Hot Night's

2277 Words
Libido Ibra terasa langsung naik begitu mendengar Maya mendesahkan namanya. Ibra tidak bisa menyangkal bahwa kejantanannya semakin sesak dibawah sana. Sembari menjilati klitors Maya yang semakin berkedut, tangan Ibra naik menggenggam p******a Maya yang bahkan terasa lebih besar dari genggamannya. Telapak tangan Ibra meremas p******a Maya yang terasa empuk, kenyal dan menyenangkan. Tubuh Maya menggelinjang, tangannya ikut menggenggam telapak tangan Ibra yang meremas payudaranya dan seolah meminta Ibra untuk meremas payudaranya semakin keras. “Eumh…” Maya menggumam keenakan. Jari tangan kiri Ibra kemudian juga mengusap k******s Maya, lalu ibu jarinya menekan dan menggoda dengan gerakan memutar diatas klitorisnya. Membuat tubuh Maya makin menggelinjang dan desahannya semakin keras. Jemari telunjuk Ibra sudah bergerak naik turun di klitors Maya, hingga Maya merasakan jemari Ibra hendak mendorong masuk ke klitorsnya dan membuat Maya terkesiap. Maya langsung mencegah jari Ibra masuk ke kewanitaannya yang masih virgin. Ia kemudian segera duduk, membuat Ibra juga ikut terkejut dengan respon Maya. “Kenapa, May? Kamu kurang nyaman?” Tanya Ibra. “Aku cuma… kurang terbiasa.” Jawab Maya sambil mengulum bibirnya. Maya sudah takut bahwa dirinya akan menggagalkan percintaan mereka. Namun siapa sangka jika akhirnya malah Ibra memeluknya dan kembali mencium tengkuknya. “Aku minta maaf kalau gitu.” Bisik Ibra tepat di telinganya, lalu mencium daun telinga Maya dan menggigit menggoda, membuat Maya melenguh nikmat. Tangan Maya kembali tak tinggal diam, ia kembali meremas kejantanan Ibra dan mengelus-elusnya. Hingga kemudian Ibra melepaskan pelukan Maya dan melepaskan ikat pinggangnya, kemudian menurunkan celana jeans-nya. Maya dapat melihat kejantanan Ibra yang sudah tercetak jelas panjangnya melalui balik boxer Ibra. Membuat Maya meneguk salivanya. Maya kemudian membantu Ibra untuk menurunkan celananya, alangkah terkejutnya Maya ketika mendapatkan kejantanan perkasa Ibra yang juga panjang serta sudah mengacung tegak. Maya memang tidak pernah dihadapkan oleh kejantanan pria secara nyata sebelumnya, karena ia dan Arga juga tidak melakukan s*x. Ini kali pertama Maya melihat kejantanan yang begitu menggoda sehingga dirinya langsung menyentuh ujung kejantanan Ibra. Ibra berdiri tegak, tangannya memegang tiang kasur ketika tangan Maya menggenggam kejantanannya dan mulai mengocoknya. Mulut Ibra terbuka, mengeluarkan helaan napas beratnya ketika tangan Maya makin cepat mengocok kejantanannya. Maya memang tidak pernah melakukan ini sebelumnya, tapi ia pernah beberapa kali melihatnya di film. Ketika Maya mendongak menatap wajah tampan Ibra, ia tersenyum, melihat wajah Ibra yang seperti tersiksa dalam kenikmatan ketika tangan Maya mengocok kejantanannya. Maya menggigit bibir bagian bawahnya sambil tersenyum, lalu menunduk dan mengecup sekilas ujung kejantanan Ibra. “Damn it! Jangan siksa aku, Maya.” Kata Ibra sambil mengelus rambut Maya, sedangkan Maya terus mengecup keseluruhan kejantanan Ibra, bahkan menjilat b***************n Ibra tanpa memasukkannya kedalam mulut. “Aku memberi kamu ikat rambut sebelumnya, bukan?” “M-hm.” Jawab Maya sambil mengulum bibirnya setelah menjilati keseluruhan b***************n Ibra yang memukau. “Dimana ikat rambut itu?” Maya mengangkat pergelangan tangan kanannya dengan bingung. “Aku pakai disini. Karena aku tidak suka mengikat rambut.” “Tapi kamu harus mengikat rambut.” Ibra mengambil ikat rambut dari pergelangan tangan Maya, lalu mengucir rambut Maya dengan rapi dan kemudian mencium bibir Maya. “Agar rambut panjang indahmu ini tidak menganggu kegiatanmu selanjutnya.” Maya seolah tahu apa yang diinginkan Ibra. Maka dari itu kemudian Maya yang berada diatas kasur setengah berbaring dihadapan Ibra, wajahnya berhadapan langsung dengan kejantanan Ibra yang mengacung tegak minta dipuaskan. Maya kembali menggenggam kejantanan Ibra yang sudah terasa licin karena sudah ia kecup sebelumnya, kemudian kembali menggerakan tangannya maju mundur di kejantanan Ibra dan membuat Ibra terengah lagi. Hingga kemudian Maya akhirnya membuka bibirnya, mengulum ujung kejantanan Ibra dan perlahan mendorongkan mulutnya hingga semakin memasukkan ujung kejantanan Ibra kedalam mulutnya. “Ouhh, Maya!” Ibra menyentakkan kepalanya kebelakang. Tangannya membimbing pelan kepala Maya ketika wanita itu melakukan blow job pada kejantanannya. Kejantanan Ibra semakin mengeras dan mengeluarkan urat-urat ketika lidah Maya memainkan kejantanan Ibra di dalam mulutnya. Ibra memejamkan matanya, mendesah beberapa kali meraskan kejantanannya yang dikulum nikmat dan dimainkan di dalam mulut basah Maya. Maya memang terlihat kaku dan lambat saat melakukan blow job, tapi entah kenapa malah membuat Ibra semakin menikmati permainan Maya. Tangan Maya tak tinggal diam, juga mengocok kejantanan Ibra dan memainkan buah zakar Ibra. Sesekali Maya menjilat kejantanan Ibra secara keseluruhan, lalu mengulum dan mendiamkan sejenak buah zakar Ibra di dalam mulutnya. Maya merasakan beberapa kali kerongkongannya tersemprot cairan kental dari kejantanan Ibra. Namun ia berusaha mengontrol diri agar tidak muntah dan berusaha menelan pelan-pelan cairan kenikmatan Ibra. Merasa sudah cukup ketika bibir Maya terus mengulum kejantanannya, Ibra kemudian menarik pelan kejantanannya dari bibir Maya. Maya kemudian terduduk dihadapannya, ibu jari Ibra mengusap sedikit cairan kenikmatannya yang masih membekas diujung bibir Maya, kemudian ia kembali mencium bibir Maya. Lagi dan lagi, Maya kembali terbuai oleh ciuman Ibra. Ibra kembali membuatnya berbaring diatas kasur king size yang nikmat ini, kemudian lelaki bertubuh atletis itu mulai menindihnya dan menatap Maya dengan intens. Ini yang ditakutkan Maya, ketika Ibra membuka kedua kakinya lebar-lebar sehingga kewanitaannya tampak mekar dan siap dimasuki oleh kejantanan perkasa Ibra. Jantung Maya berdegup kencang, sedangkan Ibra sedang mengambil pengaman dari laci nakasnya dan memasangkannya. Sebelum benar-benar memasuki mahkota Maya, Maya mengalungkan lengannya kembali di tengkuk Ibra, kembali mencium bibir lelaki tampan itu. Ibra kemudian memposisikan dirinya, ujung kejantanannya sudah masuk dan menekan kewanitaan Maya. “Ah!” Maya tersentak, jemarinya meremas lengan Ibra dengan kuat dan semakin meremas kuat ketika kejantanan Ibra masuk semakin dalam ke kewanitaannya. Maya memekik keras dan Ibra merasakan merobek sesuatu di dalam sana ketika kejantanannya masuk secara keseluruhan. “May?!” Ibra secara reflex menarik kejantanannya dan membuat Maya makin memekik nyeri. Mata Ibra sampai membulat tak percaya melihat ada darah di kejantanannya. Ibra menelan salivanya, menatap Maya tak habis pikir. “Kamu masih perawan?! Kenapa nggak bilang sebelumnya, May?!” Namun Maya memilih tidak menjawab, dengan cepat ia menghapus air mata yang mengalir dari ujung matanya dan kembali mencium bibir Ibra dengan menuntut. “Aku ingin melakukan yang pertama dengan kamu.” Bisik Maya dihadapan bibir Ibra dengan lembut. “Lakukan dengan aku, jangan tinggalkan aku sekarang.” “Tapi, May—” “Please, Ibra. Jangan buat akum akin sedih dan malu karena sudah melakukan ini semua.” Ibra mengangguk pelan, ia lalu mengecup dahi Maya. “Maafkan aku, May.” “Jangan minta maaf.” Ibra lalu mulai kembali mendorong masuk kejantanannya ke kewanitaan Maya. “Nikmati pelan-pelan, May. Kamu akan menikmatinya.” Maya hanya bisa mengangguk sambil memejamkan matanya. Kewanitaannya masih terasa nyeri ketika Ibra mulai memompa pelan kejantanannya pada kewanitaannya. Ibra lalu mencium kembali bibir Maya, melumatnya lembut sembari tangannya meremas-remas kedua p******a Maya secara bergantian untuk menetralisir rasa sakit Maya. Hal itu berhasil, perlahan Ibra mendengar Maya mulai mendesah karenanya. Kejantanan Ibra bergerak keluar masuk kewanitaan Maya, menyentuh titik sensitive Maya dalam pompaannya dengan ritme teratur. Sembari memompa kejantanannya terus dalam kewanitaan Maya yang menjepit kejantanannya dan mengurut nikmat, Ibra dan Maya saling menatap intens, saling menampakkan wajah menikmati percintaan mereka. Mulut Maya terbuka, mengeluarkan desahan berkali-kali. Tidak tahan nikmat ketika Ibra semakin cepat memompa kejantanannya pada kewanitaan Maya. “Ibraa, ah, ahh!” Tubuh Maya makin menegang, ia mengusap punggung Ibra dan makin mendesah saat Ibra memompa kejantanannya secara cepat dan menuntut. Kasur mereka hingga bergoyang, bed cover mereka mulai berantakan karena gerak tubuh mereka berdua yang saling memompa mendambakan kenikmatan. Hingga Ibra merasakan kewanitaan Maya makin menjepit kejantanannya yang mulai berkedut dan membesar di dalam kewanitaan Maya. Ibra semakin cepat memompa kejantanannya ketika merasa bahwa pelepasannya semakin dekat dan Maya semakin mendesah tak karuan. Kepala Maya mulai pening, tubuhnya merasakan reaksi yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Hingga kemudian keduanya memekik nikmat ketika pelepasan mereka datang. Kejantanan Ibra dihujamkan keras dan dalam-dalam ke kewanitaan Maya begitu pelepasannya menyembur dengan keras dan Ibra merasakan cairan kenikmatan Maya juga menyembur memenuhi kewanitaannya, membalut kejantanan Ibra yang masih berkedut-kedut mengeluarkan cairan kenikmatannya. Tubuh Maya menggelinjang, seluruh kulit tubuhnya meremang ketika ia akhirnya mendapatkan pelepasan dari bercinta. Keduanya kemudian saling menatap, tertawa dan kembali saling berciuman. Ibra kemudian kembali memompa kejantanannya dengan pelan untuk menyelesaikan sisa-sisa pelepasannya, baru kemudian mencabutnya. Ia yang masih menindih Maya kemudian mengusap rambut Maya yang terkena keringat di dahi wanita cantik yang telah memberikannya kepuasan itu. “Menikmatinya?” tanya Ibra. “Sangat.” Jawab Maya, wajahnya terlihat berseri-seri. Ibra tertawa, lalu kembali mencium bibir Maya. Ia tak tahan untuk menganggurkan bibir candu itu. Rasanya Maya begitu menggoda, ingin terus ia cumbu dan ia ajak untuk bercinta walaupun ini yang pertama kalinya untuk Maya. Ibra kemudian kini berbaring di kasur, membiarkan Maya menciumi lehernya, meninggalkan bekas kemerahan yang akan tampak besok pagi. Kecupan ringan Maya turun ke d**a bidang Ibra, kemudian lidah Maya bergerak memutar di p****g Ibra, kemudian mengulumnya sejenak. Tangan Ibra mengusap punggung Maya, lalu beralih ke p****t sintal Maya, mengusapnya dan meremas-remasnya. Tangan nakalnya turun meremas paha bagian dalam Maya, lalu jari tengahnya masuk menelusup ke bibir kewanitaan Maya yang basah. “Eumh…” Maya menggumam nikmat sembari tangannya kembali memijit nikmat kejantanan Ibra yang mulai kembali ereksi. Ibra kemudian menarik pinggang Maya, membuat Maya terkejut dan merasa sedikit canggung ketika Maya menempatkan kewanitaannya di wajah Ibra. “Ibra—” “You look so yummy.” Ucap Ibra sambil menjilat kewanitaan Maya yang basah dengan cairannya. “Ah!” Maya kembali mendesah. Kedua tangannya memegang tepian kasur. Pinggangnya bergerak maju dan mundur, membiarkan lidah Ibra menjilat serta menghisap habis cairan kewanitaannya. Maya tak berhenti mendesah, ia sesekali meremas payudaranya sendiri, putingnya menegang karena kelakuan Ibra. Merasa puas membuat Maya kembali mendesah hebat dan bermain di kewanitaannya, Ibra kemudian memposisikan dirinya setengah berbaring di ranjang. Maya sedikit memundurkan tubuhnya, mengangkang diatas kejantanan Ibra. “Kini kamu yang memimpin permainan, sayang.” Ibra lalu mencium pipi Maya, sembari melepaskan ikat rambut Maya. Maya memegang kejantanan Ibra, mengarahkannya ke kewanitaannya, kemudian ia menurukan kewanitaannya sehingga kejantanan Ibra menusuk masuk dari bawah. “Ibraa, ahh! Sshh!” Maya mendesis keenakan. Ia mulai memompa tubuhnya naik turun diatas kejantanan Ibra, Ibra membantunya dengan memegang pinggang rampingnya. Karena Ibra juga tahu bahwa ia merupakan kali pertama Maya. Semuanya terasa menajubkan bagi Ibra maupun Maya. Ibra menikmati menatap wanita cantik yang sekarang sedang memompa percintaan mereka berdua. Melihatnya memompa kewanitaannya pada kejantanan Ibra, dengan p******a montok yang naik turun menggoda, wajah cantik, wangi, serta rambut yang tergerai indah. Maya juga tak menyangka dirinya akan bercinta dengan lelaki setampan dan sekaya Ibra. Lelaki yang bisa membuat dirinya nyaman pada saat itu juga. Percintaan mereka terus berlanjut, seolah susah puas jika hanya beberapa kali saja. Beberapa kali mereka juga berganti gaya, menciptakan percintaan yang semakin panas. Ibra yang lebih banyak mengajarkan Maya akan gaya-gaya untuk s*x yang lebih nikmat. Mulai dari Maya yang disuruh menungging dan Ibra memasukkan kejantanannya dari belakang, hingga Ibra yang terus memompa kejantannya ketika Maya sudah berbaring menyamping karena ia sudah cukup lelah. Namun Ibra seolah masih terus kuat, kejantanannya masih menegang dan kuat memompa kewanitaan Maya yang terasa sudah begitu penuh dengan cairan. Namun Maya terus menerima, menikmati hujaman demi hujaman Ibra yang lama merasa puas. “Mayaa, arghh! Ahh!” Ibra menyemprotkan cairan kenikmatannya dengan keras di dalam kewanitaan Maya yang juga menyemburkan cairan kenikmatannya. “Ibraa, eumhh, ahh!” Keduanya terengah, merasakan rasa hangat cairan kenikmatan yang membalut kejantanan dan kewanitaan mereka masing-masing. Setelah itu, Maya tak ingat apapun lagi. Ia memejamkan matanya begitu saja, membiarkan mimpi indah menemaninya. Ibra kemudian menarik lepas kejantannya yang berlumur cairan kenikmatan Maya. Ibra kemudian tersenyum lembut, membenarkan posisi tubuh Maya dan terdiam menatap wajah cantik Maya. “Bahkan setelah lelah bercinta wajahmu tetap cantik, May.” Ibra kemudian mengusap rambut Maya dan mengecup ujung bibirnya. Ibra lalu terdiam untuk sesaat, termenung menatap wajah Maya. “Betapa bodoh lelaki yang sudah menyia-nyiakan kamu.” “Selamat istirahat my sunny.” Ibra kemudian menyelimuti tubuh polos Maya dan turun dari kasur. Dengan tubuh polosnya yang perkasa, Ibra melangkah ke kamar mandi, menyalakan shower dengan air dingin dan membersihkan tubuhnya. *** Cahaya matahari yang semakin terang memenuhi kamar villa Ibra, membangunkan wanita cantik dengan tubuh polosnya yang tergelung dalam selimut putih. Maya membuka matanya perlahan, indra pendengarannya menangkan gemericik air serta suara aliran air yang keras. Ketika Maya menatap ke samping kiri, ia menatap kearah balkon dan melihat burung-burung diatas balkon serta pepohonan rindang. Maya menghela napas sambil tersenyum dan meregangkan tubuhnya. “Ini surga…” Ucap Maya sambil menguap dan sedetik kemudian, segala hal yang terjadi tadi malam terputar cepat di otaknya. Mulai dari perkenalannya dengan Ibra, cumbuan di kamar ini, serta percintaan mereka yang begitu panas. Maya seketika langsung terduduk dan matanya menatap ke sekeliling kamar. “Ibra?” Panggil Maya, namun lelaki itu tidak ada di seluruh tempat. “Ibra?!” Maya sudah bangkit dari kasur sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Kemudian pintu kamar terbuka tiba-tiba. “Ib—” ucapan Maya terputus begitu melihat seorang wanita dengan pakaian rapi memasuki kamar. “Selamat pagi nona, Maya. Saya pelayan di villa tuan Ibra. Air hangat serta keperluan mandi sudah saya siapkan.” Ucap wanita itu. “Dimana Ibra?” Tanya Maya. Pelayan itu belum menjawab, tapi kemudian pintu kembali terbuka dan ada beberapa wanita datang mendorong stroller berbagai pakaian dan sepatu. Kemudian ada chef wanita yang datang mendorong troli berisi berbagai macam makanan untuk sarapan. “Anda mau sarapan diatas kasur, di ruang makan, atau sambil berenang? Jika sambil berenang maka akan saya siapkan floating breakfast.” Ucap pelayan itu tanpa kembali megindahkan pertanyaan Maya. Maya menghela napas, berusaha sabar. “Katakan padaku, dimana Ibra?” Pelayan itu hanya tersenyum, kemudian mengeluarkan secarik kertas yang ia berikan pada Maya. “Dari Tuan muda Ibra.” Maya menerima surat itu dan membacanya, Good morning, my sunny. Jangan lupa untuk membersihkan dirimu, sarapan dan meminum vitamin yang telah aku siapkan. Percintaan tadi malam sangat luar biasa, jangan terkejut dengan banyak bekas di tubuh indahmu. Terimakasih untuk malam menajubkan yang tak akan aku lupakan “Dimana lelaki itu?!” Sentak Maya yang membuat pelayan yang berkumpul di kamar itu tersentak. “Tuan Ibra sudah pergi. Ia hanya berlibur ke bali pada hari ini.” Maya menyipitkan matanya. “Pergi ke?” “Bekerja, tentu saja.” Pelayan tersebut kemudian memberikan lirikan ke para pelayan lainnya sehingga mereka berjalan keluar. “Jika ada sesuatu hal mendesak, silahkan panggil saya. Setelah ini supir akan mengantarkan Anda kembali ke hotel.” Maya menatap pelayan yang baru saja menutup pintu itu dengan tidak paham. Ia hanya bisa terduduk lemas di kasur dengan linglung menatap segala hal yang telah Ibra siapkan. Maya lalu tertawa getir. “Aku kira kita bisa mengenal lebih jauh lagi. Tapi ternyata kamu meninggalkanku sebelum aku sempat meminta kontakmu.” Maya kemudian mengambil ponselnya, menghapus aplikasi s*x Time dari ponselnya. “s*x Time sialan!” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD