakan makanan seolah olah seperti seorang chef, telunjuknya mengoles saus di pinggir piring. Oh jangan lupa dengan celmek yang zaki kenakan. Berwarna pink dengan motif bunga-bunga.
"Sayang, duduk lah cicipi masakan chef handal." ucap Zaki mencoba membanggakan masakannya.
"Zaki, seharusnya biar aku saja yang memasak" ucap Safa karna memasak adalah tugasnya sebagai seorang istri mulai saat ini.
"Memangnya aku tidak boleh memasak?" tanya Zaki.
"Tapi. jika kau terus memasak untuk ku apa gunanya aku sebagai istri." ucap Safa menundukan kepalanya. Safa ingin menjadi istri yang baik. Zaki menghampiri Safa dan mengecup keningnya.
"Sudah lah jangan memikirkan hal sepele ayo makan kau pasti lapar kan?" ucap Zaki di balas senyuman dan anggukan Safa.
Zaki dan Safa duduk di kursi meja makan saling berhadapan.
Safa mulai menyantap hidangan yg di buat suaminya. Zaki hanya melihat istrinya makan berharap masakannya enak dan di sukai istrinya.
"Bagaimana enak tidak masakan koki internasonal?" tanya Zaki berbangga diri.
Safa hanya menggeleng ekspresinya menandakan rasanya yang tak karuan
"Tidak enak ya? yasudah jangan di makan lagi." ucap Zaki kecewa dengan makanan yang ia buat dan bergegas mengambil piring makan Safa.
Safa menarik kembali piring yang Zaki ambil.
"Kenapa?" tanya Safa bingung.
"Itu pasti tidak enak," ucap Zaki, Safa menyuapi Zaki dengan sedikit paksaan. Rasanya sedikit asin, sedikit pedas.
"Ini tidak layak makan." tukas Zaki lalu menengguk air minumnya.
"Tapi aku mau ini." ucap Safa mengambil kembali makanannya dan mencium pipi suaminya.
"Mengapa kau menyebalkan sayang?." geram Zaki sambil mencubit kedua pipi Safa.
"Sakit, Zaki!" ketus Safa memegang kedua pipinya yang terasa sakit.
"Kau terlalu menggemaskan." ucap Zaki sambil terkekeh tanpa merasa bersalah.
"Sudah ayo cepat habiskan nanti kita telat ke rumah bunda." lanjut Zaki.
Mereka menghabiskan sarapan dengan tenang. Setelah selesai Safa memberseskan semua peralatan dapur yang sempat kotor.
Zaki masih asik dengan handponenya, tidak sadar istrinya ada di belakang nya.
"Asik sekali bermain game nya" ucap Safa melipat kedua tangannya di depan d**a.
"Sudah selesai?" tanya Zaki tanpa menoleh, ia masih setia menatap layar ponselnya.
Safa tidak menjawab, merasa di abaikan Safa bergegas pergi meninggalkan Zaki ke kamar.
"Sayang, tunggu" ucap Zaki saat sadar istrinya pergi meninggalkannya.
Saat sampai di kamar Zaki langsung memeluk Safa dari belakang. Ia harus membujuk istrinya yang sedang merajuk.
"Maafkan aku," lirih Zaki
"Sudah sana, kau 'kan sibuk dengan game!" ketus Safa
"Akan ku buang handpone nya" ucap Zaki melempar handphonenya ke lantai.
"Prfftt... Ahahahaha" tawa safa seketika pecah. "ternyata sifat takut mu saat aku merajuk masih ada ya." ujar Safa terus tertawa akibat tingkah Zaki yang sangat ia sukai.
"Aku takut bidadari ku menjadi hantu" ejek Zaki melepas pelukannya.
"Aish, kau menyebalkan" geram Safa sambil memukul lengan kekar Zaki.
Zaki hanya terkekeh. pukulan Safa menggelikan bagi Zaki. Setelah Safa berhenti memukulinya, Zaki kembali membuka suara.
"Hmm sayang?"
"Iya?"
"Semalam kau bermimpi apa?" tanya Zaki penasaran, apa yang membuat istrinya terbangun dengan ketakutan.
"Aku bermimpi dibunuh karna aku mendapatkan mu" ujar Safa menundukan kepalanya. Ia sadar, dirinya hanyalah gadis miskin jauh berbeda dengan Zaki. pria yang berlimpah harta.
"Memang siapa yang ingin membunuh mu?" tanya Zaki agar mengurangi sedikit beban istrinya.
"Yang ingin membunuh ku...."